Suara.com - Muhammad Farhan, warga negara Indonesia (WNI) yang disandera oleh kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina Selatan berhasil dibebaskan pada Rabu (15/1) petang waktu setempat, menurut pernyataan resmi Kementrian Luar Negeri Indonesia.
"Yang bersangkutan berhasil diselamatkan militer Filipina di Baranggay Bato Bato, Indanan Sulu," tulis pernyataan sebagaimana dilansir BBC Indonesia.
Farhan dilaporkan telah menjalani pemeriksaan kesehatan di Rumah Sakit Westmincom, Zamboanga dan dinyatakan sehat. Selanjutnya Farhan akan diserahkan otoritas Filipina kepada KBRI Manila dan dipulangkan ke Indonesia.
Farhan merupakan WNI terakhir yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf.
Diculik Saat Melaut
Farhan merupakan salah satu dari tiga WNI yang diculik di perairan Tambisan, Lahad Datu, Malaysia pada 23 September 2019 lalu. Dua sandera lainnya, Maharudin dan Samiun, telah dibebaskan pada 22 Desember 2019 dan diserahkan langsung oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi kepada keluarga pada 26 Desember 2019.
Ia disekap selama 115 hari.
Surat kabar Filipina Manila Bulletin melaporkan bahwa ia diselamatkan oleh Komando Mindanao Barat (WestMinCom) sekitar pukul 18:45 waktu setempat pada Rabu.
Menurut Komandan WestMinCom Letjen Cirilito Sobejana, para tentara melancarkan "operasi intelijen dan tempur yang intensif" yang menghasilkan kebebasan Farhan.
Baca Juga: Sulit Terdeteksi, Nasib Satu WNI Tawanan Abu Sayyaf Masih Misterius
"Tentara di lapangan menerima informasi dari warga lokal tentang keberadaannya, yang akhirnya menghasilkan pembebasan tersebut," katanya seperti dikutip Manila Bulletin.
Farhan dilaporkan kabur dari penculiknya, hingga seorang warga sipil yang merupakan kawannya memberi informasi tentang keberadaannya.
Para tentara pergi ke area tersebut untuk mengecek laporan.
Sobejana mengatakan korban penculikan dibawa ke rumah sakit setempat untuk diperiksa, kemudian diterbangkan ke rumah sakit umum untuk pemeriksaan lanjutan.
Berita Terkait
-
Sulit Terdeteksi, Nasib Satu WNI Tawanan Abu Sayyaf Masih Misterius
-
WNI Selalu jadi Target Sandera Abu Sayyaf, Wapres Maruf Mau Evaluasi
-
Dua WNI Sandera Abu Sayyaf Pulang ke Keluarga, Satu Masih di Filipina
-
LIVE STREAMING: Prosesi Serah Terima Dua WNI yang Disandera Abu Sayyaf
-
Sore Ini Kemenlu Gelar Prosesi Serah Terima 2 WNI yang Disandera Abu Sayyaf
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- 7 Rekomendasi Parfum Terbaik untuk Pelari, Semakin Berkeringat Semakin Wangi
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
- 8 Moisturizer Lokal Terbaik untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Solusi Flek Hitam
- 15 Kode Redeem FC Mobile Aktif 10 Oktober 2025: Segera Dapatkan Golden Goals & Asian Qualifier!
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Tiga Notaris Jadi Saksi Kunci, KPK 'Kuliti' Skema Mafia Tanah Tol Sumatera
-
Tragedi Ponpes Al Khoziny: Identifikasi Korban Terus Berlanjut, 53 Jenazah Teridentifikasi!
-
Nobel Perdamaian 2025 Penuh Duri: Jejak Digital Pro-Israel Penerima Penghargaan Jadi Bumerang
-
Birokrasi Jadi Penghambat Ambisi Ekonomi Hijau Indonesia? MPR Usul Langkah Berani
-
Jejak Korupsi SPBU Ditelusuri, KPK dan BPK Periksa Eks Petinggi Pertamina
-
'Tsunami' Darat di Meksiko: 42 Tewas, Puluhan Hilang Ditelan Banjir Bandang Mengerikan
-
Prajurit TNI Gagalkan Aksi Begal dan Tabrak Lari di Tol Kebon Jeruk, 3 Motor Curian Diamankan
-
Di The Top Tourism Leaders Forum, Wamendagri Bima Bicara Pentingnya Diferensiasi Ekonomi Kreatif
-
KPK Bongkar Akal Bulus Korupsi Tol Trans Sumatera: Lahan 'Digoreng' Dulu, Negara Tekor Rp205 M
-
Buntut Tragedi Ponpes Al Khoziny, Golkar Desak Pesantren Dapat Jatah 20 Persen APBN