Suara.com - Sejumput gletser yang dimiliki Indonesia di Puncak Jaya, Papua, menyusut dalam tempo cepat sehingga bisa menghilang dalam satu dekade, menurut sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal milik National Academy of Science, Amerika Serikat, pekan ini.
"Karena lokasi gletser di Papua yang relatif rendah, ia akan menjadi yang pertama yang menghilang," kata Lonnie Thompson, Professor di School of Earth Science di Ohio State University yang juga salah seorang penulis studi sebagaimana dilansir dari DW Indonesia, Rabu (25/12).
"Nasib gletser-gletser ini adalah indikator," bagi kondisi iklim di Bumi, imbuhnya.
Pertengahan tahun 2019 Islandia mencatat kepunahan gletser pertama ketika Okjökull menghilang di musim panas. Peristiwa itu dinilai sebagai peringatan bagi 400 gletser lain di kepulauan subartik tersebut. Sementara di jantung Eropa, ilmuwan Swiss melaporkan laju kenaikan emisi CO2 akan memusnahkan 90% gletser di pegunungan Alpina di penghujung abad.
Gletser memiliki mikro ekosistem yang rumit dan sensitif. Sekali mencair, laju penyusutan akan sulit dihentikan.
Hal serupa mengancam antara lain gletser Carstenz yang terhampar seluas 68,6 hektar di ketinggian 4.600 meter di atas permukaan laut. Menurut hasil studi lapangan pada 2010, gletser ini memiliki ketebalan 32 meter dan menyusut sebanyak tujuh meter per tahun.
"Gletser tropis kebanyakan lebih kecil dan reaksi mereka terhadap variasi perubahan iklim jauh lebih cepat ketimbang pada gletser yang lebih besar," kata Glasiologis Indonesia, Donaldi Permana, anggota tim ilmuwan.
Sebelumnya ilmuwan memperkirakan gletser-gletser di Papua telah kehilangan sebanyak 85% luasnya sejak beberapa dekade terakhir. Adapun studi teranyar oleh National Academy of Science mencatat luas gletser yang dulu terhampar seluas 2.000 hektar menyusut menjadi kurang dari 100 hektar.
Para peneliti juga mencatat laju penurunan es yang meningkat menjadi lima kali lipat lebih cepat hanya dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Berselimutkan Gletser di Puncaknya, Potret Gunung Kebnekaise di Swedia
"Situasinya sudah mencapai level yang mengkhawatirkan, karena pembentukan es tidak lagi terjadi, hanya penurunan gletser," kata Permana. "Gletser-gletser ini terancam punah dalam satu dekade atau bahkan lebih cepat," imbuhnya.
Fenomena penyusutan gletser di Papua dipercepat oleh fenomena cuaca El Nino, yang membawa udara hangat dan memangkas curah hujan. "Mengurangi emisi gas rumah kaca dan menanam lebih banyak pohon mungkin bisa memperlambat laju penyusutan es di Papua," kata Permana.
"Tapi kami yakin akan sangat sulit untuk menyelamatkannya," dari kepunahan.
Selain dampak lingkungan, kepunahan gletser juga diratapi sejumlah suku Papua yang meyakini bentangan es tersebut sebagai lokasi sakral. "Pegunungan dan lembah-lembah adalah kaki dan tangan dewa mereka dan gletser adalah kepalanya," kata Lonnie Thompson. "Jadi kepala dewa mereka akan segera menghilang."
Berita Terkait
-
Mahasiswa Minta Pemerintah Tarik Pasukan TNI - Polri di Papua saat Natal
-
Warganya Tewas Ditembak Aparat, Wakil Bupati Nduga Mundur dari Jabatan
-
Ratusan Polisi Antar Jasad Anggota Brimob Tewas Dianiaya Warga di Papua
-
Kasus Bendera Bintang Kejora, Surya Anta Cs Didakwa Pasal Makar
-
TPNPB-OPM Bertanggungjawab atas Penembakan 8 TNI di Intan Jaya
Terpopuler
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Kemera Terbaik, Mudah Tapi Bisa Diandalkan
-
Kontroversi Penalti Kedua Timnas Indonesia, Analis Media Arab Saudi Soroti Wasit
-
6 Rekomendasi HP Murah Baterai Jumbo 6.000 mAh, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
7 Fakta Bakengrind, Roti 'Bebas Gluten' yang Diduga Penipuan dan Membahayakan
-
3 Titik Lemah yang Bikin Timnas Indonesia Takluk dari Arab Saudi
Terkini
-
Wali Kota Semarang Tinjau Rusunawa Karangroto, Respon Langsung Keluhan Penghuni
-
Percepat Pembangunan Papua, Prabowo Dorong Kolaborasi Pemerintah Daerah dan Komite Eksekutif
-
Akhmad Wiyagus jadi Wamendagri, Tito Karnavian Senang Punya 3 Wamen: Tugas Saya jadi Lebih Ringan
-
Sempat Bikin Panik, Polisi Pastikan Ledakan PT Nucleus Farma Bukan Bom: Kami Masih Selidiki
-
Transisi Energi: Mungkinkah Jadi Jalan Hijau Menuju Pertumbuhan Indonesia 8 Persen?
-
KPPPA Minta Orang Tua dan Siswa Tak Takut Santap MBG: Manfaatnya Jauh Lebih Besar!
-
Ngaku Hati-hati, Penetapan Tersangka Kasus Haji Tunggu Hasil BPK?
-
2 Petinggi Google Indonesia Diperiksa Kejagung Terkait Kasus Chromebook yang Menyeret Nadiem Makarim
-
Kuli Bangunan Tewas Ditusuk Rekan Sendiri, Polisi Selidiki Motif Pembunuhan Sadis
-
Kebakaran Hutan Dunia Meningkat Tajam, Dampak Ekonomi dan Risiko Kemanusiaan Kian Parah