Suara.com - Peringatan soal potensi banjir di kawasan Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah muncul beberapa tahun terakhir, sebelum akhir pekan lalu banjir bandang di provinsi itu menewaskan setidaknya lebih dari 60 orang dan memaksa ribuan orang mengungsi.
Pejabat pemerintahan di salah satu kabupaten yang terdampak menyebut banjir bandang dipicu kerusakan lingkungan akibat aktivitas masyarakat.
Namun aktivis lingkungan menyebut pemerintah tidak semestinya menyalahkan warga lokal. Dia menuding banjir ini justru terjadi karena kebijakan otoritas di NTT mengabaikan lingkungan.
- 'Kami sangat-sangat panik, kami terisolir': Banjir bandang dan longsor Flores Timur, terbesar di NTT dalam satu dekade
- Banjir Kalsel: Bagaimana nasib warga Dayak Meratus yang desanya tak bisa diakses?
- Banjir Jakarta: 'Dampak perubahan iklim nyata, penanganannya butuh pemimpin yang berani'
Wakil Bupati Flores Timur, Agus Payong Poli, menyebut aktivitas masyarakat menyebabkan penggundulan hutan di kawasan lereng kabupaten itu.
Agus juga menyalahkan warganya yang merambah daerah aliran sungai. Dua faktor ini, menurutnya, merupakan pemicu utama banjir di Flores Timur, selain Siklon Tropis Seroja yang menyebabkan hujan lebat dan gelombang laut tinggi.
"Populasi penduduk berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan. Itu memicu penebangan lahan di daerah lereng yang sebelumnya daerah lindung," kata Agus via telepon, Senin (05/04).
"Warga juga ada yang menebang pohon untuk menanam tanaman komoditas. Itu turut membuat daerah itu rawan longsor karena penyerapan air jadi tidak ada.
"Di kawasan zona merah juga dibangun rumah. Jadi jangan heran banyak yang meninggal karena bantaran kali itu zona merah. Menurut peraturan kami, daerah aliran sungai tidak boleh dibangun apapun, sampai sekitar 25 meter," ujarnya.
Agus mengeluarkan pernyataan itu untuk menjawab pertanyaan BBC Indonesia terkait peringatan soal potensi banjir yang mengintai daerahnya.
Baca Juga: Terkendala Cuaca, Jokowi: Belum Semua Bantuan Tersalurkan ke NTT dan NTB
Kajian lingkungan hidup tahun 2007 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Flores Timur sudah menyebut sejumlah faktor yang berpotensi besar memicu banjir di kabupaten itu.
Selain topografi sejumlah wilayah Flores Timur yang merupakan lereng curam, disebut pula penebangan hutan yang seharusnya dilindungi.
Hal lain yang disorot dalam kajian itu adalah pertambahan penduduk, kebijakan yang tidak tepat, serta lemahnya koordinasi antarinstansi dan penegakan hukum yang tidak optimal.
Saat berita ini disusun, jumlah korban jiwa akibat banjir di Flores Timur merupakan yang terbanyak dibandingkan di sembilan kabupaten lain di NTT yang diterjang banjir.
Sudah terdapat 68 orang yang ditemukan tewas di Flores Timur, menurut Juru Bicara Badan SAR Nasional, Yudi Latief.
Angka itu bisa bertambah karena pencarian korban hingga kini masih berlangsung.
Bagaimanapun, masyarakat semestinya tidak boleh menjadi kambing hitam dalam peristiwa banjir besar ini, kata Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) NTT, Umbu Wulang.
Wulang berkata, perubahan lingkungan akibat aktivitas warga ataupun korporasi menunjukkan minimnya upaya pencegahan pemerintah.
Bukan cuma di Flores Timur, Wulang menyebut banjir di sebagian besar NTT ini adalah konsekuensi kebijakan pemerintah yang mengabaikan lingkungan.
"Adonara di Flores Timur itu pulau kecil dengan daya dukung yang terbatas. Kalau sudah terjadi penggundulan di lereng, pendidikan kepada masyarakat seharusnya juga harus masif," kata Wulang.
" Artinya pemerintah tidak bisa lepas tangan dan menyalahkan masyarakat. Pola hidup warga sangat dipengaruhi kebijakan pemerintah," ucapnya.
Wulang menyebut NTT rentan terguncang bencana karena daya dukung lingkungan yang rendah. Ia berkata, bentuk NTT yang kepulauan dan berada di pesisir perairan tidak cocok dieksploitasi untuk beragam jenis usaha.
Menurut Wulang, pemerintah NTT mesti segera mengubah kebijakan investasi untuk mencegah bencana berikutnya.
"Perlu pembatasan investasi yang rakus lahan dan air karena daya dukung lingkungan NTT tidak memadai untuk semua jenis investasi, baik pariwisata, monokultur atau pertambangan," ucapnya.
Merujuk data Bank Indonesia, sebagaimana dilansir kantor berita Antara, pada tahun 2020 NTT harus mendapat investasi senilai Rp37,18 triliun untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi sebesar 7%.
Dalam sebuah pernyataan November lalu, Gubernur NTT Victor Laiskodat berkata akan melakukan apapun untuk mempermudah investor di provinsinya.
Laiskodat mengatakan itu pada seremoni panen garam industri PT Inti Daya Kencana, di Kabupaten Malaka.
"Sebagai gubernur, saya sangat serius mendorong investasi. Pro kontra itu biasa di dunia manapun," kata Victor.
"Tetapi harus kita yakin sebagai pemimpin, baik gubernur maupun bupati, bahwa ini pilihan terbaik di mana rakyat Malaka menata masa depan lebih baik, maka ini harus dilakukan.
"Saya tidak back up tapi saya berdiri di depan menjaga siapapun yang akan mengganggu para pengusaha.
"Lain halnya pengusaha curi kekayaan NTT maka siap berhadapan dengan gubernur," ujarnya kala itu.
Proses evakuasi dan penyaluran bantuan korban banjir di NTT terhambat cuaca buruk dan akses transportasi yang terputus.
Jembatan Benenain di Kabupaten Malaka, misalnya, ambruk. Akses darat antarkecamatan di daerah itu pun akhirnya terputus.
Nalle Anggi, warga Desa Forekmodok di Malaka, mengaku secara mandiri mengevakuasi diri bersama keluarga saat banjir setinggi tiga meter menerjang permukimannya.
Anggi kini mengharapkan pengungsian yang lebih layak untuk keluarga dan para tetangganya. Apalagi, kata dia, mereka melarikan diri tanpa membawa bekal makanan dan kebutuhan dasar lainnya.
"Setelah kami ke tempat evakuasi, air banjir sekarang malah makin bertambah. Jadi kami berharap benar-benar dievakuasi karena hari ini lebih parah dari kemarin.
"Banyak juga yang dibutuhkan. Logistik sama sekali tidak ada, seperti pakaian, kebutuhan bayi dan lansia," kata Anggi.
Berbagai pihak kini menjanjikan bantuan untuk pengungsi di NTT, termasuk menyalurkannya dengan pesawat.
Di sisi lain, Wakil Bupati Flores Timur, Agus Poli, menyebut pemerintahannya kekurangan dana darurat. Agus berkata, dana alokasi umum untuk penanganan bencana dipotong untuk penanganan pandemi Covid-19.
Berita Terkait
-
Bencana Lahar Hujan Semeru, 300 KK Terisolasi dan Akses Jalan Terputus
-
Menteri Raja Antoni: Indonesia Percepat Pengakuan Hutan Adat hingga 1,4 Juta Hektar
-
Jakarta Utara Siaga Banjir Rob! Supermoon Ancam Pesisir November Ini
-
Hadapi Musim Hujan, Kapolda Metro Petakan Wilayah Rawan hingga Siagakan Ratusan Alat SAR!
-
6 Motor Matic yang Tahan Banjir dan Bandel di Jalan, Gak Perlu Was-Was saat Hujan
Terpopuler
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Sunscreen Terbaik Harga di Bawah Rp30 Ribu agar Wajah Cerah Terlindungi
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- 24 Kode Redeem FC Mobile 4 November: Segera Klaim Hadiah Parallel Pitches, Gems, dan Emote Eksklusif
Pilihan
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
-
Bos Pajak Cium Manipulasi Ekspor Sawit Senilai Rp45,9 Triliun
-
6 Kasus Sengketa Tanah Paling Menyita Perhatian di Makassar Sepanjang 2025
-
6 HP Memori 128 GB Paling Murah Terbaru 2025 yang Cocok untuk Segala Kebutuhan
Terkini
-
Elon Musk Mau Blokir Matahari untuk Atasi Krisis Iklim: Solusi Jenius atau Ide Nyeleneh?
-
Sita 723 Bukti Termasuk Ijazah Jokowi, Kapolda Metro Sebut Analisis Roy Suryo dkk Menyesatkan Publik
-
Fakta Baru Kasus Terapis Anak Tewas di Pasar Minggu, Korban Pakai Identitas Kakaknya buat Kerja
-
Resmi Tersangka Kasus Ijazah Jokowi, Roy Suryo dkk Dijerat Pasal Ini!
-
Roy Suryo dkk Resmi Tersangka, Kasus Tudingan Ijazah Palsu Jokowi Dibagi 2 Klaster, Mengapa?
-
Parah! Jika JK Saja Jadi Korban, Bagaimana Rakyat Kecil? DPR Soroti Mafia Tanah di Kasus Jusuf Kalla
-
Polda Metro Jaya Tetapkan 8 Tersangka Kasus Fitnah Ijazah Jokowi, Termasuk Roy Suryo dan dr. Tifa
-
KPK Geledah Rumah Dinas Gubernur Riau, CCTV Disita!
-
Justru Setuju, Jokowi Santai Usulan Gelar Pahlawan Soeharto Tuai Protes: Pro-Kontra Biasa
-
Jawab Tantangan Krisis Iklim, Indonesia Gandeng The Royal Foundation di Rio 2025