Suara.com - Menjelang detik-detik pertemuan bersejarah antara POTUS, Donald Trump dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Sentosa Island, Singapura, harapan dan doa dilayangkan beberapa pemimpin negara bahkan Paus Fransiskus di Vatikan.
Agenda pembahasan disusun oleh kedua negara dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ini, dan mungkin akan terjadi kesepakatan untuk beberapa hal. Namun, ada dua hal penting yang bakal luput disampaikan oleh POTUS maupun Kim.
Arnold Fang, seorang pakar dari Amnesty International dan Brad Adams, Asia director of Human Rights Watch (HRW) memaparkan kepada BBC News Asia, inilah kedua persoalan penting di Korea Utara yang tidak akan dibicarakan Kim kepada Trump.
Yaitu:
1. Hak kaum perempuan
Diskriminasi terhadap perempuan sangat banyak terjadi di Korea Utara, dan belum ada cara dalam mengukur ketidaksetaraan, seperti mengukur kesenjangan upah antara lelaki dengan perempuan.
Arnold Fang menyatakan, "Meskipun Korea Utara menampilkan negaranya sebagai masyarakat yang secara nominal setara, perempuan memiliki kesempatan kerja dan menerima pendidikan kurang dibandingkan kaum lelaki."
Beberapa perempuan Korea Utara pernah menyampaikan terjadinya kasus pelecehan seksual di kalangan militer, juga pemerkosaan di tempat-tempat penahanan atau penjara.
"Perempuan di sana berada dalam kondisi rentan, meskipun terjadi penyiksaan, kekerasan seksual, atau diserang, mereka tidak memiliki tempat untuk mengadu atau melaporkan," papar Brad Adams.
Baca Juga: Begini Kemewahan Fasilitas Kereta Api Luxury Sleeper
2 Anak-anak dan kondisi gizi yang buruk
Anak-anak di Korea Utara menerima pendidikan, meskipun beberapa di antara mereka harus putus sekolah demi membantu keberlangsungan perekonomian keluarganya.
"Kurikulum sekolah didominasi oleh agenda politik negara, yang membatasi pengetahuan mereka sejak usia dini," jelas Fang.
Menurut Unicef, 200.000 anak-anak Korea Utara menderita kekurangan gizi akut, dengan penekanan pada angka 60.000 di antaranya masuk klasifikasi "sangat kekurangan gizi".
Korea Utara selalu menolak kritik atas hak-hak asasi manusia, dan menyatakan bahwa warga negaranya "merasa bangga dengan sistem hak asasi manusia yang paling menguntungkan di dunia", sehingga Adams menyimpulkan bahwa topik hak asasi manusia di Korea Utara adalah "lubang tanpa dasar".
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
KontraS Pertanyakan Integritas Moral Soeharto: Apa Dasarnya Ia Layak Jadi Pahlawan Nasional?
-
Viral Pria Gelantungan di Kabel Jalan Gatot Subroto, Ternyata Kehabisan Ongkos Pulang Kampung
-
Dorong Kedaulatan Digital, Ekosistem Danantara Perkuat Infrastruktur Pembayaran Nasional
-
AJI Gelar Aksi Solidaritas, Desak Pengadilan Tolak Gugatan Mentan Terhadap Tempo
-
Temuan Terbaru: Gotong Royong Lintas Generasi Jadi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045
-
PSI Kritik Pemprov DKI Pangkas Subsidi Pangan Rp300 Miliar, Dana Hibah Forkopimda Justru Ditambah
-
Penerima Bansos di Jakarta Kecanduan Judi Online, DPRD Minta Pemprov DKI Lakukan Ini!
-
Pecalang Jakarta: Rano Karno Ingin Wujudkan Keamanan Sosial ala Bali di Ibu Kota
-
5 Fakta OTT KPK Gubernur Riau Abdul Wahid: Barang Bukti Segepok Uang
-
Di Sidang MKD: Ahli Sebut Ucapan Ahmad Sahroni Salah Dipahami Akibat Perang Informasi