Suara.com - Partai Gerindra enggan menanggapi serius terkait hasir survei Indo Barometer yang menempatkan sang Ketua Umum Prabowo Subianto di peringkat teratas sebagai kandidat capres terkuat untuk Pilpres 2024.
Mereka menilai hasil survei tersebut masih terlalu dini. Mengingat pemerintahan Presiden Joko Widodo yang baru berjalan pasca Pemilu 2019 lalu.
"Partai Gerindra tentunya bersyukur terhadap hasil survei yang menunjukkan bahwa masyarakat percaya terhadap kinerja Pak Prabowo sehingga menyebabkan Pak Prabowo masih terpopuler di antara yang lain. Tetapi ini survei yang masih terlalu dini, kalau kemudian dikait-kaitkan dengan kontestasi Pilpres 2024 yang masih jauh," ujar Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad kepada wartawan, Minggu (23/2/2020).
Menurut Dasco, Partai Gerindra belum terpikirkan apapun mengenai Pilpres 2024. Gerindra yang saat ini berada di koalisi pemerintahan tengah berfokus untuk kerja nyata untuk rakyat.
"Partai Gerindra belum memikirkan pilpres 2024, Partai Gerindra masih melakukan konsolidasi internal, masih memperkuat partai, masih menjaga kesolidan partai, dan masih memikirkan bekerja yang terbanyak dan terbaik untuk rakyat Indonesia," kata Dasco.
"Oleh karena itu, hasil survei ini bukan menjadi patokan. Tetapi hasil survei ini hanya akan menjadi pemicu semangat bagi partai Gerindra di seluruh Indonesia untuk bekerja lebih baik lagi untuk rakyat Indonesia," ujarnya.
Untuk diketahui, nama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto ternyata masih menduduki papan atas sebagai kandidat kuat untuk capres pada Pilpres 2024. Hal itu ditujukan dari hasil survei yang dilakukan oleh Indo Barometer.
Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari mengatakan Prabowo menjadi yang teratas dari simulasi 22 nama kandidat dalam survei yang dilakukan.
Prabowo berada di peringkat pertama dengan hasil survei 22,5 persen, yang kemudian dibayangi Anies Baswedan di posisi kedua dengan 14,3 persen, Sandiaga Uno 8,1 persen, Ganjar Pranowo 7,7 persen, dan Tri Rismaharini 6,8 persen.
Baca Juga: RSCM Kebanjiran, PSI ke Anies: Mohon Lebih Serius Atasi Banjir, Bukan Balap
Namun, kata Qodari, keunggulan yang diraih Prabowo tersebut terjadi lantaran nama Joko Widodo tidak masukan. Mengingat, Jokowi sudah dua periode menjabat sehingga tidak lagi bertarung di Pilpres 2024.
"Keunggulan Prabowo terjadi jika tidak ada nama Jokowi. Jika nama Jokowi masuk ke dalam simulasi 23 nama maka Jokowi masuk urutan pertama dengan angka 32.2 persen, kemudian disusul Prabowo Subianto 17.5 persen, Anies Baswedan 9.7 persen, Sandiaga Salahuddin Uno 6.1 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 4.3 persen, Tri Rismaharini 3.6 persen," kata Qodari di Hotel Century, Jakarta, Minggu (23/2/2020).
Berita Terkait
-
Minus Jokowi, Anies Baswedan Bayangi Prabowo Jadi Capres 2024
-
Survei Indo Barometer: Anies Kandidat Terkuat Pilpres 2024 Tapi Tak Aman
-
Prabowo Menggerutu Disebut Menteri Terbaik, Sang Ajudan Ungkap Alasannya
-
Belum Mau Mundur dari DPR, Gerindra Sebut Cawagub Riza Baru Bikin Surat
-
Video Viral Pria Marah-marah di Sekolah Bawa Nama Prabowo
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Dukung Revisi UU Hak Cipta untuk Lindungi Karya Jurnalistik, AMSI Serahkan Simbol Dukungan Ini
-
Prabowo Setujui Ditjen Pesantren, PDIP Siap 'Perkuat Narasi Patriotisme'
-
Polemik Utang Hingga Dugaan Markup Whoosh, PDIP Tugaskan Fraksi Lakukan Kajian
-
'Skema Mafia' Terbongkar: Rp 40 Miliar Digelontorkan untuk 'Beli' Vonis Lepas Korupsi CPO
-
Akui Sulit Tangkap Gembong Narkoba Fredy Pratama, Bareskrim: Dikejar Lari-lari!
-
Bukan Cuma Iklan: 5 Bos Media Bongkar 'Revenue Stream' Ajaib di Era AI
-
Pakar Pidana Tegaskan Polemik Patok Kayu PT WKM Harusnya Tak Jadi Perkara Pidana
-
Kejagung Dalami Jejak Korupsi Chromebook Sampai ke 'Ring 1' Nadiem Makarim
-
Terungkap! Alasan Sebenarnya APBD DKI Jakarta Numpuk Rp14,6 Triliun! Bukan Deposito, Tapi...?
-
Kejati Jakarta Bongkar Skandal LPEI: Negara 'Dibobol' Hampir Rp 1 Triliun