Suara.com - Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai wacana pemilihan kepala daerah (pilkada) tak langsung atau kembali dipilih oleh DPRD tidak memiliki dasar yang kuat.
Menurut Arya, persoalan biaya politik tinggi, konflik dan polarisasi tidak bisa dijadikan alasan agar pilkada dikembalikan ke lembaga perwakilan rakyat.
Arya menuturkan, tingginya biaya politik bukan karena sistem pilkada langsung. Melainkan, karena praktik mahar politik yang diberikan calon kepala daerah kepada partai politik.
"Jadi alasannya bahwa mengembalikan pilkada ke DPRD karena alasan biaya dan kampanye menurut saya lemah dari sisi argumentasi," kata Arya dalam diskusi bertajuk 'Ancaman Pilkada Tidak Langsung, Amandemen Konstitusi, dan Kembalinya Oligarki' di Hotel Ibis Tamarin, Jakarta Pusat pada Minggu (8/12/2019).
Kedua, Arya menilai alasan mengembalikan Pilkada ke DPRD karena pilkada langsung dinilai kerap menimbulkan konflik juga lemah. Sebab, kata Arya, berdasar data yang dikutip dari Kemenkopolhukam pascareformasi hingga kekinian, konflik yang terjadi di daerah bukan karena konflik politik. Tetapi, merupakan konflik akibat pengelolaan sumberdaya alam.
"Kedua, kita lihat tren konflik yang rentan dalam pilkada itu trennya juga menurun. Di Pilkada 2018, nyaris atau hampir tidak ada konflik yang terdengar. Ada yang bilang di Papua, tapi itu sangat kecil dari jumlah pilkada yang dilaksanakan. Jadi alasan konflik untuk menolak pilkada langsung itu juga menurut saya lemah," terangnya.
Terakhir, alasan adanya polarisasi akibat pilkada langsung dinilai Arya juga lemah. Menurut Arya, polarisasi muncul, jika terjadi kompetisi yang ketat. Sedangkan, kata Arya, berdasar catatan polarisasi tersebut tidak ditemukan dalam Pilkada sebelumnya.
"Kalau kita lihat sejak 2018 di pilkada maupun di pilkada sebelumnya nyaris polariasi itu secara dominan itu tidak terjadi. Kecuali sangat kentara di Jakarta, tapi di tempat lain pascapilkada aman-aman saja. Jadi tetap polarisasi ini bisa dicarikan jalan keluarnya, misalnya perbanyak jumlah calon."
Baca Juga: 826 Pasangan Suami Istri Cerai karena Pilkada Langsung
Berita Terkait
-
Pengamat Politik: Sistem Pilkada Sekarang Belum Perlu Diubah
-
Tito Mau Evaluasi Pilkada, Tapi Bantah Mau Dikembalikan ke DPRD
-
Soal Pilkada Langsung Atau Tidak, Wapres Ma'ruf: Sistem Tak Bisa Sempurna
-
Tito Usul Pilkada Dipilih DPRD, Ganjar: Akan Terjadi Jual Beli dan Suap
-
Komisi II DPR Pastikan Pilkada 2020 Tetap Dipilih Langsung Oleh Rakyat
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- 5 Sepatu Nineten Terbaik untuk Lari, Harga Terjangkau Mulai Rp300 Ribu
Pilihan
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
-
Sah! Garuda Indonesia Tunjuk eks Petinggi Singapore Airlines jadi Direktur Keuangan
-
Gaji Program Magang Nasional Dijamin Tak Telat, Langsung Dibayar dari APBN
-
Emas Terbang Tinggi! Harga Antam Tembus Rp 2.596.000, Cetak Rekor di Pegadaian
Terkini
-
Prabowo Ingatkan Anak Muda: Kuasai Ekonomi Sebelum Jadi Pemimpin Politik
-
Jakarta Bersih-Bersih: Halte Transjakarta BNN dan Tiang Monorel Masuk Daftar Pembongkaran
-
DPR Akan Panggil Trans7, Cucun: Jangan Demi Rating Malah Memecah Belah Bangsa
-
Sidang Praperadilan Ditolak, Nadiem Makarim Tulis Surat Menyentuh dari Balik Jeruji
-
BPI Danantara dan Pemprov DKI Siap Wujudkan Proyek Energi Sampah November Ini
-
Wapres Gibran Bingung Ditanya CPNS Optimalisasi? Respon Singkatnya Jadi Sorotan!
-
Surya Paloh dan Sjafrie Gelar Pertemuan Tertutup di Kantor Menhan, Ada Sinyal Politik Apa?
-
Komnas Perempuan: Kekerasan Seksual Mei 1998 Tidak Boleh Dihapus dari Sejarah
-
'Sakit Hati' Lama Terbongkar di Pengadilan, Jusuf Hamka: Saya Dizalimi Hary Tanoe
-
Survei: 83,5% Publik Puas Kinerja Prabowo, Program Energi Bahlil Bikin Hemat Triliunan