Suara.com - Pengamat Teroris Ridwan Habib mengatakan, penggunaan istilah Pam Swakarsa yang ingin dihidupkan kembali oleh Calon Kapolri Komjen Listyo Sigit Prabowo menimbulkan trauma di kalangan masyarakat. Sebab istilah tersebut mengingatkan masyarakat pada era masa lalu.
Di mana, Pam Swakarsa saat itu praktiknya memang difungsikan untuk menggebuk masyarakat.
"Cuma kemudian bahasanya saja yang saya kira menimbulkan traumatik gitu ya, menimbulkan traumatik di era dulu tahun 99. Karena kalau dulu Pam Swakarsa kan kita teringat ada orang kumpul-kumpul bawa pentungan, terus mukulin demonstran gitu kan, itu dulu itu dulu tahun 1999 lah waktu sidang istimewa itu," kata Ridwan dalam diskusi daring, Minggu (24/1/2021).
Padahal menurut Ridwan, apa yang diinginkan Listyo untuk menghidupkan kembali Pam Swakarsa tidak seperti zaman dulu. Ridwan menjelaskan Pam Swakarsa yang dikehendaki Polri di era kepemimpinan Listyo ialah memaksimalkan potensi pengamanan yang sudah ada, semisal satuan pengamanan atau satpam, siskamling di tengah masyarakat hingga forum komunikasi masyarakat polisi (FKPM)
"Tetapi yang dimaksud dalam peraturan itu bukan seperti itu. Itu adalah pemberdayaan dari satuan pengamanan teman-teman satpam. Ada namanya forum komunikasi polisi masyarakat, FKPM itu. Jadi semacam kemitraan lah forum kemitraan masyarakat dengan polisi," katanya.
Bentuk kemitraan itu nantinya digalang oleh kepolisian setempat. Sehingga, nantinya masyarakat dapat memberikan informasi kepada polisi tentang situasi keamanan di wilayahnya.
"Jadi misalnya apakah ada kerumunan, apakah ada tawuran, apakah ada kejahatan itu nanti teman-teman di FKPM, teman-teman di forum kemitraan itu nani bisa lapor lewat HT. Biasanya teman-teman pakai HT dan ini menurut saya bagus ya bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan," kata Ridwan.
Diketahui, wacana calon Kapolri Komjen Listyo Sigit Prabowo untuk menghidupkan Pasukan Pengamanan Masyarakat Swakarsa (Pam Swakarsa) kembali mendapat penolakan keras dari sejumlah pihak.
Terkait hal itu, pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai dari penyebutan nama Pam Swakarsa saja sudah membuat masyarakat trauma akan masa lampau.
Baca Juga: 10 Rencana Komjen Listyo Sigit Sebagai Kapolri
Pam Swakarsa merupakan kelompok masyarakat bersenjata tajam buatan TNI. Mereka menjadi pasukan yang membantu TNI untuk menekan mahasiswa yang berunjuk rasa pada Sidang Istimewa MPR Tahun 1998.
Menurut Ujang, sebaiknya Listyo tidak perlu menggunakan nama Pam Swakarsa lagi pada masa kini.
"Mungkin bagusnya bukan Pam Swakarsa. Tapi masyarakat dilibatkan untuk membantu pihak kepolisian. Kalau Pam Swakarsa publik akan trauma," kata Ujang saat dihubungi Suara.com, Jumat (22/1/2021).
Ujang juga menuturkan kalau Pam Swakarsa itu sudah berkonotasi negatif sejak masyarakat melihat tugasnya pada 1998 silam. Dengan demikian menurutnya, Listyo harus mencari konsep dan nama baru apabila memang hendak menggandeng masyarakat dalam membantu pihak kepolisian.
"Namun mesti cari istilah baru dan konsepnya harus beda dengan Pam Swakarsa."
Listyo Sigit Prabowo berencana menghidupkan Pam Swakarsa setelah menjadi kapolri. Dalih Listyo membentuk lagi Pam Swakarsa bertujuan untuk membantu menciptakan keamanan negara.
Berita Terkait
-
10 Rencana Komjen Listyo Sigit Sebagai Kapolri
-
Wajibkan Polisi Belajar Kitab Kuning, MUI: Polisi Jangan Sampai Jadi Santri
-
Polisi Belajar Kitab Kuning, Ketua MUI: Jangan Malah Ambilalih Tugas Kiai
-
PT LIB: Kami Akan Bersurat ke Kapolri Baru
-
Istana Terima Surat Pengangkatan Kapolri Terpilih Listyo Sigit dari DPR
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- Sabrina Chairunnisa Ingin Sepenuhnya Jadi IRT, tapi Syaratnya Tak Bisa Dipenuhi Deddy Corbuzier
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
Raja Keraton Solo Pakubuwono XIII Wafat, Akhir Perjalanan Sang Pemersatu Takhta Mataram
-
Rawan Tumbang Saat Hujan Deras, Pemprov DKI Remajakan Puluhan Ribu Pohon di Jakarta
-
APBD Dipangkas, Dedi Mulyadi Sebut ASN Jabar Bakal Puasa Tahun Depan
-
Viral ASN Deli Serdang Ngaku Sulit Naik Pangkat, Bobby Nasution Langsung Mediasi dan Ini Hasilnya
-
Terungkap! 5 Fakta Baru Kasus Narkoba Onad: Pemasok Dibekuk, Statusnya Jadi Korban
-
Budi Arie Bantah Isu Projo Jauh dari Jokowi: Jangan di-Framing!
-
Budi Arie Hubungi Jokowi, Ungkap Rencana Ganti Logo Projo Lewat Sayembara
-
Delapan Tanggul di Jaksel Roboh dan Longsor, Pemprov DKI Gerak Cepat Lakukan Perbaikan
-
Partai Ummat Kritik Pramono Anung, Sebut Kebijakan Jakarta Tak Berpihak Wong Cilik
-
BMKG: Puncak Musim Hujan Dimulai November, Berlangsung Lebih Lama hingga Februari 2026