Suara.com - Obeth Gobay, orang tua dari Apius Gobay, salah satu siswa yang meninggal dunia dalam insiden Paniai Berdarah pada 7 Desember 2014 lalu menolak kompensasi senilai Rp 4 miliar yang ditawarkan pemerintah.
“Nyawa anak saya tidak dijual di pasar. Pak Jokowi, Kapolri, keadilan harus ada,” kata Obeth Gobay di Kantor Amnesty International, Jakarta, Jumat (7/12/2018).
Obeth datang ke Jakarta menagih janji Presiden Jokowi yang pernah berjanji menuntaskan kasus Paniai Berdarah.
"Dulu sudah pernah saya sampaikan pada komisioner HAM PBB, kalau pemerintah Indonesia tidak sanggup selesaikan, kami minta PBB yang turun tangan," ujar Obeth seperti dilansir Jubi.
Peneliti Amnesti International Indonesia, Papang Hidayat mengatakan, kompensasi dalam kasus seperti yang dialami oleh siswa yang tewas ditembaki aparat keamanan di Paniai, adalah pengganti proses pengadilan.
"Kalau pak Obeth terima kompensasi itu, maka dia sudah tidak boleh lagi ngomong soal kasus anaknya," ujar Papang.
Jokowi sendiri pernah berjanji di hadapan masyarakat Papua pada Desember 2014.
"Saya ingin kasus ini diselesaikan secepat-cepatnya, agar tidak terulang kembali di masa yang akan datang. Kita ingin, sekali lagi, tanah Papua sebagai tanah yang damai,” kata Jokowi di depan masyarakat Papua saat ibadah Natal nasional di Stadion Mandala, Jayapura, Sabtu (27/12/2018).
Diketahui, pada 7 Desember 2014 personel polisi dan tentara secara brutal menembak kerumunan warga di Lapangan Karel Gobay, Paniai yang sedang melakukan protes damai atas penganiayaan Yulianus.
Baca Juga: Tragis, Wanita Hamil 7 Bulan Tewas Terlindas Truk di Pandeglang
Akibat insiden penembakan itu, menewaskan empat pemuda Papua yang seluruhnya pelajar. Mereka adalah Apius Gobay (16), Alpiys Youw (18), Simon Degei (17), dan Yulian Yeimo (17). Penembakan juga mengakibatkan setidaknya 11 warga sipil terluka.
Berita Terkait
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
-
Kritik Menkeu Purbaya: Bank Untung Gede Dengan Kasih Kredit di Tempat yang Aman
-
PSSI Diam-diam Kirim Tim ke Arab Saudi: Cegah Trik Licik Jelang Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Pemain Eropa Telat Gabung, Persiapan Timnas Indonesia Terancam Kacau Jelang Hadapi Arab Saudi
-
STY Sudah Peringati Kluivert, Timnas Indonesia Bisa 'Dihukum' Arab Saudi karena Ini
Terkini
-
Kasus Korupsi Sritex Resmi Masuk Meja Hijau, Iwan Lukminto Segera Diadili
-
Pesan Mendalam Jelang Putusan Gugatan UU TNI: Apakah MK Bersedia Berdiri Bersama Rakyat?
-
Pemerintah Finalisasi Program Magang Nasional Gaji Setara UMP Ditanggung Negara
-
Korupsi Bansos Beras: Kubu Rudy Tanoesoedibjo Klaim Sebagai Transporter, KPK Beberkan Bukti Baru
-
Polisi Ringkus 53 Tersangka Rusuh Demo Sulsel, Termasuk 11 Anak di Bawah Umur
-
DPR Acungi Jempol, Sebut KPU Bijak Usai Batalkan Aturan Kontroversial
-
Manuver Comeback dari Daerah: PPP Solok 'Sodorkan' Epyardi Asda untuk Kursi Ketua Umum
-
Mengapa Penculik Kacab Bank BUMN Tak Dijerat Pasal Pembunuhan Berencana? Ini Logika Hukum Polisi
-
PT Gag Nikel di Raja Ampat Kembali Beroperasi, Komisi XII DPR: Tutup Sebelum Cemari Geopark Dunia!
-
KPK Dinilai 'Main Satu Arah', Tim Hukum Rudy Tanoe Tuntut Pembatalan Status Tersangka