Suara.com - Sekjen PBB António Guterres mendesak agar setiap aktor di Myanmar untuk menghormati hasil pemilihan umum dan menghentikan provokasi.
"Sekretaris Jenderal dengan penuh perhatian mengikuti perkembangan terkini di Myanmar dan mengimbau semua aktor untuk menghentikan segala bentuk hasutan atau provokasi, menunjukkan kepemimpinan dan mematuhi norma-norma demokrasi serta menghormati hasil pemilu 8 November," jelas PBB dikutip dari laman resmi.
"Semua sengketa pemilu harus diselesaikan melalui mekanisme hukum yang ditetapkan," tegasnya.
PBB juga menegaskan dukungan kepada rakyat dan Pemerintah Myanmar dalam mengejar perdamaian, pembangunan berkelanjutan yang inklusif, aksi kemanusiaan, hak asasi manusia dan supremasi hukum.
Pihak militer mengumumkan bahwa mereka mengambil alih pemerintahan setelah menangkap sejumlah pemimpin di negara tersebut.
Menyadur BBC News, Senin (1/2/2021) TV militer mengatakan keadaan darurat telah diumumkan selama satu tahun dan kekuasaan dialihkan.
Kudeta terjadi setelah ketegangan meningkat antara pemerintah sipil dan militer setelah pemilihan yang dinilai penuh kecurangan.
Militer mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya menyerahkan kekuasaan kepada panglima tertinggi Min Aung Hlaing karena "kecurangan pemilihan".
Sejak saat itu, tentara-tentara terlihat berada di jalan-jalan ibu kota seperti Nay Pyi Taw, dan kota utama, Yangon.
Baca Juga: Myanmar Tegang Lagi Usai Aung San Suu Kyi dan Presiden Ditahan
Ketegangan antara militer dan pemerintahan sipil meningkat sejak pemilihan pada bulan November yang dinilai adanya kecurangan.
Pihak militer menuduh adanya ketidakberesan dan pelanggaran dalam pemilihan, namun tuduhan tersebut ditolak oleh UEC (Komisi Pemilihan Umum Myanmar).
UEC mengonfirmasi kemenangan Aung San Suu Kyi 'dan partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) memperoleh suara 396 dari 498 kursi.
Bukan hanya itu, sejumlah negara juga ikut memberikan pernyataan terkait kondisi politik di Myanmar yang semakin memanas.
"Amerika Serikat menentang setiap upaya untuk mengubah hasil pemilu baru-baru ini atau menghalangi transisi demokrasi Myanmar, dan akan mengambil tindakan terhadap mereka yang bertanggung jawab jika langkah-langkah ini tidak dibatalkan." jelas juru bicara Gedung Putih Jen Psaki.
Pemerintah Australia mengatakan pihaknya "sangat prihatin" dan menyerukan pembebasan segera para pemimpin yang ditahan secara tidak sah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
12 Orang Tewas dalam Penembakan Massal Saat Perayaan Hanukkah di Australia
-
Menperin Dorong Industri Berubah Total, Targetnya Zero Waste dan Efisiensi Tinggi
-
Akses Bireuen-Aceh Tengah Kembali Tersambung, Jembatan Bailey Teupin Mane Resmi Rampung
-
Cara Daftar Mudik Nataru Gratis Kemenhub, Hanya untuk 3 Ribu Lebih Pendaftar Pertama
-
Jurus 'Dewa Penyelamat' UB Selamatkan 36 Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera
-
Prabowo Panggil Menteri ke Hambalang, Ada Target Soal Pembangunan Hunian Korban Bencana
-
Jadi Biang Kerok Banjir Kemang, Normalisasi Kali Krukut Telan Biaya Fantastis Rp344 Miliar
-
Gubernur Bobby Nasution Lepas Sambut Pangdam, Sumut Solid Atasi Bencana
-
Fakta Baru Pengeroyokan Maut Kalibata, Ternyata Lokasi Bentrokan Lahan Milik Pemprov DKI
-
LPSK Puji Oditur Militer: 22 Senior Penganiaya Prada Lucky Dituntut Bayar Ganti Rugi Rp1,6 Miliar