Suara.com - Sudah sering publik Indonesia dihidangkan berita mengenai perebutan lahan parkir antar kelompok warga. Perebutan kekuasaan seringkali diwarnai dengan tindakan kekerasan, kadang sampai jatuh korban luka, bahkan sampai nyawa melayang sia-sia.
Beberapa contoh kasus terjadi di tengah pandemi Covid-19. Di antaranya berlangsung di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, awal Februari 2021. Di tengah pandemi yang telah menjungkirbalikkan sendi-sendi perekonomian masyarakat, dua kelompok warga dengan senjata tajam di tangan mereka saling serang untuk merebut lahan parkir.
Kasus yang lain terjadi di Banjarmasin Barat, Kalimantan Selatan. Kejadiannya lebih menyedihkan kalau dibandingkan yang terjadi di Lenteng Agung. Seorang warga tega menghabisi nyawa orang lain karena memungut biaya parkir dari supir kendaraan truk di sebuah lahan yang dianggap telah dikuasainya.
Kue ekonomi atau pendapatan dari lahan parkir diakui banyak pihak amat menggiurkan. Itu sebabnya banyak bermunculan wilayah-wilayah baru atau perebutan suatu wilayah bernilai ekonomi tinggi. Kemunculan tempat-tempat parkir tidak resmi seiring dengan pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor yang tak berimbang dengan ketersediaan area parkir resmi.
Sebelum dua kejadian di atas atau sebelum pandemi Covid-19 muncul di Tanah Air, di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Jabodetabek, sudah sering muncul perkara perebutan kekuasaan atas lahan parkir yang berakhir dengan memilukan.
Untuk mengetahui kira-kira seperti apa dunia pengelolaan lahan parkir tidak resmi atau tanpa izin pemerintah (sering pula disebut liar atau ilegal), terutama kenapa seringkali pecah bentrokan fisik antar warga atau antar kelompok penguasa, juga bagaimana mereka menanggapi stigmatisasi bahwa dunia perparkiran ini dianggap meresahkan, saya mewawancarai salah seorang aktor penguasa di sebuah kawasan di Jabodetabek, baru-baru ini.
“Itu bukan pilihan. Tapi namanya di dunia seperti itu (parkir liar). Siapa yang bisa kuasai lahan itu, ya itu yang bisa berdiri,” kata Jensen mengomentari berbagai kejadian tragis.
JENSEN bukan nama sebenarnya seperti keinginannya ketika saya wawancarai. Kami ngobrol melalui telepon karena sama-sama ingin mencegah penyebaran Covid-19.
Dia bersama kelompoknya memegang kekuasaan atas lahan parkir di salah satu daerah penyangga Ibu Kota.
Baca Juga: Kisah Seorang Bodyguard: Nyawa Jadi Taruhannya
Mula-mula, Jensen menceritakan awal mula memasuki pekerjaan menguasai lahan parkir. Beberapakali dia meralat tahun memulai pekerjaan ini, awalnya dia menyebut 2009, tapi kemudian diralat jadi 2010, belakangan dia ingat tahun 2011-an.
Jensen dan kelompoknya merintis pekerjaan ini tidak dimulai dengan menjadi juru parkir, melainkan langsung menjadi aktor penguasa. Penguasa kira-kira artinya orang yang memiliki anak buah yang bisa ditempatkan untuk menjaga setiap jengkal lahan parkir.
Anak buahnya atau orang-orang yang dipekerjakan menjadi penjaga kaveling perparkiran ada belasan. Namun, pandemi Covid-19 telah berdampak pada ceruk perparkiran ilegal.
Semenjak datang pagebluk, jumlah “anak-anak” Jensen berkurang secara bertahap. “Sekarang tinggal setengahnya saja,” katanya.
Kondisi serupa juga dialami banyak penguasa parkir lainnya, terutama semenjak pertengahan 2020 hingga awal 2021.
Lahan parkir yang diduduki Jensen dan kawan-kawannya berada di sekitar pusat keramaian. Pusat keramaian dipilih karena di situ banyak kendaraan keluar masuk ke tempat pedagang kaki lima, tempat nongkrong anak-anak muda, tempat santai-santai, juga tempat makan untuk keluarga-keluarga yang sedang ingin makan di luar rumah.
Tag
Berita Terkait
-
PSI Minta Satpol PP Tegas Tertibkan Parkir Liar di Trotoar: Sudah Ganggu Pejalan Kaki!
-
Blok M Bangkit Lagi! Gubernur DKI Janjikan Sistem Parkir Satu Pintu, Minta Warga Naik Transum
-
Lagi, DPRD DKI Bongkar Parkir Liar di Atas Lahan Milik BUMD
-
DPRD DKI Sidak 4 Lahan Parkir Ilegal, Pemprov Kehilangan Potensi Pendapatan Rp70 M per Tahun
-
Bye-Bye Pungli! Makassar Siapkan Skema Parkir Bayar Sekali Gratis Setahun
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Terbongkar! Bisnis Pakaian Bekas Ilegal Rp669 M di Bali Libatkan Warga Korsel, Ada Bakteri Bahaya
-
Mendagri Tegaskan Peran Komite Eksekutif Otsus Papua: Sinkronisasi Program Pusat dan Daerah
-
Prabowo ke Menteri: Tenang Saja Kalau Dimaki Rakyat, Itu Risiko Pohon Tinggi Kena Angin
-
Bahlil Lapor ke Prabowo Soal Energi Pasca-Bencana: Insyaallah Aman Bapak
-
Manuver Kapolri, Aturan Jabatan Sipil Polisi akan Dimasukkan ke Revisi UU Polri
-
KPK Geledah Rumah Plt Gubernur Riau, Uang Tunai dan Dolar Disita
-
Bersama Kemendes, BNPT Sebut Pencegahan Terorisme Tidak Bisa Dilaksanakan Melalui Aktor Tunggal
-
Bareskrim Bongkar Kasus Impor Ilegal Pakaian Bekas, Total Transaksi Tembus Rp668 Miliar
-
Kasus DJKA: KPK Tahan PPK BTP Medan Muhammad Chusnul, Diduga Terima Duit Rp12 Miliar
-
Pemerintah Aceh Kirim Surat ke PBB Minta Bantuan, Begini Respons Mendagri