Satu MCK dipakai beberapa orang di permukiman padat
Surabaya dijuluki sebagai "zona hitam" oleh warganet lantaran warna zona kota itu dalam peta penyebaran kasus Covid-19 terlihat paling gelap.
Kategori zona dalam peta penyebaran kasus terbagi mulai dari warna hijau yang menandakan zona aman.
Seiring meningkatnya jumlah kasus, warna zona menjadi kuning dan kemudian merah untuk menandadkan zona dengan jumlah kasus yang tinggi.
Sebelumnya, Gubernur Khofifah Indar Parawansa menampik jika peta Surabaya berwarna hitam atau telah menjadi zona hitam. Ia mejelaskan peta tersebut berwarna merah tua karena tercatat ada lebih dari 2.000 kasus.
"Kemudian ada yang tanya, itu (di peta) kok ada yang hitam. Itu bukan hitam tapi merah tua. Seperti Sidoarjo yang angka kasusnya 500 sekian merah sekali, kalau angkanya dua ribu sekian (seperti di Surabaya) merah tua," Khofifah dikutip mengucapkan pada awal pekan.
Sementara, Ketua Komisi C DPRD Surabaya yang membidangi pembangunan, Baktiono, berpendapat bahwa padatnya permukiman di sekitar kota dan juga fasilitas kebersihan yang digunakan oleh beberapa keluarga secara bersamaan, juga menciptakan kondisi menyulitkan untuk menekan penyebaran Covid-19.
"Jadi, satu MCK (mandi, cuci, kakus) digunakan oleh beberapa kepala keluarga. Nah di situ kalau ada warga yang memang terinfeksi Covid-19 itu mudah untuk tertular.
Jadi memang untuk di Kota Surabaya ini tidak semudah yang kita bayangkan," ujar Baktiono via telpon, Rabu (03/06).
Baca Juga: Surabaya Disebut Zona Hitam Penularan Corona, Gubernur Jatim: Itu Merah Tua
Anggota fraksi PDI-P itu menjelaskan bahwa penanganan setempat kini berfokus pada pemberdayaan pada tingkat komunitas demi meningkatkan efektivitas penanganan.
"Di setiap RW sekarang ini kan sudah dibentuk 'Kampung Wani (Berani)' untuk melawan Covid ini. Mereka sudah yang mengisolasi kampungnya sendiri-sendiri.
Jadi kalau ada warga yang masuk kampung, itu ada desinfektan seperti sprayer, ada juga alat untuk cuci tangan," tutur Baktiono.
Namun, ia mengatakan bahwa pergerakan tiap warga juga tidak bisa dipastikan sehingga masih rentan terjadi penularan.
Berita Terkait
-
Di Masa New Normal BRIsyariah Beroperasi 100 Persen
-
Jika Pandemi Usai, Wisata Berkelanjutan Akan Jadi Tren
-
Kaya Vitamin A, Mangga Disebut Bisa Meningkatkan Kekebalan Tubuh
-
Update Covid-19 Global 4 Juni: Kasus Positif di Amerika Nyaris 2 Juta
-
Peradangan Langka Terkait Covid-19 Lebih Berisiko pada Anak Turunan Afrika
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Rumahnya Dijadikan Tempat Kebaktian, Apa Agama Krisna Mukti?
- Tak Cuma di Indonesia, Ijazah Gibran Jadi 'Gunjingan' Diaspora di Sydney: Banyak yang Membicarakan
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Game-Changer Transportasi Jakarta: Stasiun KRL Karet dan BNI City Jadi Satu!
-
Ingin Benahi Masalah Keracunan MBG, Prabowo Minta Ompreng Dicuci Ultraviolet hingga Lakukan Ini
-
Gedung Bundar Siapkan 'Amunisi' untuk Patahkan Gugatan Praperadilan Nadiem Makarim
-
Waspada! 2 Ruas Jalan di Jakarta Barat Terendam: Ketinggian Air Capai...
-
Viral SPBU Shell Pasang Spanduk 'Pijat Refleksi Rp1000/Menit', Imbas BBM Kosong
-
Tok! Lulusan SMA Tetap Bisa Jadi Presiden, MK Tolak Gugatan Syarat Capres-Cawapres Minimal Sarjana
-
Amnesty Tanggapi Pencabutan Kartu Identitas Liputan Istana: Contoh Praktik Otoriter
-
Tak Ada Damai, Penggugat Ijazah Gibran, Subhan Palal Beri Syarat Mutlak: Mundur dari Jabatan Wapres!
-
Dari OB dan Tukang Ojek Jadi Raja Properti, 2 Pemuda Ini Bikin Prabowo Hormat, Cuan Rp150 M Setahun!
-
Masa Depan PPP Suram? Pengamat: Di Mata Rakyat 'Mengurus Partai Saja Tidak Becus'