Suara.com - Pemerintah Thailand memblokir situs Change.org, merespon banyak orang yang menandatangani petisi online terkait desakan agar Jerman menyatakan Raja Maha Vajiralongkorn sebagai persona non grata.
Menyadur BBC, Jumat (16/10/2020), Raja Vajiralongkorn dikritik pengunjuk rasa karena menghabiskan sebagaoan besar waktunya di Jerman.
Kementerian Ekonomi dan Masyarakat Digital Thailand mengatakan isi petisi tersebut telah melanggar Undang-Undang Kejahatan Komputer.
Setidaknya 130.000 orang telah menandatangani petisi itu sebelum diblokir oleh pemerintah.
Ditulis dalam bahasa Thailand, Inggris, dan Jerman, petisi dibuat oleh seorang mahasiswa pascasarjana asal Thailand yang tinggal di Prancis.
Mahasiswa itu meminta Jerman untuk menyatakan raja sebagai persona non grata atau orang yang tidak diinginkan, dan melarang Vajiralongkorn tinggal di negara itu lebih lama.
Petisi yang masih bisa diakses dari luar Thailand itu muncul setelah menteri luar negeri Jerman menyebut raja Vajiralongkorn seharusnya tidak melakukan politik dari dalam Jerman.
Pemblokiran situs petisi online ini terjadi di tengah bergejolaknya unjuk rasa di Thailand, menuntut amandemen konstitusi, pemilihan baru, dan pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha.
Demonstran juga menyerukan pembatasan kekuasaan raja terkait kebijakan monarki yang memungkinkan warga yang melakukan kritik akan dijerat hukuman penjara dalam waktu yang lama.
Baca Juga: Sawadikap! Yuk, Coba Resep Mango Sticky Rice ala Thailand di Rumah
Puluhan ribu pengunjuk rasa berkumpul di Bangkok pada Kamis (15/10), meski ada putusan pemerintah yang melarang aksi demo.
Segera setelah dekret darurat berlaku efektif pada pukul 04.00 waktu setempat, polisi anti kerusuhan dengan bertameng mendatangi para pemrotes yang berkemah di luar Gedung Pemerintah. Banyak di antara ribuan pemrotes yang berunjuk rasa di sana pada Rabu (14/10) malam sudah pergi, mengutip laporan Antara.
Beberapa pemrotes berupaya melawan dengan memasang barikade menggunakan tong-tong sampah, namun mereka dengan mudah didorong mundur. Saat fajar, ratusan polisi menguasai jalan-jalan sekitar dan para pekerja kota mulai bersih-bersih.
Sedikitnya tiga pemimpin protes ditangkap, kata Kelompok Pengacara Hak Asasi Manusia Thailand. Polisi belum berkomentar.
Pemerintah mengatakan pihaknya bertindak melawan kekacauan yang meningkat dan setelah perintangan iring-iringan (keluarga kerajaan).
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Tinjau Lokasi Bencana Aceh, Ketum PBNU Gus Yahya Puji Kinerja Pemerintah
-
Aktivitas Tambang Emas Ilegal di Gunung Guruh Bogor Kian Masif, Isu Dugaan Beking Aparat Mencuat
-
Sidang Ditunda! Nadiem Makarim Sakit Usai Operasi, Kuasa Hukum Bantah Tegas Dakwaan Cuan Rp809 M
-
Hujan Deras, Luapan Kali Krukut Rendam Jalan di Cilandak Barat
-
Pensiunan Guru di Sumbar Tewas Bersimbah Darah Usai Salat Subuh
-
Mendagri: 106 Ribu Pakaian Baru Akan Disalurkan ke Warga Terdampak Bencana di Sumatra
-
Angin Kencang Tumbangkan Pohon di Ragunan hingga Tutupi Jalan
-
Pohon Tumbang Timpa 4 Rumah Warga di Manggarai
-
Menteri Mukhtarudin Lepas 12 Pekerja Migran Terampil, Transfer Teknologi untuk Indonesia Emas 2045
-
Lagi Fokus Bantu Warga Terdampak Bencana, Ijeck Mendadak Dicopot dari Golkar Sumut, Ada Apa?