Suara.com - Social Distancing atau menahan diri untuk tidak keluar rumah selama krisis pandemi corona bisa mengurangi laju persebaran virus tersebut. Kesimpulan ini diambil dari laporan The Washington Post yang dirilis pada Sabtu (14/3/2020). Terkait hal ini, beredar pula video 'Bagaimana Wabah COVID-19 Bisa Berakhir' yang bersumber pada laporan The Washington Post tersebut.
Berdasarkan laporan yang ditulis oleh Harry Stevens itu, wabah virus corona disebut-sebut dapat berakhir apabila masyarakat di wilayah terjangkit bersedia melakukan 'Social Distancing'. Tindakan ini menuntut seseorang untuk mengisolir diri di dalam rumah untuk mengurangi resiko tertular virus.
Penularan virus corona terjadi melalui kontak fisik antara orang yang terinfeksi dengan orang yang sehat. Sarana penyebarannya adalah melalui droplet atau air liur yang dihasilkan saat seseorang yang terinfeksi bersin atau batuk-batuk. Droplet ini dapat bertahan selama beberapa waktu sehingga apabila tersentuh oleh seseorang maka ia bisa tertular jika bagian yang terkena droplet menyentuh mata, hidung, atau mulut.
Dalam hal ini, 'Social Distancing' akan sangat membantu karena dapat memperlambat laju penyebaran virus dengan membuatnya 'dikarantina'. Berikut penjelasannya!
Ketika seseorang membatasi diri bertemu dengan orang lain maka risiko untuk tertular atau menularkan virus juga semakin rendah. Perlu diingat bahwa syarat penularan virus hanya melalui kontak fisik sehingga langkah terbaik untuk mencegah hal itu adalah dengan menguranginya.
Itulah mengapa banyak negara seperti China dan Italia melakukan 'Lockdown'. Saat sebuah wilayah memutuskan 'Lockdown' maka masyarakat yang menghuni wilayah tersebut akan dianjurkan untuk menghindari tempat-tempat padat penduduk. Sebaliknya, masyarakat diimbau untuk tetap berada di rumah dan tak boleh keluar jika bukan untuk keperluan yang mendesak.
Ini sesuai dengan grafik yang diperlihatkan dalam laporan The Washington Post. Dalam laporan tersebut, penulis mengatakan bahwa pandemi virus corona cepat atau lambat akan berakhir. Hanya saja perbedaannya ada pada jumlah korban yang meninggal.
Dalam ilustrasi yang terdapat pada laporan tersebut, tergambar sebuah grafik di mana pemerintah dalam hal ini otoritas kesehatan setempat memiliki batas maksimal jumlah pekerja medis dan fasilitas kesehatan yang bisa diakses oleh masyarakat.
Apabila laju penularan virus sangat tinggi maka bisa saja jumlah pasien membludak dan melebihi kapasitas RS. Jika hal ini sampai terjadi maka akan ada banyak pasien yang berisiko tinggi tidak terselamatkan karena gagal mendapatkan perawatan.
Baca Juga: Ingin Berlakukan 'Isolasi' Jakarta, Anies: Kita Tak Bisa Putuskan Sendiri
Oleh karena itu, tugas masyarakat dan pemerintah yang sebenarnya adalah mengurangi laju persebaran virus agar pasien yang dirawat di RS jangan sampai membludak. Dengan demikian, pasien yang terlanjur terinfeksi bisa mendapatkan perawatan secara maksimal sampai dinyatakan sembuh.
Saat semua pasien sudah dinyatakan sembuh total maka wilayah atau daerah tersebut bisa kembali aman. Orang-orang yang melakukan praktek 'Social Distancing' bisa kembali beraktivitas dan kegiatan sehari-hari akan kembali seperti biasanya.
Dalam hal ini, Presiden Joko Widodo juga telah menganjurkan masyarakat di Indonesia untuk berkegiatan di rumah.
Melansir unggahan Najwa Shihab di Instagram, ia menyebut perkataan Presiden Jokowi yang meminta masyarakat untuk bekerja dari rumah, sekolah dari rumah, dan ibadah di rumah.
"Dengan kondisi ini, sudah saatnya kita kerja dari rumah, sekolah dari rumah, dan ibadah di rumah," ujar Jokowi seperti dikutip dari unggahan Najwa Shihab.
Jadi, bagaimana? Sudah siap mempraktekkan 'Social Distancing'?
Tag
Berita Terkait
-
Darurat Polusi Udara! Punjab Pakistan Lockdown, Sekolah dan Aktivitas Luar Ruangan Dilarang
-
SMPN 8 Tangerang 'Lockdown' Dua Minggu Buntut Puluhan Siswa Sakit Cacar, Ketua IDI Ingatkan Hal Ini
-
Kasus Covid-19 Meningkat, Pedagang Beberkan Ketersediaan Stok Masker dan Obat di Pasar Pramuka
-
Viral Dokter Tifa Klaim Akan Ada Lockdown Gegara Pandemi 2.0 di 2023, Netizen Siap Lapor Polisi
-
5 Fakta Menarik tentang Barbeque, Paling Sering Diadakan di Dua Negara Ini!
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Boni Hargens: Tim Transformasi Polri Bukan Tandingan, Tapi Bukti Inklusivitas Reformasi
-
Lama Bungkam, Istri Arya Daru Pangayunan Akhirnya Buka Suara: Jangan Framing Negatif
-
Karlip Wartawan CNN Dicabut Istana, Forum Pemred-PWI: Ancaman Penjara Bagi Pembungkam Jurnalis!
-
AJI Jakarta, LBH Pers hingga Dewan Pers Kecam Pencabutan Kartu Liputan Jurnalis CNN oleh Istana
-
Istana Cabut kartu Liputan Wartawan Usai Tanya MBG ke Prabowo, Dewan Pers: Hormati UU Pers!
-
PIP September 2025 Kapan Cair? Cek Nominal dan Ketentuan Terkini
-
PLN Perkuat Keandalan Listrik untuk PHR di WK Rokan Demi Ketahanan Energi Nasional
-
PN Jaksel Tolak Praperadilan, Eksekusi Terpidana Kasus Pencemaran Nama Baik JK Tetap Berlanjut
-
Roy Suryo Sindir Keras Acara UGM yang Dihadiri Menteri Sepi Peminat: Ini Karma Bela Ijazah Jokowi!
-
Dokter Tifa Bongkar Cuitan Akun Fufufafa Soal 'Lulusan SMP Pengen Mewah': Ndleming!