Suara.com - Pendiri WikiLeaks, Julian Assange, menyindir penghargaan “Fake News” (berita palsu) yang diberikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, kepada sejumlah media pengkritiknya.
Assange menuturkan, seperti dilansir Anadolu Agency, Jumat (19/1/2018), penghargaan itu seharusnya tak diberikan kepada media presitius New York Times, melainkan NBC—saluran televisi AS.
Sebab, ia mengatakan NBC pernah gencar menyiarkan “berita-berita” yang mendukung upaya kudeta di Turki tahun 2016.
“Kasus paling serius dari berita palsu baru-baru ini tidak ada dalam daftar #FakeNewsAwards Trump. NBC secara substansial membantu kudeta militer di Turki yang menewaskan ratusan orang. NBC mengeluarkan laporan yang salah, mengutip ‘sumber militer senior AS’, bahwa Erdogan telah meninggalkan negara tersebut,” sindir Assange melalui akun Twitter miliknya.
Assange dalam cuitan tersebut juga membagikan lansiran Anadolu Agency dalam bahasa Inggris yang berjudul “Turki minta NBC minta maaf atas berita bohong mengenai Erdogan”. Artikel itu dipublikasikan tanggal 26 Juli 2016.
Trump, Rabu (17/1), mengumumkan pemenang "penghargaan fake news" yang dia promosikan sendiri melalui akun Twitter-nya.
Trump menganugerahi peringkat pertama penghargaan itu kepada penulis New York Times, Paul Korgman.
Sang jurnalis pernah menulis artikel bahwa pasar AS akan runtuh dan tidak akan lagi pernah pulih setelah Trump terpilih menjadi presiden.
Baca Juga: Tito Sebut Kantor Promoter Polda Tak Kalah dengan Singapura
Peringkat kedua diberikan kepada ABC, sementara CNN meraih peringkat ketiga.
Terjebak di Kedutaan Besar Ekuador
Assange yang kerap menimbulkan kontroversi dan membocorkan sejumlah dokumen Kementerian Luar Negeri AS melalui halaman internetnya kepada masyarakat, hidup dalam sebuah ruangan di Kedutaan Besar Ekuador di Knighstbridge, London selama enam tahun terakhir.
Pengadilan Inggris pada tahun 2010 memutuskan untuk mengekstradisi Assange ke Swedia, di mana dia dijerat tuduhan memerkosa dua wanita.
Assange berlindung ke kedutaan besar Ekuador di London pada Juni 2012, karena jika diekstradisi ke Swedia, ada resiko bahwa dia akan dikirim ke AS.
Pengadilan Swedia tahun lalu memutuskan untuk menghentikan tuntutan terhadap Assange.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Menko Usul WFA Nasional 2931 Desember 2025 untuk Dukung Mobilitas Nataru
-
Dana Kampanye Jadi Celah Korupsi, Pakar Sebut Pilkada Tak Langsung Tak Efektif
-
KPK Cecar Zarof Ricar Soal Percakapannya dengan Eks Sekretaris MA Hasbi Hasan
-
Prabowo Bongkar Keterlibatan Oknum TNI-Polri dalam Tambang Ilegal dan Penyelundupan
-
KPK Pastikan Akan Panggil Gus Yaqut Pekan Ini untuk Kasus Kuota Haji
-
BGN Perketat SOP, Mobil Pengantar MBG Tak Lagi Masuk Halaman Sekolah
-
Dua Bibit Siklon Dekati Indonesia, Cek Daftar Daerah Berpotensi Terdampak
-
Terbongkar! Bisnis Pakaian Bekas Ilegal Rp669 M di Bali Libatkan Warga Korsel, Ada Bakteri Bahaya
-
Mendagri Tegaskan Peran Komite Eksekutif Otsus Papua: Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah
-
Prabowo ke Menteri: Tenang Saja Kalau Dimaki Rakyat, Itu Risiko Pohon Tinggi Kena Angin