Radiasi inilah yang dituding sebagai penyebab kanker. Namun, kenyataannya tidak semua radiasi berbahaya bagi kesehatan karena ada radiasi non-ionising dan ionising.
Gelombang radio yang digunakan jaringan telekomunikasi termasuk radiasi non-ionising. Artinya radiasi ini tidak memiliki cukup energi untuk menghancurkan DNA dan menyebabkan kerusakan di sel.
Sampai saat ini, sebagian besar penelitian telah meneliti hubungan potensial antara EMF dan kanker otak. Tetapi hasilnya tidak konsisten dan belum bisa dibuktikan, sehingga banyak negara dan otoritas menyatakan jaringan ini aman untuk kesehatan.
2. Teknologi 5G dapat Menularkan Virus Corona?
Mitos bahaya seputar 5G yang juga beredar adalah jaringan seluler 5G dikaitkan dengan coronavirus baru SARS-CoV-2, yang menyebabkan kondisi COVID-19. Mitos ini dipastikan tidak sesuai fakta.
Menurut rumor, 5G dikatakan menyebarkan virus corona secara langsung. Faktanya, virus corona menyebar melalui tetesan pernapasan, bukan jaringan nirkabel.
Beberapa rumor mengklaim bahwa 5G menekan sistem kekebalan manusia dan meningkatkan risiko tertular SARS-CoV-2, yang menyebabkan COVID-19. Tapi ini juga salah. Tidak ada bukti bahwa EMF atau 5G memengaruhi risiko Anda terkena infeksi virus.
Namun meski sudah dibantah oleh otoritas kesehatan, nyatanya konspirasi ini masih terus menyebar. Bahkan tahun lalu, sempat terjadi beberapa insiden pembakaran tower 5G di negara-negara Eropa hingga pegawai operator yang sedang memasang kabel fiber optic mendapat ancaman dari publik akibat mitos ini.
3. Teknologi 5G Sebabkan Luka Bakar?
Baca Juga: 4 Fakta Comeback EXO Don't Fight The Feeling, Partisipasi Mengejutkan Lay
Salah satu kabar yang beredar adalah teknologi 5G dapat menyebabkan luka bakar. Menurut WHO, ponsel menggunakan frekuensi 1,8 hingga 2,2 GHz dapat menyebabkan pemanasan jaringan, menurut WHO.
Pemanasan jaringan terjadi ketika kulit menyerap energi elektromagnetik. Ini menyebabkan sedikit peningkatan suhu di otak dan tubuh sehingga dapat memicu terjadinya luka bakar.
Namun, pemanasan jaringan dianggap jangka pendek dan minimal. Komisi Komunikasi Federal (FCC) juga menyatakan bahwa masyarakat terpapar frekuensi EMF yang sangat rendah. Tingkat ini terlalu rendah untuk menyebabkan pemanasan jaringan yang cukup besar.
Profesor bioteknologi di Pennsylvania State University, Kenneth Foster menjelaskan bahwa energi frekuensi bahaya 5G memang bisa menyebabkan luka bakar atau kerusakan termal lainnya. Namun, potensi berbahaya itu hanya muncul jika manusia berada di dekat pemancar frekuensi radio berdaya tinggi.
Tag
Berita Terkait
-
4 Fakta Comeback EXO Don't Fight The Feeling, Partisipasi Mengejutkan Lay
-
Panglima TNI: PPKM Kunci Menekan Angka Kasus Covid-19 di Kudus dan Bangkalan
-
Kasus Covid-19 di Ponpes Kota Bogor Kembali Bertambah, Total 65 Santri Positif
-
Anggota TNI Beserta Keluarganya di Jember Terpapar Covid-19
-
Penjelasan Pokja FKKMK UGM Terkait Sebaran Virus Covid-19 Varian Lokal Indonesia
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Kepala Daerah Papua Diminta Jaga Raja Ampat, Prabowo: Jangan Sampai Dirusak Wisatawan!
-
Presiden Prabowo Sudah Teken PP, Begini Formula Kenaikan Upah 2026 yang Akan Berlaku
-
Tolak Politik Upah Murah, Puluhan Ribu Buruh Siap Kepung Istana pada 19 Desember
-
KPK Periksa Gus Yaqut soal Aliran Dana PIHK Hingga Kerugian Negara
-
Antrean Panjang di Stasiun, Kenapa Kereta Api Selalu Jadi Primadona di Periode Libur Panjang?
-
Kasus Deforestasi PT Mayawana, Kepala Adat Dayak Penjaga Hutan di Kalbar Dijadikan Tersangka
-
Eks Pejabat KPI Tepis Tudingan Jaksa Atur Penyewaan Kapal dan Ekspor Minyak
-
Diperiksa KPK Soal Korupsi Haji, Gus Yaqut Pilih Irit Bicara: Tanya Penyidik
-
Buka-bukaan Kerry Riza di Sidang: Terminal OTM Hentikan Ketergantungan Pasokan BBM dari Singapura
-
MBG Dinilai Efektif sebagai Instrumen Pengendali Harga