News / Nasional
Senin, 29 September 2025 | 18:41 WIB
Kolase Mardiono dan Agus Suparmanto. Keduanya saling klaim menjadi Ketum PPP usai muktamar X. [Instagram]
Baca 10 detik
    • Konflik internal PPP dinilai menghambat peluang partai kembali ke DPR.
    • Masyarakat ragu memilih PPP akibat dualisme kepemimpinan yang berulang.
    • Ricuh Muktamar X munculkan klaim ganda Muhammad Mardiono vs Agus Suparmanto.

Suara.com - Konflik internal yang terus menjerat Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dinilai akan menghambat langkah partai berlambang kakbah itu kembali masuk ke parlemen di Senayan.

Menurut Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, dinamika yang ditampilkan PPP lewat dualisme kepemimpinan membuat partai lebih sibuk mengurus masalah internal ketimbang memperkuat elektoral.

"PPP yang lebih menampilkan konflik internal tentu akan sulit kembali ke Senayan. Partai ini akan terus berkutat untuk membenahi internal yang tak kunjung usai," kata Jamil kepada Suara.com, Senin (29/9/2025).

Ia menilai, dalam kondisi seperti itu, PPP justru akan lebih fokus pada konsolidasi internal.

Akibatnya, partai tidak memiliki cukup waktu untuk membesarkan basis dukungan dan meningkatkan elektoral.

Selain itu, konflik yang berulang disebut akan memengaruhi persepsi masyarakat. Publik akan ragu untuk memberikan suara pada PPP yang selalu diliputi pertikaian.

"Masyarakat juga akan berpikir untuk memilih PPP yang selalu berkonflik. Di mata masyarakat, partai ini tak layak dipilih karena mengurus partainya saja tidak becus," kritik Jamil.

Karena itu, peluang PPP untuk kembali menempatkan wakilnya di DPR dianggap sangat kecil apabila tidak segera melakukan perubahan.

"Kalau PPP tidak berubah maka elektoralnya akan semakin menurun. Karena itu, peluangnya untuk kembali ke Senayan sangat kecil," katanya.

Baca Juga: Muktamar X PPP Ricuh dan Saling Klaim Jadi Ketum, Pakar: Partai Tua Tapi Belum Dewasa

Sebelumnya, Muktamar X PPP yang berlangsung pada Sabtu, 27 September 2025, di Mercure Convention Center, Ancol, Jakarta Utara, diwarnai kericuhan serius yang memunculkan dualisme kepemimpinan di tubuh partai.

Insiden bermula saat Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PPP, Muhammad Mardiono, tengah melakukan wawancara dengan media.

Sekelompok kader dari kubu yang menuntut perubahan meneriakkan yel-yel 'Perubahan! Perubahan!', sebagai bentuk protes terhadap kepemimpinan Mardiono.

Pendukung Mardiono membalas dengan sorakan serupa. Suasana memanas hingga terjadi dorong-mendorong, adu mulut, bahkan melempar air dan kursi ke arah masing-masing.

Petugas keamanan turun tangan untuk menenangkan situasi yang nyaris tak terkendali.

Setelah kericuhan, muncul klaim saling bertentangan mengenai kepemimpinan PPP.

Load More