Suara.com - Peneliti Pusat Studi Agama dan Lintas Budaya (CRCS) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Mohammad Iqbal Ahnaf menilai ruang media sosial masih terbuka dijadikan sebagai sarana mobilisasi isu negara Islam.
"Memang, dengan pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), kesadaran masyarakat meningkat sehingga akses mereka relatif menyempit," kata Dr. Mohammad Iqbal Ahnaf dalam diskusi bedah buku berjudul The Illusion of an Islami State secara daring, Selasa (12/5/2020).
Namun, Iqbal mengingatkan bahwa menyempitnya akses kelompok tersebut untuk memobilisasi gagasan negara Islam hanya pada ruang-ruang tertentu.
Artinya, kata dia, masih banyak ruang yang mereka gunakan leluasa untuk mobilisasi dan propaganda gagasan negara Islam, terutama di medsos.
"Mereka tidak menggunakan istilah khilafah, Hizbut Tahrir. Bahkan, bendera HTI pun tidak dipakai. Mereka menggunakan istilah-istilah yang ramah dengan khalayak muslim, seperti 'Yuk Ngaji', 'Ngaji Keren', dan sebagainya," katanya.
Menurut dia, model kamuflase dalam bahasa atau istilah lain yang lebih mudah diterima itu pasti digunakan sehingga harus diwaspadai.
Sebenarnya, kata dia, misi utama Hizbut Tahrir adalah mendeligitimasi tatanan politik yang ada dengan mengeksploitasi krisis yang dimaknai sebagai kegagalan sistem pemerintahan yang ada.
Bahkan, kata dia, upaya penanganan Covid-19, kemiskinan, hingga persoalan sepele pun bisa dieksploitasi sebagai kegagalan sistem yang pada akhirnya ditawarkan solusinya dengan konsep negara Islam.
Sementara itu, pengamat terorisme Universitas Muhammadiyah Jakarta Debbie Affianty menyoroti maraknya pelibatan keluarga, terutama perempuan dan anak-anak, dalam aksi terorisme beberapa waktu belakangan.
Baca Juga: Jualan Lagi, PKL Pasar Mampang: Mending Mati di Luar Daripada Diam di Rumah
Menurut dia, pelibatan keluarga itu dalam aksi terorisme relatif mudah dilakukan dengan memanfaatkan kepatuhan anak terhadap orang tua dan loyalitas istri terhadap suami.
"Apakah akan berhenti sampai di situ? Makin diekspose maka yang lain akan makin terinspirasi," katanya.
Denbie juga sepakat bahwa medsos menjadi ruang yang terbuka bagi kelompok-kelompok yang ingin memobilisasi gagasan negara Islam, termasuk gerakan-gerakan terorisme.
Dalam diskusi daring itu, hadir pula Nur Dhania, korban propaganda ISIS yang menceritakan awal mula tertarik dengan gerakan radikal itu dari situs jejaring sosial atau medsos.
Apalagi, Dhania mengakui ketika itu masih berusia 15—16 tahun yang sedang labil-labilnya, penuh semangat, dan emosi karena dalam masa pencarian jati diri, kemudian banyak mencari tahu melalui medsos. [Antara]
Berita Terkait
-
Gandeng Tokoh Nasional, UGM Ajak Masyarakat Pilah Informasi di Tengah Wabah
-
Wapres: Konservatisme Membuat Negara Berpenduduk Mayoritas Islam Susah Maju
-
Usai Dipolisikan Kasus Jual-Beli Akun Youtube, Syakir Daulay Buka Suara
-
Mendadak Jogja Dilanda Hujan Angin, Netizen: Pertanda Apa Ini?
-
Yusuf Mansur dan Erick Thohir akan Ramaikan Gebyar Ramadan Mardliyyah UGM
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
Pilihan
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
-
Heimir Hallgrimsson 11 12 dengan Patrick Kluivert, PSSI Yakin Rekrut?
-
Pelatih Islandia di Piala Dunia 2018 Masuk Radar PSSI Sebagai Calon Nahkoda Timnas Indonesia
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
Terkini
-
Perti Dukung Penuh Kebangkitan PPP di Bawah Kepemimpinan Mardiono
-
KPK Buka Penyelidikan Baru, BPKH Klarifikasi Soal Layanan Kargo Haji
-
Siap Diperiksa Kasus Ijazah Jokowi, Roy Suryo Cs Yakin Tak Ditahan: Silfester Saja Masih Bebas!
-
Pulihkan Nama Baik, Presiden Prabowo Beri Rehabilitasi Dua Guru Korban Kriminalisasi Asal Luwu Utara
-
Pesan Pengacara PT WKM untuk Presiden Prabowo: Datanglah ke Tambang Kami, Ada 1,2 Km Illegal Mining
-
Misteri Penculikan Bilqis: Pengacara Duga Suku Anak Dalam Hanya 'Kambing Hitam' Sindikat Besar
-
Babak Baru Korupsi Petral: Kejagung Buka Penyidikan Periode 2008-2015, Puluhan Saksi Diperiksa
-
Aliansi Laki-Laki Baru: Lelaki Korban Kekerasan Seksual Harus Berani Bicara
-
Ahli BRIN Ungkap Operasi Tersembunyi di Balik Jalan Tambang PT Position di Halmahera Timur
-
Jeritan Sunyi di Balik Tembok Maskulinitas: Mengapa Lelaki Korban Kekerasan Seksual Bungkam?