Suara.com - Seorang gadis kecil berusia tujuh tahun tewas akibat peluru tajam yang ditembakkan oleh pasukan keamanan Myanmar di rumahnya.
Menyadur Sky News, Rabu (24/3/2021) informasi tersebut diungkapkan oleh seorang staf di sebuah layanan pemakaman.
Bocah yang belum disebutkan namanya tersebut, meninggal karena luka tembak akibat tembakan yang dilepaskan pasukan keamanan di pinggiran Mandalay, menurut laporan Reuters.
Bocah tersebut hingga saat ini menjadi korban termuda akibat tindakan keras oleh militer Myanmar sejak melakukan kudeta bulan lalu di negara itu.
Bocah tersebut tertembak di pangkuan ayahnya, yang juga ikut tewas tertembak, menurut saudara perempuannya kepada outlet media Myanmar Now. Saudara perempuan bocah itu juga mengatakan jika dua pria lain ikut tewas di kotapraja Chanmyathazi.
Setidaknya satu orang lainnya tewas dalam penembakan di tempat lain di kota itu, menurut penduduk setempat kepada Reuters.
Myanmar Now mewartakan sedikitnya delapan orang, termasuk seorang remaja laki-laki yang usianya sekitar 15 tahun, dan dua petugas penyelamat, tewas di daerah yang sama pada hari Senin. Foto remaja itu, bernama Tun Tun Aung, diterbitkan oleh Reuters.
Media lokal menyebutkan jika pasukan rezim militer melepaskan tembakan meskipun tidak ada protes yang terjadi di dekatnya.
Para saksi mata mengatakan kepada media lokal tersebut sekitar 300 tentara bersenjata berat di lebih dari selusin truk tiba di kompleks dam membawa dua buldoser sekitar pukul 10 pagi waktu setempat pada hari Senin.
Baca Juga: Pakar Sebut Myanmar Menyerap Pelajaran yang Salah dari Indonesia
Foto seorang pria terbaring mati di atas tandu di Mandalay diterbitkan oleh Associated Press pada hari Selasa.
Seorang dokter mengatakan kepada AP bahwa pria itu ditembak dan dibunuh oleh pasukan keamanan selama protes anti-kudeta.
Asosiasi Bantuan independen untuk Tahanan Politik telah memverifikasi 261 kematian pengunjuk rasa di seluruh Myanmar, tetapi mengatakan jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih banyak.
Dikatakan 2.682 orang juga telah ditangkap atau didakwa sejak kudeta, dengan 2.302 masih ditahan atau sedang diburu untuk ditangkap.
Demonstrasi jalanan menentang kudeta terus berlanjut dan pawai diadakan sebelum fajar pada hari Selasa di Kota Yangon, kota terbesar di negara itu.
Pada hari Senin, Uni Eropa dan Amerika Serikat memberlakukan lebih banyak sanksi terhadap kelompok atau individu yang terkait dengan kudeta.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
Terkini
-
Wagub Babel Hellyana Resmi Jadi Tersangka Ijazah Palsu
-
Eksklusif! Jejak Mafia Tambang Emas Cigudeg: Dari Rayuan Hingga Dugaan Setoran ke Oknum Aparat
-
Gibran Bagi-bagi Kado Natal di Bitung, Ratusan Anak Riuh
-
Si Jago Merah Ngamuk di Grogol Petamburan, 100 Petugas Damkar Berjibaku Padamkan Api
-
Modus 'Orang Dalam' Korupsi BPJS, Komisi 25 Persen dari 340 Pasien Hantu
-
WFA Akhir Tahun, Jurus Sakti Urai Macet atau Kebijakan Salah Sasaran?
-
Kejati Jakarta Tetapkan 2 Pegawai BPJS Ketenagakerjaan Jadi Tersangka Tindak Pidana Klaim Fiktif JKK
-
Sempat Kabur dan Nyaris Celakai Petugas KPK, Kasi Datun HSU Kini Pakai Rompi Oranye
-
Jadi Pemasok MBG, Perajin Tempe di Madiun Raup Omzet Jutaan Rupiah per Hari
-
Cegah Kematian Gajah Sumatera Akibat EEHV, Kemenhut Gandeng Vantara dari India