Suara.com - Beberapa hari terakhir beredar desas-desus pemerintah akan menghapus kurikulum mata pelajaran sejarah dari bangku sekolah menengah.
Kalau isu tersebut nanti sampai benar-benar menjadi kenyataan sudah pasti akan terjadi gelombang protes dari kalangan politisi dan pendidikan. Baru muncul kabar saja sudah ada penolakan karena menurut Direktur Political and Public Policy Studies Jerry Massie kepada Suara.com, "bangsa yang besar mengedepankan nilai-nilai luhur sejarah bangsa."
Jerry berharap informasi yang beredar itu tak benar lantaran peradaban sebuah bangsa ditentukan seberapa paham siswa-siswi mengenal sejarah bangsa.
Jerry mengatakan justru pelajaran sejarah harus diperkuat lagi sehingga generasi muda tak terbedol dari akar sejarah mereka.
"Begitu pula pelajaran pahlawan mulai abad ke-XVIII sampai saat sampai pahlawan revolusi. Bahkan pelajaran kesenian perlu diperkuat lantaran ada banyak tradisi lokal mulai pakaian adat, tarian mulai luntur justru budaya asing mulai menggeser," kata Jerry yang pernah mengenyam pendidikan tinggi di Amerika Serikat.
Jerry memberikan perbandingan dengan pendidikan di luar negeri yang menjadikan pelajaran sejarah sebagai skala prioritas.
Jerry menyarankan lebih baik pendidikan moral pancasila dikembalikan, kalau perlu pendidikan sejarah perjuangan bangsa juga, lantaran ruang lingkup sejarah cukup luas.
"Memang kita akui kita sangat kurang museum sejarah. Negara sekelas Amerika memiliki banyak museum sejarah. Anak-anak sekolah sering diantar ditempat bersejarah agar mereka mengenal dari dekat para pahlawan dan tokoh-tokoh bangsa," kata dia.
Jerry menekankan pelajaran sejarah akan melatih anak didik mencintai bangsa dan menumbuhkan nilai-nilai nasionalisme mereka.
Baca Juga: Mengenal Marissa Hutabarat WNI yang Jadi Hakim di Pengadilan AS
"Kalau pelajaran etika itu kebanyakan didapat di rumah, agama di tempat ibadah dan sekolah pelajaran seperti sejarah," katanya.
Isu penyederhanaan kurikulum dengan menghapus pelajaran sejarah juga dipertanyakan kalangan politikus sekaligus pemerhati pendidikan. Politikus PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari menegaskan dalam Twitter @evndari menghilangkan pelajaran sejarah bertentangan dengan pendidikan pembangunan karakter dan bangsa.
Eva Kusuma Sundari mengaku sangat sedih mendengar wacana tersebut.
"Aku menangis meraung-raung, gulung-gulung. Stop project “pedhot oyot” yang bertentangan dengan pendidikan pembangunan karakter dan bangsa. Pertahankan mapel sejarah Indo yang pakai critical thinking (ansos), jangan hapalan yang manipulatif. Menuju manusia merdeka!" kata Eva Kusuma Sundari.
Politikus Partai Gerindra yang juga pendiri Fadli Zon Library, Fadli Zon, menambahkan jika mata pelajaran hilang dari pendidikan dampaknya bisa sampai "Indonesia bubar."
"Kalau mata pelajaran sejarah akan “dihilangkan” maka sebentar lagi manusia Indonesia akan kehilangan identitas, jati diri dan memori kolektifnya. Setelah itu ya Indonesia bubar," kata Fadli Zon melalui akun Twitter @fadlizon.
Berita Terkait
-
Tekad Marc Klok Cetak Sejarah di Kualifikasi Piala Dunia, Target Realistis?
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Shutdown AS Terjadi Lagi! Inilah 7 Fakta Penting yang Harus Anda Tahu
-
Tak Cuma Hamburger, Ini 10 Menu Kuliner Amerika Serikat Populer yang Menarik Dicoba
-
Mulai Bangkit, Rupiah Makin Perkasa Lawan Dolar Amerika Serikat
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Polisi Terima 55 Kantong Mayat Tragedi Ponpes Al Khoziny, 5 Kantong Berisi Potongan Tubuh!
-
Prabowo-Jokowi Bertemu di Kertanegara, Analis: Bisa Jadi Bahas Ijazah Gibran atau Dukungan 2 Periode
-
BPJPH: Sistem Halal Indonesia Jadi Role Model Dunia, Terbaik dan Diakui Global
-
Digugat Rp125 T Gegara Ijazah, Subhan Palal Tantang Gibran 2 Syarat Ini Agar Berdamai, Beranikah?
-
Cerita Warga Depok Raih Keberuntungan di HUT ke-80 TNI: Berangkat Naik KRL, Pulang Bawa Motor!
-
Babak Baru Korupsi Digitalisasi SPBU Pertamina, Febri Diansyah Tantang KPK Bidik 'Ikan Kakap'
-
Tekan Inflasi, Gubernur Ahmad Luthfi Perkuat Kolaborasi
-
Kasus Arya Daru: Polisi Akan Beberkan Hasil Autopsi dan Olah TKP ke Keluarga Pekan Ini
-
Jokowi Tak Boleh Kena Panas Saat HUT ke-80 TNI, Sakit Apa Sebenarnya?
-
Dinkes DKI Akui Belum Ada Dapur MBG di Jakarta yang Kantongi Sertifikat Kebersihan