Suara.com - Kebakaran hutan yang melanda Australia telah memberikan petunjuk bahwa kondisi semacam itu dapat menjadi sesuatu yang normal kecuali masyarakat dunia bergerak cepat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global, kata para ilmuwan memperingatkan.
Walaupun pemerintah dan beberapa media Australia telah mencoba untuk mengecilkan andil manusia dalam perubahan iklim yang membuat Australia menjadi lebih rentan terhadap kebakaran hutan, lebih dari 57 makalah ilmiah yang diterbitkan sejak 2013 menemukan kaitan yang jelas antara peran manusia dan perubahan iklim.
"Kita tidak akan membalikkan perubahan iklim pada rentang waktu yang sebentar. Jadi, kondisi yang terjadi sekarang tidak akan hilang begitu saja," ujar Richard Betts, Kepala Riset Dampak Iklim dari Met Office Hadley Center Inggris.
Betts, yang turut menulis ulasan tentang kaitan antara peran manusia dengan perubahan iklim, menyampaikan pernyataan tersebut dalam konferensi di London pada Senin.
Ulasan tersebut menemukan bahwa perubahan iklim telah menuju ke peningkatan frekuensi dan keparahan -- dari apa yang disebut ilmuwan sebagai -- "Cuaca Kebakaran", yakni periode dengan suatu risiko kebakaran yang tinggi disebabkan beberapa kombinasi dari suhu yang semakin panas, kelembaban yang rendah, rendahnya hujan, dan besarnya angin.
Berbagai dampak dari perubahan iklim tersebut tidak hanya ditemukan di Australia, tetapi juga di Amerika Serikat bagian barat dan Kanada hingga ke bagian selatan Eropa, Skandinavia, Amazon dan Siberia, demikian temuan dari ulasan tersebut.
Secara global, musim cuaca kebakaran sudah meluas ke sekitar 25 persen dari permukaan bumi, dan menghasilkan sekitar 20 persen kenaikan dalam rata-rata rentang waktu musim cuaca kebakaran, berdasarkan dari data observasi.
Betts mengatakan bahwa Australia sangat rentan terhadap kebakaran karena wilayah negara itu telah memanas lebih dari kenaikan suhu global, yakni sekitar satu derajat celcius, sejak masa pra-industri.
Organisiasi Meteorologi Dunia menyatakan bahwa suhu global yang terus meningkat dapat mencapai 3 hingga 5 derajat celcius pada abad ini -- atau lebih dari tiga kali batas suhu yang disetujui dalam Perjanjian Iklim Paris 2015 -- jika masyarakat dunia tidak melakukan apa-apa untuk menghentikan kenaikan emisi.
Baca Juga: Terancam Punah Akibat Kebakaran Hebat, Australia Buka Adopsi Koala Liar
"Kondisi suhu di Australia sedang ekstrem saat ini, tetapi itu adalah hal yang kami sudah perkirakan akan terjadi di dalam dunia yang mengalami peningkatan tiga derajat pemanasan global," ujar Betts. "Hal ini mengingatkan kalian pada apa arti dari perubahan iklim," lanjutnya.
Ulasan tersebut dilakukan memakai ScienceBrief.org, yaitu suatu panel riset online yang baru dibentuk oleh University of East Anglia and Tyndall Centre for Climate Change Research di Inggris.
Setidaknya sekitar 28 orang terbunuh dalam kebakaran di Australia yang telah menghancurkan sekitar 2.000 rumah dan membakar 11,2 miliar hektare lahan, atau hampir setengah dari wilayah Inggris.
Setelah selama beberapa pekan mendapat kritik mengenai cara menghadapi krisis, Perdana Menteri Scott Morrison pada Minggu (12/1) mengatakan bahwa ia akan melakukan pemeriksaan tingkat tinggi untuk bencana, termasuk dampak dari perubahan iklim.
Sumber: Antara/Reuters
Berita Terkait
-
Buat Terharu, Kelompok Hijabers Ini Masak untuk Petugas Kebakaran Australia
-
Kurangi Konsumsi Daging Bisa Bantu Selamatkan Bumi? Ini Kata Ilmuwan
-
Rumah Hangus Terbakar, Korban Kebakaran Australia Menang Lotere Rp 9 Miliar
-
Terancam Punah Akibat Kebakaran Hebat, Australia Buka Adopsi Koala Liar
-
Kylie Jenner Sumbang Rp 13 Miliar setelah Dikritik Pakai Sandal Bulu
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
- 5 Mobil Bekas di Bawah 50 Juta Muat Banyak Keluarga, Murah tapi Mewah
Pilihan
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
-
Harga Pangan Nasional Kompak Turun Usai Natal, Cabai hingga Bawang Merah Merosot Tajam
-
7 Langkah Investasi Reksa Dana untuk Kelola Gaji UMR agar Tetap Bertumbuh
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
Terkini
-
Jogja Padat Saat Nataru, Wisatawan Tak Masalah Macet-macetan di Pusat Kota
-
Gus Yazid Berpeci dan Sarung Diborgol, Terjerat Pusaran Korupsi Rp20 M: Saya Tidak Terima
-
Prihatin Kericuhan di Aceh Warga Vs Aparat, Wakil Ketua Komisi I DPR Minta Semua Pihak Menahan Diri
-
Rapimnas I Partai Golkar, Kader Solid di Bawah Kepemimpinan Bahlil Lahadalia
-
Terkuak, Alasan Polri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Wilayah Bencana Sumatra
-
Nominal UMP Jakarta 2026 Bikin Buruh Kecewa, Anggota DPRD DKI Bilang Begini
-
Terekam CCTV! Detik-Detik Curanmor Bersenpi Teror Warga Kembangan di Siang Bolong
-
Gus Yazid Dijerat TPPU Rp20 M, Diduga Nikmati Uang Korupsi Tanah BUMD Cilacap
-
PNM Kembali Turun Langsung ke Aceh Tamiang, Salurkan Bantuan & Perkuat Proses Bangkit Pasca Bencana
-
Satgas Damai Cartenz Tangkap 45 Anggota OPM Sepanjang 2025, 15 Tewas Saat Melawan!