Suara.com - Kondisi Alexei Navalny di penjara Rusia memburuk cepat lantaran dibatasinya akses medis, lapor Amnesty International. Otoritas di Moskow dituduh ingin membunuhnya pelan-pelan dalam kondisi serupa penyiksaan.
Sudah sejak sepekan tokoh oposisi Rusia, Alexei Navalny berhenti makan. Pada Rabu (7/4), dia dikabarkan sudah menjalani tes corona dengan hasil negatif, tutur kuasa hukumnya, Olha Mikhailova.
Navalny mengeluhkan sakit akut pada punggung dan kakinya. Setelah diracun tahun lalu, dia meminta dirawat oleh dokter kepercayaan.
Namun otoritas penjara menolak memberinya akses perawatan kesehatan. Menurut organisasi HAM, Amnesty International, dengan cara itu pemerintah ingin menyiksa dan, secara perlahan, membunuhnya.
Kepada Reuters, Amnesty mengabarkan tokoh oposisi Rusia itu tidak hanya menderita rasa sakit, tetapi juga mengalami gangguan tidur.
"Pemerintah Rusia menempatkannya dalam situasi kematian pelan-pelan dan berusaha menutupi apa yang terjadi terhadapnya,” kata Agnes Callamard, Sekretaris Jendral Amnesty International.
"Sudah jelas bahwa otoritas Rusia melanggar hak dasarnya. Kita harus berbuat lebih,” imbuhnya.
"Mereka sudah pernah berusaha membunuhnya, sekarang mereka menahannya dan menerapkan kondisi serupa penyiksaan.” Sejauh ini pemerintah di Kremlin menolak berkomentar mengenai kondisi kesehatan Navalny.
Mereka mengklaim informasi ini sepenuhnya wewenang otoritas lembaga permasyarakatan. Adapun pihak lapas mengklaim Navalny sudah mendapat semua perawatan medis yang dibutuhkan.
Baca Juga: AI Indonesia: Tahun 2020, Ada 157 Orang Korban Kriminalisasi
Navalny dijebloskan ke penjara selama dua setengah tahun pada Februari silam.
Dia sebelumnya mengabaikan peringatan dan kembali ke Rusia usai dirawat di Jerman. Moskow sebaliknya menerbitkan versi yang meragukan klaim upaya pembunuhan dengan racun terhadap Navalny.
Doktor tidak kunjung tiba Tenaga medis yang hendak mengunjungi terpidana ditolak masuk ke dalam penjara.
Salah seorang doktor pribadi Navalny, Anastasiya Vasileya, misalnya dipaksa menunggu di luar lapas di Pokrov, sekitar 100 kilometer di timur Moskow.
"Siapa Anda yang ingin melarang doktor merawat manusia yang sekarat?” hardiknya kepada petugas di pintu masuk.
Di sana, tim medis dari organisasi independen, Aliansi Doktor Rusia, juga sudah menunggu diizinkan masuk.
Berita Terkait
-
Amnesty International Beberkan 36 Video Kekerasan Polisi di Demo Agustus Lalu
-
Amnesty Ungkap Polisi Pakai Granat Gas Saat Demo Agustus: Padahal Dilarang Banyak Negara
-
RKUHAP Resmi Disahkan DPR, Amnesty International: Penanda Mundurnya Perlindungan HAM
-
Amnesty: Pencalonan Soeharto Pahlawan Cacat Prosedur dan Sarat Konflik Kepentingan!
-
Amnesty International Ingatkan Prabowo: Gelar Pahlawan untuk Soeharto Jadi Akhir dari Reformasi
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
-
Sepanjang Semester I 2025, Perusahaan BUMN Lakukan Pemborosan Berjamaah Senilai Rp63,75 Triliun
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
Terkini
-
Pramono Anung: 21 Orang Jadi Korban Imbas Mobil Terabas Pagar SD di Cilincing
-
KPK Tetapkan Tersangka Usai OTT Bupati Lampung Tengah, Amankan Uang dan Emas
-
Barisan Siswa SDN Kalibaru 01 Diseruduk Mobil, 20 Korban Terluka
-
Komnas HAM: Solidaritas Publik Menguat, Tapi Negara Tetap Wajib Pulihkan Sumatra
-
Dari Pameran Megah ke Balik Jeruji, Mengapa Puluhan Calon Pengantin Bisa Tertipu WO Ayu Puspita?
-
Dedi Mulyadi Datang ke KPK: Ada Apa dengan Sungai dan Hutan Jabar?
-
Tak Cukup Andalkan Infrastruktur, Pelatihan Evakuasi Penentu Keselamatan di Gedung Bertingkat
-
Respons Dasco Soal Wacana Pilkada Dipilih DPRD: Pikirkan Saudara Kita di Sumatera Pulih Dulu
-
Kecelakaan Maut di SDN Kalibaru, Pramono Anung: Perusahaan Harus Tanggung Jawab!
-
Jerit Histeris Pecah di SDN Kalibaru 01! Siswa Diseruduk Mobil saat Upacara