Suara.com - Puluhan ribu buruh dari berbagai serikat pekerja akan menggelar aksi di sejumlah kota di Indonesia, 7 Oktober nanti dalam memperingati 'Hari Kerja Layak Internasional' (International World Day for Decent Work). Aksi buruh ini juga akan dilakukan di depan Istana Kepresidenan, Jakarta dengan estimasi 3.000 hingga 5.000 massa.
"Kami akan aksi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, Semarang dan lainnya dengan estimasi sekitar 50.000 massa. Kami membawa isu Jaminan Kesehatan dan Tolak Upah Murah," kata Said Iqbal, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia dalam konfrensi pers di Kantor LBH Jakarta, Kamis (5/10/2017).
Aksi itu menuntut agar pemerintah memberikan solusi kasus pemutusan hubungan kerja (PKH) massal yang terjadi di sejumlah perusahaan. Serta juga ancaman PHK terhadap ribuan buruh di sejumlah perusahaan, seperti industri telekomunikasi, pertambangan, keramik, elektronik, ritel, garmen, sepatu, dan jalan tol.
"Pemerintahan Jokowi-JK harusnya menjawab permasalahan PHK ribuan pekerja ini. Kami juga menuntut kenaikan upah layak tahun ini," ujar dia.
Dalam rangka Hari Kerja Layak Internasional yang jatuh pada 7 Oktober nanti, buruh melakukan aksi jalan kaki dari Surabaya ke Jakarta. Aksi jalan kaki menuntut Jaminan Kesehatan dan Tolak Upah Murah atau disingkat Jamketum ini dilakukan oleh Ade Lukman seorang diri. Ade Lukman merupakan Direktur Advokasi dan Relawan Jamkes Watch, sebuah wadah buruh mengawal isu jaminan kesehatan.
"Aksi jalan kaki dari Surabaya ke Jakarta ini sudah berlangsung 19 hari lalu, diperkirakan sampai 36 hari," kata dia.
Said menambahkan, buruh mengangkat isu jaminan kesehatan karena sampai sekarang BPJS Kesehatan masih banyak terjadi persoalan. Bahkan banyak kasus masyarakat tak mendapatkan pelayanan berobat secara optimal menggunakan BPJS kesehatan.
"Walaupun BPJS Kesehatan berguna bagi masyarakat, tapi masih banyak terdapat persoalan di seluruh Indonesia. Seperti kasus bayi Debora, itu bukti jaminan kesehatan masih buruk. Harusnya anggarannya ditambah, karena UU Kesehatan mengamanatkan anggaran kesehatan 5 persen dari APBN. Kalau APBN Rp2.000 triliun lebih, untuk kesehatan harusnya kan Rp100-an triliun," kata dia.
Baca Juga: Upah Buruh Mahal, Apindo Tuding Ini Bikin Ekonomi Lesu
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Dokter Lulusan Filsafat yang 'Semprot' DPR Soal Makan Gratis: Siapa Sih dr. Tan Shot Yen?
-
Gile Lo Dro! Pemain Keturunan Filipina Debut Bersama Barcelona di LaLiga
-
BCA Mobile 'Tumbang' di Momen Gajian, Netizen Mengeluh Terlantar Hingga Gagal Bayar Bensin!
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
Terkini
-
PPP Terbelah Dua, Mardiono vs Agus Suparmanto Saling Klaim Ketum Sah, Pemerintah Pilih Siapa?
-
Prabowo Kagum PKS Sodorkan Profesor ITB Masuk Kabinet, Siapa Orangnya?
-
Hadirkan Balai Warga, Gubernur Pramono: Ruang Kolaborasi untuk Semua Kalangan
-
Tersangka Kasus LNG Pertamina Seret Nama Ahok: Saya Minta Ahok dan Nicke Bertanggung Jawab!
-
KPK Serius! Atalia Praratya Akan Dipanggil Terkait Kasus Korupsi Iklan BJB, Ada Apa?
-
Wakil Ketua Komisi X DPR: Keracunan MBG Merupakan Tantangan Menuju Kesuksesan
-
Perang Klaim Ketum PPP: Mardiono Vs Agus Suparmanto, Siapa yang Sah?
-
Penembakan Mengerikan Guncang Gereja Mormon Michigan, 2 Tewas 8 Luka-luka
-
Cegah Keracunan, BPOM Siapkan Modul Nasional untuk Juru Masak Program MBG
-
Kapan Sebaiknya Mengajukan Pinjaman Daring agar Lebih Menguntungkan?