Suara.com - Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah, minta presiden partainya, Sohibul Iman, tidak menghambat Anis Matta yang berkeinginan maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2019. Matta adalah pendahulu Sohibul sebagai Presiden PKS.
"Sudahlah, tidak usah main-main, yang mengerti situasi di lapangan permainan hanya Anis Matta. Yang ditunggu-tunggu kader, tak usah dihambat-hambat. Kasih saja jalan kepada Pak Anis," kata Fahri di DPR, Jakarta, Senin (24/4/2018).
Fahri mengklaim, Anis sudah pernah menunjukkan kemampuannya untuk menyelamatkan elektabilitas PKS.
Anies, kata Fahri, menyelamatkan PKS saat presiden mereka kala itu, Lutfi Hasan Ishak ditangkap KPK karena terjerat kasus korupsi impor gading sapi pada tahun 2013.
Menurut Fahri, semua kader PKS saat itu meminta Anis menggantikan posisi Lutfi sebagai Presiden PKS secara aklamasi dan memgatasi masalah yang dihadapi PKS.
"Sekarang ini ada krisis lagi. PKS terancam hilang suaranya di pemilu. Sudahlah, kasih ke Pak Anis lagi, yang bisa menggerakkan kader," ujar Fahri.
Fahri mengatakan, keinginan Anis untuk maju sebagai peserta pilpres atas dorong mayoritas kader PKS.
Perkara mendapat dukungan atau tidak dari partai lain, menurut Fahri itu persoalan lain yang bisa segera diselesaikan.
Saat ini, yang penting PKS memberikan tiket terlebih dahulu untuk Anis. Fahri yakin, Anis akan memenangkan pertarungan Pilpres 2019.
Baca Juga: Fadli Zon Prediksi Jokowi Lebih Kesulitan Tentukan Cawapres
Fahri mengklaim, Anis dan timnya punya kekuatan yang bagus untuk menghadapi Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2019.
"Kuat, Insya Allah jadi presiden. Ganti presiden kita. Presiden baru. Dia memiliki cinta. Kader senang kepada dia, struktur bergerak karena dia. Dia enak diajak negosiasi. Dikenal oleh banyak kalangan, pintar, dia yang bisa menyusun barisan untuk memenangkan pemilu secara baik," kata Fahri.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO