Suara.com - Dunia pendidikan Indonesia kekinian harus menekuni kenyataan baru selama pandemi Covid-19 masih berlangsung. Aktivitas belajar dan mengajar harus dilakukan secara virtual mengingat institusi pendidikan seperti SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi meliburkan aktivitas tersebut.
Seluruh siswa di Indonesia harus belajar di rumahnya masing-masing. Di sisi lain, para guru harus memutar otak agar kegiatan belajar dan mengajar berjalan secara efektif. Di kota besar misalnya, yang segala akses bisa ditempuh, para guru kerap kelimpungan memberikan materi. Apalagi yang berada di pelosok, rasanya sulit dibayangkan --apalagi dilakukan.
Kami berbincang dengan salah satu guru terkait fenomena tersebut. Banyak cerita yang dia rasakan, misalnya buruknya jaringan internet yang menyebabkan percakapan terputus, pengawasan orang tua yang minim, hingga tatap muka secara virtual --yang membikin tatap muka berubah menjadi tatap layar.
Sejatinya, pendidikan merupakan satu usaha untuk membebaskan manusia. Lebih luas lagi, mengutip pernyataan Paulo Freire, pendidikan adalah usaha untuk "memanusiakan manusia" alias melawan bentuk dehumanisasi.
Konsep Freire berpijak pada usaha penghargaan terhadap manusia. Pendidikan harus menempatkan pendidik dan peserta didik sebagai subyek --sebab dalam prosesnya, keduanya sejajar.
Dalam situasi seperti sekarang, ada hal yang hilang, yakni dialog secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Dialog secara langsung kini berubah -- dari 'yang nyata' menjadi 'yang maya'. Artinya, baik pendidik dan peserta didik menjadi pihak yang terdampak. Terdampak dari sistem pendidikan yang tidak siap dengan kenyataan seperti ini --pandemi corona tak berkesudahan, tak bertepi.
GPN (26) --nama disamarkan-- seorang guru yang mengajar di sebuah SMA di kawasan Parung, Kabupaten Bogor bercerita, ada hal yang hilang dalam kesehariannya. Proses tatap muka dengan para murid sudah tidak berjalan selama hampir tiga bulan.
Kendala, sudah menjadi barang tentu bagi GPN yang merupakan guru mata pelajaran sejarah. Hal pertama yang dia rasakan adalah molornya jam belajar dan mengajar. Maklum, dia mengajar di salah satu sekolah swasta yang kebanyakan siswanya merupakan kelas menengah ke atas.
Kondisi semacam ini, kata dia, membuat para siswa sudah terbiasa dengan situasi rumah. Kegiatan belajar dan mengajar yang biasanya mulai pukul 08.00 WIB bisa molor hingga siang hari.
Baca Juga: Novel Baswedan: Ia Pasang Badan, Agar Pelaku Sebenarnya Tak Terungkap
"Kan anak SMA juga kedisiplinan waktunya kurang. Misal jam 8 pagi murid harus sudah siap belajar, sekarang molor karena mereka di rumah, sudah terbiasa dengan kondisi di rumah," ujar dia kepada Suara.com, Senin (18/5/2020).
GPN mengatakan, dalam kelas pelajaran sejarah, dia biasa membuka ruang dialog dengan para murid. Artinya, proses penyampaian mata pelajar sejarah harus disampaikan dengan cara bercerita -- memberi gambaran tentang sebuah peristiwa di masa lampau. Ada proses membayangkan. Ada sebuah proses menelisik masa lampau dengan memberi gambaran secara lisan.
"Otomatis banyak kendala. Apalagi saya guru sejarah. Materi sejarah harus disampaikan dengan bercerita, ada sesuatu yang harus digambarkan," sambungnya.
Menurut GPN, proses belajar dan mengajar secara virtual atau webdinar acapkali menemukan kendala. Baginya, pendidikan bukan hanya sekedar menyampaikan materi saja. Sebagai seorang guru, dia harus mengerti kondisi seluruh siswanya. Artinya, seorang guru memunyai beban moril, apakah materi yang disampaikan benar-benar tersampaikan pada siswa atau tidak.
"Kalau dari cara mengajar, kendalanya pasti ada. Karena guru tidak hanya menyampaikan materi saja. Kadang kita harus tahu kondisi masing-masing siswa. Nah kita tidak cek mereka," beber dia.
Kendala lainnya adalah masalah jaringan internet. Proses belajar dan mengajar secara virtual sering kali terputus akibat jaringan internet yang buruk. Situasi semacam itu kerap membikin GPN kesulitan dalam menyampaikan materi. Dia harus memutar otak untuk mengatasi hal tersebut. Dia kerap memberikan bahan ajar dalam bentuk video, rekaman suara, dan power point. Terkadang, dia kerap memberikan video-video dokumenter sejarah kepada para siswanya.
Tag
Berita Terkait
-
Kini Kasus Virus Corona di Palembang Paling Banyak se-Sumsel
-
PSBB Palembang Rencana 20 Mei, Jam Operasional Dunia Usaha Cuma 5 Jam
-
Belum Ada Keputusan Soal Subsidi Klub di RUPS Luar Biasa PT LIB
-
Roda Ekonomi Diputar, Hongaria dan Slovenia Sepakat Buka Perbatasan 1 Juni
-
Longgarkan Lockdown, Negara di Asia Mulai Terlihat Normal
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
- Kompetisi Menulis dari AXIS Belum Usai, Gemakan #SuaraParaJuara dan Dapatkan Hadiah
- Ini 5 Shio Paling Beruntung di Bulan Oktober 2025, Kamu Termasuk?
- Rumah Tangga Deddy Corbuzier dan Sabrina Diisukan Retak, Dulu Pacaran Diam-Diam Tanpa Restu Orangtua
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
-
Evakuasi Ponpes Al-Khoziny: Nihil Tanda Kehidupan, Alat Berat Dikerahkan Diirigi Tangis
Terkini
-
9 Orang Positif Radioaktif CS-137 Cikande Dirawat di RS Fatmawati Jakarta, Begini Kondisinya!
-
Rocky Gerung: 'Hantu' Isu Lama Jokowi akan Terus Bayangi Pemerintahan Prabowo
-
Catat! Daftar Kereta Api yang Berhenti di Stasiun Jatinegara Pada Jumat dan Perayaan HUT ke-80 TNI
-
"Minum Air Terasa Seperti Mimpi," Kisah Alfatih, Santri Terkubur 2 Malam di Reruntuhan Al Khoziny
-
Gubernur Pramono Putihkan 1.238 Ijazah, Habiskan Anggaran Rp4,13 Miliar
-
"Hot News Will Begin Darling", Status IG Terakhir Rizky Kabah Sebelum Ditangkap Polisi
-
Ketua Dewan Pembina PSI Berinisial J Mengarah ke Jokowi, Keengganan Mempublikasi Bisa Jadi Bumerang?
-
Menkum Sahkan Kepengurusan Mardiono, Mahkamah Partai Menggugat: Satu Syarat Formil Dilanggar
-
Menkum Supratman 'Tantang' Balik PPP Kubu Agus Suparmanto: Silakan Gugat SK Mardiono ke PTUN!
-
Polisi Larang Warga Berkerumun di Reruntuhan Ponpes Al Khoziny: Kasih Kami Kesempatan!