Suara.com - Mantan Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) era Menteri Sudirman Said, Said Didu menyebut ada genderuwo ekonomi yang bergentayangan di tiga sektor perekonomian Indonesia. Tiga sektor itu ialah sektor sumber daya alam, sektor anggaran dan sektor hukum atau kebijakan penegakan hukum.
Said Didu menjelaskan, banyak oknum-oknum yang memanfaatkan jabatannya untuk bermain nakal di tiga sektor tersebut. Kebanyakan dari mereka bermain dengan cara melobi agar bisa mengatur kebijakan dalam sektor tersebut.
“Saya pikir sektor anggaran jelas semua, penganggaran, APBN, APBD itu ada di situ. Yang kedua adalah sektor minyak, migas itu ada, yang ketiga adalah sektor penegakan hukum, mafia-mafia hukum genderuwo juga,” kata Didu dalam diskusi 'Rabu Biru' di Prabowo-Sandiaga Media Center, Jalan Sriwijaya I, Jakarta Selatan, Rabu (14/11/2018).
Akan tetapi menurutnya, genderuwo itu kalah canggih dengan genderuwo yang sudah menyatu dengan kekuasaan. Didu menyebut genderuwo canggih itu sebagai cukong kekuasaan.
“Genderuwo yang paling berbahaya di negara ini adalah kalau genderuwo menyatu dengan kekuasaan itu paling bahaya karena tidak bisa dibuktikan. Genderuwo canggih ini yang bahaya karena dia selalu jadi cukong kekuasaan,” ujarnya.
Didu mencontohkan, genderuwo canggih itu bermain di perencanaan pembangunan. Bukan hanya sekedar korupsi semisal dalam pembangunan jalan tol, genderuwo canggih bahkan sudah mendesain bagaimana caranya mendapatkan keuntungan tanpa dicurigai.
“Politisinya itu, biasanya bodohnya itu korupsi di pembangunan jalan tol. Yang pinter itu dia cari tahu dulu jalan tol lewat mana dulu baru dia beli tanah, baru dia atur kebijakan,” tuturnya.
Menurut Didu, apabila genderuwo-genderuwo ekonomi itu terus dibiarkan, maka tidak akan ada perubahan untuk perekonomian Indonesia.
Berbicara soal memberantas genderuwo ekonomi, Didu lebih memilih cara mengancam secara halus. Menurutnya hal tersebut lebih efektif ketimbang menghukumnya.
Baca Juga: Janji Ketemu Malam Hari, Kelakuan Anak SMK di Bekasi Bikin Miris
“Iya (diancam secara halus). Diberikan pilihan dia, pilihan mau berbisnis baik atau mau berhenti, mumpung lagi berkuasa gitu kan. Kalau lagi nggak berkuasa kan tinggal berkoar-koar saja,” pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
-
China Sindir Menkeu Purbaya Soal Emoh Bayar Utang Whoosh: Untung Tak Cuma Soal Angka!
-
Dana Korupsi Rp13 T Dialokasikan untuk Beasiswa, Purbaya: Disalurkan Tahun Depan
-
Kebijakan Sri Mulyani Kandas di Tangan Purbaya: Pajak Pedagang Online Ditunda
Terkini
-
Masuk Daftar Menteri Berkinerja Buruk, Natalius Pigai Sebut Lembaga Survei Tak Kredibel
-
Menteri Brian Sindir Dosen Lakukan Riset Hanya Demi Naik Pangkat: Begitu Jadi Guru Besar, Mentok
-
Misteri Kematian Terapis 14 Tahun di Jaksel: Keluarga Cabut Laporan, Polisi Tetap Usut TPPO
-
Ditodong Gubernur Bengkulu Di Bandara, Ketua DPD RI Gercep Langsung Telepon Menkes
-
Cemburu Gegara Chat, Istri di Kebon Jeruk Potong Kelamin Suami Pakai Cutter Hingga Tewas
-
Prabowo Terima Kunjungan Dubes dan Pengusaha PEA di Istana, Bahas Kerja Sama Bilateral?
-
Survei IPO: Teddy Indra Wijaya Menteri Terpopuler, Kalahkan Erick Thohir
-
Dana Pemprov Rp14,6 Triliun Nganggur di Bank, Begini Reaksi Pramono usai Disentil Menkeu Purbaya
-
Tom Lembong Sudah Bebas Berkat Prabowo, Mengapa 3 Hakim Korupsi Gula Kini Diperiksa Komisi Yudisial?
-
2 Kader Masuk 10 Menteri Kinerja Terbaik Versi Survei, Muhammadiyah: Alhamdulillah