Suara.com - Partai-partai koalisi pengusung Capres dan Cawapres nomor urut 1 Jokowi – Maruf Amin maupun nomor undian 2 Prabowo Subianto – Sandiaga Uno, ternyata tak solid memberikan dukungan.
Bahkan, pada masing-masing kubu, hanya satu parpol yang seratus persen mendukung panutannya, baik dari jajaran elite hingga ke level kader serta massa.
Hal tersebut merupakan hasil survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia yang dilakukan pada 16-26 Desember 2018.
Berdasarkan survei mereka, pada kubu Jokowi – Maruf Amin, hanya PKPI yang seluruh massa konstituennya solid memberikan dukungan.
Bahkan PDIP yang merupakan partai asal Jokowi, hanya 90,1 persen dari seluruh massa partai tersebut yang mendukung Capres – Cawapres nomor urut 1. Sementara 6 persen massa PDIP justru mendukung Prabowo – Sandiaga.
"PPP menjadi partai koalisi Jokowi – Maruf Amin yang massanya paling banyak keluar dari garis politik. Sebanyak 43 persen massa PPP memilih Prabowo – Sandiaga,” kata Peneliti Indikator Politik Indonesia, Rizka Halida di Kantor Indikator Politik, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (23/1/2019).
Selanjutnya, massa Partai Hanura yang membelot ke Prabowo – Sandiaga mencapai 39,6 persen; Partai Golkar 31,2 persen; Perindo 27,9 persen; NasDem 27,8 persen; PKB 27 persen; dan, PSI 8,1 persen.
Hal yang tak jauh berbeda juga terjadi pada koalisi pendukung Prabowo – Sandiaga. Hanya Partai Gerindra yang mayoritas massanya memilih sesuai garis politik. Itu pun tak 100 persen, tapi 80 persen.
”Ada 14,1 persen massa Gerindra yang justru memilih pasangan Jokowi – Maruf Amin.”
Baca Juga: iPhone Sepenuhnya Beralih ke Layar OLED di 2020
Pada kubu Prabowo, massa Partai Berkarya paling besar terbelah, yakni 42,1 persen memilih Jokowi – Maruf Amin.
Selanjutnya, massa Partai Demokrat yang membelot sebesar 40,5 persen; PAN 26 persen; dan, PKS 21 persen.
Terkait hal itu, Rizka mengungkapkan bahwasanya secara sosiologis basis koalisi Prabowo - Sandiaga Uno lebih banyak terbelah pada kelompok perempuan, kelompok usia lanjut, dan terutama di wilayah Jawa Tengah hingga Timur.
"Kelompok perempuan, usia semakin tua, warga pedesaan, kalangan kerah biru, biasanya lebih pasif dalam masalah-masalah politik dan pemerintahan," ungkapnya.
Untuk diketahui, dalam melakukan survei, Indikator Politik Indonesia menggunakan teknik sampel acak bertingkat yang melibatkan 1.220 responden. Mereka mengklaim ambang batas kesalahan survei hanya 2,9 persen.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
KPK Segel Rumah Kajari Bekasi Meski Tak Ditetapkan sebagai Tersangka
-
Si Jago Merah Mengamuk di Kemanggisan, Warung Gado-Gado Ludes Terbakar
-
ODGJ Iseng Main Korek Gas, Panti Sosial di Cengkareng Terbakar
-
Diplomasi Tanpa Sekat 2025: Bagaimana Dasco Jadi 'Jembatan' Megawati hingga Abu Bakar Baasyir
-
Bobby Nasution Berikan Pelayanan ke Masyarakat Korban Bencana Hingga Dini Hari
-
Pramono Anung Beberkan PR Jakarta: Monorel Rasuna, Kali Jodo, hingga RS Sumber Waras
-
Hujan Ringan Guyur Hampir Seluruh Jakarta Akhir Pekan Ini
-
Jelang Nataru, Penumpang Terminal Pulo Gebang Diprediksi Naik Hingga 100 Persen
-
KPK Beberkan Peran Ayah Bupati Bekasi dalam Kasus Suap Ijon Proyek
-
Usai Jadi Tersangka Kasus Suap Ijon Proyek, Bupati Bekasi Minta Maaf kepada Warganya