Suara.com - Penyebaran paham radikalisme kepada anak-anak muda kerap terjadi di Indonesia. Berkaitan dengan itu, pemerintah pun diharapkan bisa lebih gesit mencegah penerus bangsa terpapar paham radikalisme.
Pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta mengaku prihatin lantaran ajaran radikalisme itu juga sudah mulai pada tingkat PAUD melalui buku-buku pelajaran yang digunakan para siswa. Belum lagi mereka kerap diajak untuk mempraktikan seperti tidak hormat kepada bendera atau melawan nasionalisme.
"Jadi ini sangat memprihatinkan dalam aktivitas-aktivitas mereka diajak ketika pawai dan lain-lain. Jadi usia PAUD hingga perguruan tinggi ada medianya ketika mereka diajar radikalisme," kata Stanislaus dalam diskusi virtual, Jumat (26/3/2021).
Melihat kondisi itu, Stanislaus mengusulkan agar pemerintah fokus terhadap pencegahan supaya anak-anak muda tidak mudah terpapar. Pemerintah bisa melakukan penguatan nasionalisme yang sejatinya mudah meresap bagi generasi penerus.
Fenomena keterlibatan anak-anak muda dalam tindak terorisme juga dikatakannya menjadi kritik bagi pemerintah sendiri. Pasalnya, anak-anak muda yang sudah terpapar lebih memilih untuk belajar soal paham radikalisme ketimbang soal pancasila.
"Ini sebaiknya menjadi kritik bagi pemerintah juga kenapa anak-anak muda banyak yang tidak tertarik dengan pancasila, kenapa tidak tertarik dengan nasionalisme, dia lebih tertarik dengan ajaran lain," tuturnya.
Selain memikirkan sosialisasi perihal nasionalisme, pemerintah juga harus memperkuat nilai budaya.
"Penguatan nilai budaya juga penting karena biasanya kelompok-kelompok ekstrim akan melemahkan budaya."
Baca Juga: Kepala BNPT Sebut Tren Radikalisme Selama Pandemi Menurun, Tapi...
Berita Terkait
-
Analis Sebut Penyebaran Radikalisme Semakin Mudah karena Internet
-
Kepala BNPT Sebut Tren Radikalisme Selama Pandemi Menurun, Tapi...
-
Menag Yaqut: Kasus Radikalisme Meningkat Jelang Pilkada dan Pilpres
-
Viral Anggota Ormas PP Gunakan Mobil Dinas Wali Kota Cilegon, Ini Faktanya
-
Ketua Ormas PP Minta Maaf, Buntut Kasus Pemukulan Perwira Kopassus
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
Pilihan
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
Terkini
-
Dibubarkan Sebelum Diskusi Dimulai, Buku Reset Indonesia Dianggap Ancaman?
-
Jalankan Instruksi Prabowo, Mendagri Tito Mulai Bangun Huntap Korban Bencana Sumatra
-
Mahfud MD Bongkar Borok Polri: Masuk Akpol Pakai Jatah, Mau Jadi Brigjen Mesti Bayar?
-
Jakarta 'Puasa' Kembang Api Tahun Baru 2026, Solidaritas Bencana Sumatra Jadi Alasan Utama
-
Polda Metro Gulung Jaringan Narkoba Jelang Tutup Tahun: 2054 Tersangka Diciduk, 387 Kg Barbuk Disita
-
Tanpa Kembang Api, Perayaan Tahun Baru 2026 di Jakarta Jadi Malam Galang Dana Bencana Sumatra
-
Bukan Lewat DPRD, Ini Resep Said Abdullah PDIP Agar Biaya Pilkada Langsung Jadi Murah
-
Hari Ibu 2025, Menteri PPPA Serukan Nol Toleransi Diskriminasi dan Kekerasan terhadap Perempuan
-
Tuntaskan 73 Perkara, KPK Ungkit Amnesti Hasto Kristiyanto dan Rehabilitasi Ira Puspadewi
-
Diburu KPK, Kasi Datun Kejari HSU Akhirnya Menyerahkan Diri ke Kejati Kalsel