Suara.com - Komedian Cak Lontong berkelakar menyindir dana banjir dan lem dalam penampilannya memeriahkan malam penutupan Rakernas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (12/1/2020).
Dalam lakon antara penjajah dan warga setempat, Cak Lontong berperang sebagai sosok penjajah yang datang ke suatu wilayah. Lalu, komedian senior Marwoto mengambil lakon warga setempat.
Mulanya, Marwoto menyalahkan sosok Cak Lontong yang memicu banjir setelah kedatangannya. Bukan cuma itu, Marwoto juga menyebut Natuna dan menyebut lakon Cak Lontong sebagai pengacau.
"Dulu sebelum kamu datang ke sini, banjir tidak segini besarnya. Tapi, setelah kamu datang, banjir meluas ke mana-mana. Natuna juga hampir (hancur) kalau pasukan saya tidak ada. Entah apa yang terjadi, saya nggak tahu. Kamu pengacau!" ujar Marwoto sambil berlakon marah ke Cak Lontong.
Cak Lontong menanggapi santai dan meminta agar tidak sembarangan berkata-kata. Dia menyebut terangan-terangan bahwa dana banjir untuk wilayah tersebut dikurangi untuk membeli lem.
"Jangan sembarangan ya. Dana banjir saya kurangi memang. Kamu tahu untuk apa? Beli lem! Jangan dikira, bukan saya yang menyebabkan banjir," tutur Cak Lontong disambut tawa lepas para peserta Rakernas PDIP.
Tiba-tiba Cak Lontong melontarkan lelucon soal perbedaan naturalisasi--program Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk menangani banjir--dan normalisasi. Meski beda, imbuh Cak Lontong, ada persamaan antara dua istilah itu.
"Ini harusnya jelas kan. Beda antara naturalisasi dan normalisasi. Ini masyarakat harus tahu. Walaupun ada persamaan, tetap beda," ujar Cak Lontong berkelakar.
Komika Akbar, yang berlakon menjadi warga setempat, bertanya: "Apa (persamaannya)?" Cak Lontong pun menjawab, "...sasi!" disambut tawa para peserta yang menghadiri Rakernas PDIP tersebut.
Baca Juga: HNW: Anies Digugat, BMKG Salah Ramal Cuaca Kenapa Tak Digugat Juga
Berita Terkait
-
Ditemukan Tewas di Hotel, PDIP: Bupati Boven Digoel Punya Riwayat Jantung
-
Kasus Banjir, Gubernur Anies Baswedan Resmi Digugat Warga ke Pengadilan
-
Sempat Hadiri Rakernas PDIP, Bupati Boven Digoel Tewas di Hotel Mercure
-
Hadapi Gugatan Class Action Korban Banjir, Pemprov DKI: Biasa Saja
-
Penglihatan Tak Jelas, Megawati Kenali Prabowo Gara-gara Ini
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
KPK Ungkap Kasus Kredit Fiktif BPR Jepara Artha Rugikan Negara Hingga Rp 254 Miliar
-
Reno dan Farhan Masih Hilang, KemHAM: Jangan Buru-buru Disebut Korban Penghilangan Paksa!
-
Mardiono Didukung Jadi Caketum PPP Jelang Muktamar X, Amir Uskara Komandoi Tim Relawan Pemenangan
-
Terkuak! Alasan Ustaz Khalid Basalamah Cicil Duit Korupsi Haji ke KPK
-
Periksa Dirjen PHU Hampir 12 Jam, KPK Curiga Ada Aliran Uang Panas dari Kasus Korupsi Kuota Haji
-
Mardiono Tanggapi Munculnya Calon Ketum Eksternal: PPP Punya Mekanisme dan Konstitusi Baku
-
Dirut BPR Jepara Artha Dkk Dapat Duit hingga Biaya Umrah dalam Kasus Kredit Fiktif
-
Muncul ke Publik Usai Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Eko Purnomo: Maaf Bikin Khawatir
-
KPK Wanti-wanti Kemenkeu soal Potensi Korupsi dalam Pencairan Rp 200 Triliun ke 5 Bank
-
Mendagri Jelaskan Pentingnya Keseimbangan APBD dan Peran Swasta Dalam Pembangunan Daerah