Suara.com - Senat Amerika Serikat mengusulkan mengganti nama jalan di depan kantor kedutaan besar China di ibu kota negara Pakde Sam tersebut, Washington DC.
Senator Tom Cotton, seperti diberitakan Channel News Asia, mengusulkan nama Jalan International Place di sekitar kedubes China menjadi Jalan Dr Li Wenliang.
Dokter Li Wenliang adalah orang yang kali pertama menyebar informasi adanya virus corona covid-19 di dunia. Belakangan, Li Wenliang wafat karena terinfeksi virus corona.
Usulan Tom Cotton yang dilontarkan pada hari Kamis (7/5/2020) itu turut didukung oleh senator lainnya, Marco Rubio.
Menurut Tom, pergantian nama jalan itu untuk membuat malu China. Sebab, ia mengklaim China bertanggung jawab atas kelalaian mencegah lebih awal virus tersebut agar tak menyebar ke banyak negara.
"Kami akan memastikan nama Li Wenliang tidak pernah dilupakan, dengan menempatkannya secara permanen di depan kedutaan negara yang bertanggung jawab atas kematian yang dicoba dicegah oleh Dr Li," ujar Senator Tom Cotton.
Li Wenliang adalah salah satu dokter yang membagikan sebuah unggahan di media sosial pada bulan Desember yang memperingatkan bahwa virus corona telah menyebar di Wuhan.
Dia ditegur oleh polisi dan diminta menandatangani pernyataan yang berjanji tidak akan melakukan "tindakan melanggar hukum" lagi.
Belakangan, bulan Februari 2020, Dokter Li Wenliang dilaporkan meninggal dunia karena terpapar virus covid-19.
Baca Juga: Tesla Kembali Hentikan Aktivitas Pabriknya di China, Kurang Suku Cadang?
Jauh sebelum ada virus corona, anggota Senat AS juga pernah mengusulkan mengganti nama satu jalan menjadi Liu Xiaobo, penulis pemenang Hadiah Nobel yang dipenjara setelah menyerukan reformasi di China.
China mengecam keras upaya penggantian nama tersebut dan menolak proposal. Sejak saat itu, hubungan AS dengan China kian memburuk.
Apalagi saat pemerintahan Presiden Donald Trump yang terus menerus menuduh China atas penyebaran pandemi virus corona yang telah merenggut lebih dari 250.000 orang di seluruh dunia.
Bukan hanya tokoh dari China yang kerap jadi 'simbol sindiran' oleh pemerintah Amerika Serikat, bahkan Rusia pun pernah masuk ke salah satu daftar nama jalan.
Dewan Kota di Washington pada tahun 2018 memberi nama sebuah blok di depan kedutaan Rusia dengan nama Boris Nemtsov.
Ia merupakan salah satu kritikus paling vokal ke Presiden Vladimir Putin, yang ditembak mati di Moskow pada tahun 2015.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Perkosa Wanita di Ruang Tamu, Ketua Pemuda di Aceh Ditahan dan Terancam Hukuman Cambuk!
-
Akui Agus Suparmanto Ketum, DPW PPP Jabar Tolak Mentah-mentah SK Mardiono: Tak Sesuai Muktamar
-
12 Tokoh Ajukan Amicus Curiae untuk Nadiem, Kejagung: Kami Berpegang Pada Alat Bukti Sah
-
Ada HUT ke-80 TNI dan Dihadiri Prabowo, Tugu Monas Ditutup Sementara untuk Wisatawan Besok
-
Pemprov Sumut Kolaborasi Menuju Zero ODOL 2027
-
Mardiono Yakin SK Kepengurusan PPP di Bawah Pimpinannya Tak Akan Digugat, Kubu Agus: Bisa kalau...
-
Masa Tunggu Haji Diusulkan Jadi 26,4 Tahun untuk Seluruh Wilayah Indonesia
-
Prabowo Bakal Hadiri HUT ke-80 TNI, Monas Ditutup untuk Wisatawan Minggu Besok
-
Tembus 187 Kasus, Kecelakaan Kereta di Daop 1 Jakarta Terbanyak Melibatkan Orang!
-
Gelagapan Baca UUD 45, Ekspresi Wakil Ketua DPRD Pasangkayu Disorot: Yang Dibaca Pancasila?