Suara.com - Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyebut sejak 1 Juni 2020, sejumlah daerah zona merah mengalami perubahan.
Kata dia, dalam waktu 23 minggu, jumlah daerah zona merah Covid-19 yang sebelumnya 108 daerah, turun menjadi 57 daerah.
"Sekarang sudah mengalami perubahan. Dalam kurun waktu yang tidak lama, hanya dalam 23 minggu, daerah yang zona merah bisa berubah menjadi, dari 108 zona merah menjadi 57 daerah," ujar Doni di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (29/6/2020).
Menurutnya, langkah-langkah yang harus dioptimalkan untuk menekan jumlah daerah zona merah yakni melibatkan segenap komponen. Di antaranya dengan pelibatan tokoh masyarakat, tokoh agama dan termasuk juga melibatkan antropolog dalam melakukan edukasi kepada masyarakat
"Pendekatan yang bersifat kearifan daerah diharapkan bisa menjadi ujung tombak. Sehingga para pimpinan sampai ke tingkat paling rendah, yaitu kepala desa bisa menggunakan bahasa yg mudah dipahami oleh masyarakat. Istilah asing harus bisa diterjemahkan menjadi bahasa yang mudah dipahami, termasuk penggunaan bahasa daerah," ucap Doni.
"Seperti halnya istilah droplet, kemudian social distancing, physical distancing dan new normal. Ini diharapkan bisa diterjemahkan oleh seluruh pimpinan di daerah agar yang penting masyarakat bisa paham," sambungnya.
Lebih lanjut, Doni menegaskan Gugus Tugas juga melakukan zonaisasi daerah-daerah yang berisiko tinggi, sedang, rendah dan daerah yang tidak terdampak serta daerah tidak terdapat kasus.
Namun zonaisasi kata Doni tergantung kepedulian semua pihak terkait dan komponen masyarakat.
"Zonaisasi ini sangat tergantung dari tingkat kepedulian bersama, tidak cukup hanya bupati/wali kota atau gubernurnya. Bila tidak mendapatkan dukungan dari segenap komponen masyarakat di daerah, bisa saja semula zona hijau dalam waktu tidak terlalu lama terjadi perubahan ke kuning bahkan yang kuning pun bisa menjadi oranye bahkan merah," katanya.
Baca Juga: 31 RW di Jakarta Berpotensi jadi Zona Merah Corona, Ini Daftarnya
Berita Terkait
-
Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan
-
Kau Pergi, Tapi Tak Pernah Hilang: Doa dan Cinta untuk Doni Monardo
-
CATATAN Egy Massadiah: Ketika Jenderal Maruli Membangunkan Sang Komandan
-
Santi Ariviani Istri Doni Monardo Bukan Orang Biasa, Anak Pensiunan TNI Sekaligus Mantan Bupati
-
Mengenal Reizalka Dwika Monardo, Putra Doni Monardo yang Lolos Akmil Tanpa Embel-embel Nama Sang Ayah
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
Terkini
-
Melaju Kencang di Tikungan Tajam, 7 Fakta Kecelakaan Maut Bus PO Cahaya Trans di Exit Tol Semarang
-
Sentil Pejabat yang 'Flexing', Rocky Gerung Sebut Prabowo Perlu Sosok Jujur untuk Kendalikan Bencana
-
Punya Harta Rp 79 Miliar, Asal-Usul 29 Bidang Tanah Bupati Bekasi Jadi Sorotan
-
Akhir Pelarian Kasidatun HSU: Bantah Tabrak KPK, Diduga Terima Aliran Dana Rp1 Miliar
-
Drama Berakhir di Polda: Erika Carlina Resmi Cabut Laporan terhadap DJ Panda
-
4 Kritik Tajam Dino Patti Djalal ke Menlu Sugiono: Ferrari Kemlu Terancam Mogok
-
Habiburokhman: KUHAP Baru Jadi Terobosan Konstitusional Reformasi Polri
-
Mekanisme Khusus MBG Saat Libur Nataru: Datang ke Sekolah atau Tak Dapat
-
Jelang Natal dan Tahun Baru, Polda Metro Jaya Siagakan 5.044 Personel Gabungan!
-
Walhi Sumut Bongkar Jejak Korporasi di Balik Banjir Tapanuli: Bukan Sekadar Bencana Alam