Suara.com - Sekretaris Jendral Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, mengaku frustasi melihat kurangnya koordinasi antar negara dalam menangani pandemi virus Corona Covid-19.
Menyadur The Hindu, Guterres memeringatkan bahwa tindakan egois banyak negara yang hanya mementingkan diri sendiri tidak akan berhasil mengalahkan virus yang telah menyebar hampir ke seantero dunia itu.
Dengan bertindak sendiri-sendiri, menurut Guterres hanya akan membuat situasi yang ada makin tak terkendali. Karenanya, koordinasi tingkat global menjadi kunci.
“Saya frustrasi, tentu saja, dengan kurangnya kerja sama internasional pada saat ini,” kata Guterres dikutip The Hindu, Rabu (24/6/2020).
"Tapi saya berharap generasi baru dapat membuat perubahan di masa depan," tambahnya.
Sejak awal munculnya pandemi Covid-19, Guterres menjadi salah satu orang paling vokal dalam upaya memobilisasi aksi internasional.
Wabah virus Corona disebutnya jadi tantangan internasional terbesar sejak meletusnya Perang Dunia II yang meletus pada 1939 dan baru berakhir pada penghujung 1945.
Menurut Guterres, para pemimpin dunia harus memiliki kerendahan hati untuk mengehntikan konflik dan melakukan gencatan senjata demi mengatasai wabah Covid-19.
Namun, seruannya yang berulang kali dilontarkan, pada akhirnya ditanggapi dingin oleh berbagai negara. Amerika Serikat menjadi contoh bagaimana pemimpin dunia justru memperlambat upaya penanganan pandemi.
Baca Juga: Trump Tangguhkan Penelitian Covid-19, Virus Corona Mati di Musim Panas?
Presiden AS, Donald Trump diketahui telah menghentikan semua pendanaan untuk Organsiasi Kesehatan Dunia (WHO). Dia menuduh WHO lebih condong membantu China dalam masalah krisis kesehatan global ini.
"Saya pikir kita perlu mempromosikan kerendahan hati," beber Guterres.
"karena hanya berdasarkan kerendahan hati kita akan memahami peluang kita, dan memahami peluang kita, kita memahami perlunya memiliki solidaritas dan persatuan," tandasnya.
Berita Terkait
-
PBB Kutuk Serangan Fasilitas Kesehatan Afghanistan saat Pandemi
-
Covid-19: Para Perempuan yang Menghindari KDRT saat Karantina
-
Tak Ingin Ada Konflik, Menlu Jerman Desak India dan China Berdamai
-
WHO: Keserakahan Manusia Jadi Biang Kerok Munculnya Pandemi
-
PBB: Dampak Virus Corona Bisa Bunuh 51 Ribu Anak di Timteng dan Afrika
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
Menhut Raja Juli Disorot DPR soal Bencana Sumatra, Respons soal Usulan Mundur Jadi Sorotan
-
Rapat Panas di DPR: Anggota Komisi IV Minta Menhut Raja Juli Mundur soal Penanganan Bencana Sumatra
-
Kapolri Ungkap Jejak Chainsaw di Kayu Gelondongan Banjir, Dugaan Kejahatan Hutan Makin Menguat?
-
Menhut Raja Juli Rahasiakan 12 Perusahaan 'Biang Kerok' Banjir Sumatra, Alasannya?
-
ICW Soroti Pemulihan Korupsi yang Seret: Rp 330 Triliun Bocor, Hanya 4,84 Persen yang Kembali
-
Boni Hargens Kritik Keras Komite Reformasi Polri, Terjebak dalam Paralisis Analisis
-
Heboh 250 Warga Satu Desa Tewas Saat Banjir Aceh, Bupati Armia: Itu Informasi Sesat!
-
SLHS Belum Beres, BGN Ancam Suspend Dapur MBG di Banyumas
-
DPR Sentil Pejabat Panggul Beras Bantuan: Gak Perlu Pencitraan, Serahkan Langsung!
-
Investigasi Banjir Sumatra: Bahlil Fokus Telusuri Tambang di Aceh dan Sumut