Suara.com - Erupsi Gunung Sinabung yang terjadi sejak Sabtu (8/8/2020) menyebabkan empat kecamatan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut) tertutup abu vulkanik. Akibatnya, ratusan ladang milik petani gagal panen.
Salah satunya dialami Warga Desa Sukatepu, Kecamatan Namanteran, Jon Printis yang mengeluhkan gagal panen akibat ladang cabai miliknya tertutup abu vulkanik.
"Gagal panen lah. Ini masih kami pilih mana yang masih bisa diambil, kami ambil, tapi sudah tertutup debu semua tanaman cabai kami," kata Jon, Selasa (11/8/2020).
Dijelaskan Jon, abu yang menutupi ladang miliknya berasal dari erupsi yang terjadi pada Seni (10/8/2020) pagi.
Tidak hanya ladang yang menjadi sumber mata pencaharian, rumah yang mereka tempati di Desa Sukatepu juga dihujani abu.
"Setelah erupsi itu langit gelap kali, seperti malam hari. Rumah kami sudah tertutup abu semua," ungkapnya.
Dirinya berharap, saat masa pandemi Covid-19 dan di tengah gagalnya panen warga, pemerintah dapat memperhatikan nasib mereka.
Menurut Jon, akibat gagal panen dampak dari erupsi Gunung Sinabung, jangankan untuk berharap keuntungan hasil ladang, balik modal saja Jon dan warga lainnya sudah sangat bersyukur.
"Kalau sudah begini, syukur-syukur bisa balik modal. Tapi sepertinya memang gagal total, paling kalau ada hanya bisa untuk kebutuhan sehari-hari," ucapnya.
Baca Juga: Gunung Sinabung Erupsi, BPBD Karo Larang Warga Masuki Zona Merah
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo, ada empat kecamatan yang sangat terdampak akibat erupsi Gunung Sinabung.
Empat kecamatan tersebut meliputi Kecamatan Namanteran, Kecamatan Merdeka, Dolat Rayat dan Kecamatan Berastagi.
"Empat kecamatan ini yang paling terdampak. Dari empat itu, Namanteran dan Merdeka merupakan yang paling parah tertutup abu vulkanik," kata Kepala BPBD Karo, Natanael Perangin-angin saat dikonfirmasi.
Dikatakan Natanael untuk Kecamatan Namanteran sekitar 907 hektare lahan pertanian warga terdampak hingga gagal panen.
Tanaman pertanian gagal panen akibat tebalnya abu vulkanik yang menyelimuti wilayah tersebut.
"Saat ini masih terus kita lakukan upaya pembersihan. Kalau di Namanteran itu paling terdampak, hasil pertanian seperti kentang, cabai, tomat dan kubis, banyak tertutup abu dan gagal panen," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 Oktober 2025, Banjir 16.000 Gems dan Pemain Acak 106-110
Pilihan
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
-
Sah! Garuda Indonesia Tunjuk eks Petinggi Singapore Airlines jadi Direktur Keuangan
-
Gaji Program Magang Nasional Dijamin Tak Telat, Langsung Dibayar dari APBN
-
Emas Terbang Tinggi! Harga Antam Tembus Rp 2.596.000, Cetak Rekor di Pegadaian
Terkini
-
Komnas Perempuan: Kekerasan Seksual Mei 1998 Tidak Boleh Dihapus dari Sejarah
-
'Sakit Hati' Lama Terbongkar di Pengadilan, Jusuf Hamka: Saya Dizalimi Hary Tanoe
-
Survei: 83,5% Publik Puas Kinerja Prabowo, Program Energi Bahlil Bikin Hemat Triliunan
-
Menteri ESDM Bahlil Jelaskan Aturan Baru Soal Perpanjangan IUPK, Ini Syarat Lengkapnya!
-
Kenapa Indonesia Panas Banget? Ini Jawaban Lengkap dari BMKG
-
Sidang Sengketa Tambang Nikel Halmahera, OC Kaligis 'Skakmat' Jaksa Pakai Saksi Mereka Sendiri
-
Bukan Feodalisme, Ustaz Adi Hidayat Sebut Cium Tangan Kiai Itu Warisan Adab
-
Semarang Peringati Pertempuran Lima Hari, Generasi Muda Didorong Memaknai Patriotisme
-
Baru Sebulan Menjabat, Purbaya Jadi Menteri Paling Bersinar di Kabinet Prabowo-Gibran
-
Lewat Creative Financing, Dampak Pengurangan DBH untuk Jakarta Bakal Terminimalisir