Suara.com - Sri Lanka tuai kecaman setelah mengkremasi setidaknya 15 jenazah dari keluarga Muslim korban virus corona, termasuk seorang bayi.
Menyadur Channel News Asia, Selasa (15/12/2020) Otoritas kesehatan di Sri Lanka yang mayoritas beragama Buddha bersikeras semua korban akibat Covid-1999 harus dikremasi, bahkan jika mereka adalah Muslim.
Perintah yang dikeluarkan pada bulan April itu dikeluarkan di tengah kekhawatiran para biksu Buddha yang berpengaruh bahwa mayat yang dikubur dapat mencemari air tanah dan menyebarkan virus.
Setelah 19 keluarga Muslim menolak untuk mengklaim jenazah kerabat dari kamar mayat Kolombo, pekan lalu, jaksa agung memerintahkan jenazah mereka dikremasi.
Sejauh ini setidaknya ada 15 jenazah yang sudah dikremasi, termasuk seorang bayi berusia 20 hari bernama Syekh dan terlepas dari izin orang tuanya.
Selama akhir pekan, anggota masyarakat mengikat ribuan pita putih ke gerbang pemakaman yang menampung krematorium. Pita tersebut kemudian diambil oleh pihak berwenang pada Senin.
"Para hantu di Kanatte (kuburan) semalaman telah menyingkirkan saputangan putih yang diikat untuk mengenang bayi yang dikremasi secara paksa melawan keinginan orang tua," kata mantan menteri luar negeri Mangala Samaraweera di Twitter.
Seorang aktivis media sosial yang memposting foto pita tersebut menyebut aksi petugas sebagai tindakan penindasan negara yang mencolok.
Sri Lanka telah mengalami lonjakan kasus sejak Oktober, dengan jumlah infeksi meningkat hampir 10 kali lipat menjadi total lebih dari 32.790 kasus dan 152 meninggal.
Baca Juga: Buktikan Aman dari Covid-19, Politisi Sri Lanka Gigit Ikan Mentah
Menurut Dewan Muslim Sri Lanka, mayoritas korban virus corona negara itu menganut Islam meskipun mereka hanya 10 persen dari 21 juta populasi yang ada.
Juru bicara dewan Hilmy Ahamed mengatakan Muslim takut mencari bantuan medis karena mereka tidak ingin dikremasi jika meninggal.
Organisasi Kerja Sama Islam bulan lalu mendesak Sri Lanka untuk mengizinkan umat Islam menguburkan anggota keluarga mereka sesuai dengan keyakinan dan kewajiban agama mereka.
Organisasi Kesehatan Dunia juga mengatakan harus mengizinkan penguburan jenazah Covid-19 jika dilakukan dengan protokol kesehatan yang sesuai.
Sejak insiden bom Paskah 2019 yang mematikan yang dilakukan oleh militan lokal, terjadi ketegangan antara umat Muslim di Sri Lanka dan mayoritas Sinhala.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Tragedi Maut di Exit Tol Krapyak Semarang: Bus Cahaya Trans Terguling, 15 Nyawa Melayang
-
Pesan Hari Ibu Nasional, Deteksi Dini Jadi Kunci Lindungi Kesehatan Perempuan
-
BRIN Pastikan Arsinum Aman dan Optimal Penuhi Kebutuhan Air Minum Pengungsi Bencana Sumatera
-
6 Fakta Kecelakaan Bus di Exit Tol Krapyak Semarang: 15 Orang Meninggal, Korban Terjepit
-
Omzet Perajin Telur Asin Melonjak hingga 4.000 Persen Berkat Program MBG
-
Sibuk Pasok Dapur MBG, Warga Desa Ini Lepas dari Judi Online
-
Perkuat Kualitas PMI, Perusahaan Asal Taiwan Teken MoU dengan Anak Perusahaan BPJS Ketenagakerjaan
-
Nasib 8 ABK di Ujung Tanduk, Kapal Terbakar di Lampung, Tim SAR Sisir Lautan
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Baju Basah Demi Sekolah, Curhat Pilu Siswa Nias Seberangi Sungai Deras di Depan Wapres Gibran