Suara.com - Peneliti terorisme internasional Sidney Jones memprediksi bahwa tren aksi bom bunuh diri yang melibatkan anak-anak diperkirakan tidak akan terjadi lagi. Sebab itu di luar pemikiran kaum ekstrimis.
"Kemungkinan kecil (pelibatan keluarga termasuk anak) akan terjadi lagi," kata Sidney Jones dalam diskusi bertajuk Menguak Fakta Aktual Radikalisme dan Terorisme di Indonesia, di Jakarta, Selasa, mengomentari tiga keluarga yang tewas dalam tiga peristiwa bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo.
Dia pun tidak habis pikir ketiga keluarga itu tega mengorbankan anak-anak mereka sebagai bomber. Karena hal itu di luar kebiasaan para kaum ekstremis.
Menurut dia, aksi ketiga keluarga tersebut yang mengorbankan nyawa mereka dan keluarganya dalam tiga peristiwa bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo, tidak akan diikuti oleh para ekstrimis lainnya.
"Bukan berarti sekarang hingga dua tahun kedepan akan lebih banyak keluarga yang bergerak seperti tiga keluarga di Surabaya, karena orang ekstrimis pun tidak mau mengorbankan anaknya," katanya.
Sepekan lalu, pada 13 Mei 2018, kota Surabaya diguncang serangan bom bunuh diri. Bom pertama meledak di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno yang mengakibatkan korban tewas mencapai 14 orang, termasuk para pelaku diduga berjumlah enam orang yang merupakan satu keluarga, sedangkan korban luka-luka tercatat mencapai 41 orang.
Selang 14 jam kemudian, ledakan bom terjadi di Blok B Lantai 5 Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo. Ledakan itu merenggut tiga nyawa yang merupakan satu keluarga terduga teroris yang akan melakukan serangan bom.
Pada 14 Mei 2018 juga terjadi bom bunuh diri di pintu masuk kantor Mapolrestabes Surabaya yang mengakibatkan empat pelaku tewas dan masyarakat serta polisi yang ada di sekitar ledakan juga terluka. (Antara)
Berita Terkait
-
Sidney Jones: Teroris yang Belum ke Suriah Lebih Berbahaya
-
Sidney Jones: Bom Bunuh Diri Surabaya Bukti Teroris Sedang Lemah
-
Fadli Zon Dukung Dosen USU yang Sebut Bom Surabaya Pengalihan Isu
-
Isak Tangis Sambut Kedatangan Jenazah Bayu, Pahlawan Bom Surabaya
-
Menhan Sebut Pelaku Bom Bunuh Diri Ajak Anak-anak, Orang Gila
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu