Suara.com - Pengamat politik Hendri Satrio mengungkapkan analisisnya terhadap persaingan kedua calon presiden nomor urut 01 petahana Joko Widodo (jokowi) dan nomor urut 02 Prabowo Subianto. Ia menyampaikan itu di program Indonesia Lawyers Club (ILC) TV One, Selasa (9/4/2019).
Di awal, ia menjelaskan, ada pihak yang diunggulkan dan underdog (diremehkan, -red) dalam sebuah kompetisi.
"Nadav Goldschmied dari University of Florida, dia bilang, ini ada beberapa efek underdog dalam sebuah kompetisi, yang bisa memenangkan si underdog, sehingga kondisinya seperti sekarang, jadi ramai," jelas Hendri Satrio.
"Si underdog ini bisa didukung oleh beberapa faktor yang bisa membuat dia menang. Salah satunya adalah faktor simpati para pemiliki suara," tambahnya. "Faktor simpati ini bisa membuat si underdog memiliki suara lebih banyak karena ditampilkan sebagai hero, sebagai pahlawan yang melawan dominasi, petahana."
Menurut Hendri Satrio, Jokowi di 2019 pun sudah berbeda dari 2014.
Para pendukung Jokowi, ia sebut, telah banyak beralih ke capres yang lain. Namun itu terjadi bukan karena keunggulan Prabowo.
"Kondisi hari ini, saya menilai, menurut saya, Bang Karni, bukan karena Pak Prabowo-nya yang so wow, bagus, gitu, tapi karena memang ada kekecewaan-kekecewaan terhadap Pak Jokowi," ujar Hendi Satrio.
Hendri Satrio kemudian mengumpamakan persaingan antara Prabowo dan Jokowi untuk kali kedua ini sebagai pertandingan sepak bola. Menurutnya, sebagai juara, Jokowi telah menimbulkan kekecewaan bagi para pendukungnya terdahulu.
"Jadi kalau saya menganalisa pertandingan, ini bukan juara bertahannya yang bermain baik, tapi justru karena juara bertahannya banyak mengecewakan pendukungnya, sehingga pendukungnya banyak berempati atau bersimpati kepada si underdog, si 02," terang Hendi Satrio.
Baca Juga: Menteri Jokowi Sumber Dana 'Amplop Serangan Fajar' ?
Pakar komunikasi dari Universitas Paramadina ini mengaku, hingga saat ini, prediksi untuk hasil Pilpres 2019 masih sulit untuk dilakukan. Apalagi, ia mengatakan, ada beberapa pemilih yang baru menentukan pilihannya di bilik suara, sehingga terjadi sejumlah perubahan data dari lembaga survei.
"Memang sampai saat ini sulit diprediksi karena ada faktor underdog tadi dan faktor kekecewaan terhadap petahana," kata Hendri Satrio.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pramono Anung Beberkan PR Jakarta: Monorel Rasuna, Kali Jodo, hingga RS Sumber Waras
-
Hujan Ringan Guyur Hampir Seluruh Jakarta Akhir Pekan Ini
-
Jelang Nataru, Penumpang Terminal Pulo Gebang Diprediksi Naik Hingga 100 Persen
-
KPK Beberkan Peran Ayah Bupati Bekasi dalam Kasus Suap Ijon Proyek
-
Usai Jadi Tersangka Kasus Suap Ijon Proyek, Bupati Bekasi Minta Maaf kepada Warganya
-
KPK Tahan Bupati Bekasi dan Ayahnya, Suap Ijon Proyek Tembus Rp 14,2 Miliar
-
Kasidatun Kejari HSU Kabur Saat OTT, KPK Ultimatum Segera Menyerahkan Diri
-
Pengalihan Rute Transjakarta Lebak Bulus - Pasar Baru Dampak Penebangan Pohon
-
Diduga Lakukan Pemerasan hingga Ratusan Juta, Kajari dan Kasi Intel Kejaksaan Negeri HSU Ditahan KPK
-
Boni Hargens: 5 Logical Fallacies di Argumentasi Komite Reformasi Polri Terkait Perpol 10/2025