Suara.com - Pengamat Pertahanan dari Universitas Paramadina Anton Aliabbas menyebut, pemerintah seringkali tidak terbuka apabila membeli alutsista dengan harga mahal. Dengan begitu ia meminta pemerintah transparan terkait pembelian alutsista apalagi kalau harganya cukup tinggi.
Hal tersebut dimintanya sebab Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berencana untuk membeli 15 pesawat jet berjenis Eurofighter Thypoon bekas dari Austria. Meskipun bekas, biaya perawatannya mencapai kurang lebih Rp 6,5 triliun per tahun.
Rencana Prabowo itu jelas dipertanyakannya, karena adanya arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk lebih memprioritaskan pembelajaan dari produk-produk dalam negeri.
Arahan Jokowi yang disampaikan pada awal Juli 2020 seolah dipatahkan Prabowo yang mau membeli 15 pesawat jet bekas penggunaan angkatan bersenjata Austria.
"Ada baiknya pemerintah transparan pengadaan typhoon berapa nilai kontraknya, apa saja amanat UU industri pertahanan yang mungkin bisa diakomodir dalam kontrak itu diungkapkan ke publik," kata Anton dalam sebuah diskusi virtual, Senin (27/7/2020).
"Selama ini kita sebagai publik, melihat pemerintah tidak transparan dalam pembelian alutsista terutama yang mahal," tambahnya.
Anton mengungkap bahwa rencana pembelian pesawat jet tyhpoon itu bukanlah ide baru. Pesawat itu telah menjadi salah satu opsi alutsista yang ingin dibeli pemerintah saat Marsekal Hadi Tjahjanto masih menjabat sebagai sekretaris militer Presiden.
Namun akhirnya pemerintah lebih memilih membeli 11 pesawat tempur Sukhoi Su-35 yang kontraknya diteken pada 12 Februari 2018.
Lebih lanjut, ia menilai apabila Prabowo tetap kekeuh untuk membeli pesawat jet Typhoon, konsistensi pemerintah dalam menjalankan amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan pun dipertanyakan.
Baca Juga: Negara Ingin Modernisasi Alutsista, Tapi Prabowo Malah Beli Pesawat Seken
Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa apabila pembelian produk alutsista luar negeri dilakukan, seharusnya berasal dari pabriknya. Tetapi pesawat jet Eurofighter yang diincar Prabowo itu justru berasal dari pengguna.
"Apa lagi Austria bukan negara produk Typhoon. Jadi kita bisa lihat sebelumnya kita beli bekas jelas pada negara pabrikan. F16 kita beli pada Amerika serikat. Typhoon kita beli pada Austria yang jelas pengguna," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
- Jelajah Rasa! Ini Daftar Kota di Jawa Tengah yang Jadi Surganya Pecinta Kuliner
Pilihan
-
Stanley Matthews: Peraih Ballon dOr Pertama yang Bermain hingga Usia 50 Tahun
-
Jordi Amat Tak Sabar Bela Timnas Indonesia Hadapi Arab Saudi
-
Hasil BRI Super League: Persib Menang Comeback Atas Arema FC
-
Malaysia Turunin Harga Bensin, Netizen Indonesia Auto Julid: Di Sini yang Turun Hujan Doang!
-
Drama Bilqis dan Enji: Ayu Ting Ting Ungkap Kebenaran yang Selama Ini Disembunyikan
Terkini
-
Jelang Hari Tani 2025, AGRA Sebut Kebijakan Agraria Pemerintahan Prabowo Hanya Untungkan Elite
-
Gara-gara Tak Dibuatkan Mie Instan, Suami di Cakung Tega Bakar Istri hingga Tewas
-
Mahasiswi IPB Jadi Korban Pengeroyokan Brutal Sekuriti PT TPL, Jaket Almamater Hangus Dibakar
-
Pemda Diingatkan Mendagri Agar Realisasikan Pendapatan dan Belanja Sesuai Target
-
Wakil Bupati Jember Adukan Bupati ke KPK Terkait Masalah Tata Kelola Pemerintahan
-
Lewat PKA dan PKP, Wamendagri Bima Arya Dorong Lahirnya Pemimpin Berkarakter dan Visioner
-
Dibakar Suami Cemburu, Siti Akhirnya Meninggal Dunia Usai Dirawat Intensif
-
Kaget Dipanggil Polisi Soal Demo Ricuh, Iqbal Ramadhan: Saya Advokat, Bukan Penghasut!
-
Urusan Pesantren 'Naik Kelas', Kemenag Siapkan Eselon I Khusus di Momen Hari Santri 2025
-
Posyandu Miliki Peran Sebagai Mesin Sosial di Lingkup Masyarakat, Mendagri Berikan Apresiasi