Suara.com - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengaku geram dengan aksi para kaum anti Covid-19 dan anti vaksin yang terus mempromosikan keyakinan mereka bahwa pandemi Covid-19 adalah konspirasi.
Haedar menyoroti teori-teori konspirasi bermunculan yang menyebutkan bahwa Covid-19 merupakan produk buatan yang sengaja diciptakan untuk membunuh manusia secara masif.
"Pandangan-pandangan ini kalau bagi mereka yang masih awam Insyaallah masih bisa dipahamkan. Yang paling repot itu mereka yang merasa tahu padahal sesungguhnya tidak tahu atau sok tahu," kata Haedar dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, Jumat (2/7/2021).
Untuk memperkuat teori konspirasi, mereka juga tak ragu memadukannya dengan mengutip ilmu, agamna hingga ayat-ayat yang tidak pas.
"‘Kenapa sih takut Covid, takut itu kepada Allah, inna shalati wa nusuki wa maa yahya lillahi rabbil alamin’, menggunakan ayat tidak pas itu, tidak di situ tempatnya," tuturnya.
Ia menilai, perilaku para kaum anti Covid dan vaksin tersebut sangat tidak bertanggungjawab.
Ia menantang agar mereka membuktikan teori mereka dengan mengajukan data yang dimiliki ke pengadilan internasional.
"Di mana sih rasa tanggungjawab? Karena kalau terus-terusan dikembangkan pandangan anti Covid, anti vaksin itu masyarakat lengah, kemudian mereka yang kerja di rumah sakit tambah berat beban kerjanya dan itu kan tidak mustahil menciptakan disharmoni di kalangan masyarakat," ungkapnya.
Haedar juga mengaku prihatin dengan beredarnya informasi hoaks di kalangan masyarakat yang menyebut pasien yang sakit atau meninggal dengan status 'dicovidkan'.
Baca Juga: Syarat Perjalanan Selama PPKM Darurat, Wajib Tunjukkan Surat Vaksin Dosis Pertama
"Itu sudah muncul kan?, dan itu juga berkembang di lingkungan Persyarikatan dan dibeli (ditelan mentah-mentah) itu informasi-informasi yang seperti itu," tuturnya.
Ia mengimbau kepada para dai, tokoh dan pimpinan di lingkungan persyarikatan untuk bisa bersikap melawan stigma buruk terkait pandemi Covid-19 yang digaungkan oleh para kaum anti covid dan anti vaksin.
"Nah para mubaligh Muhammadiyah dan pimpinan berusaha harus menjadi pencerah dan pencerdas. Jangan ikut-ikutan, menjadi ikut aktivistik stigmatisasi dan covidisasi karena nanti malah tak bertanggungjawab," tukasnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Anjing Pelacak K-9 Dikerahkan Cari Korban Tertimbun Longsor di Sibolga-Padangsidimpuan
-
Ibu-Ibu Korban Bencana Sumatra Masih Syok Tak Percaya Rumah Hilang, Apa Langkah Mendesak Pemerintah?
-
Eks Wakapolri Cium Aroma Kriminalisasi Roy Suryo Cs di Kasus Ijazah Jokowi: Tak Cukup Dilihat
-
Nasib 2 Anak Pengedar Narkoba di Jakbar: Ditangkap Polisi, 'Dilepas' Gara-gara Jaksa Libur
-
Mendiktisaintek: Riset Kampus Harus Bermanfaat Bagi Masyarakat, Tak Boleh Berhenti di Laboratorium
-
Dengarkan Keluhan Warga Soal Air Bersih di Wilayah Longsor, Bobby Nasution Akan Bangunkan Sumur Bor
-
Di Balik OTT Bupati Bekasi: Terkuak Peran Sentral Sang Ayah, HM Kunang Palak Proyek Atas Nama Anak
-
Warga Bener Meriah di Aceh Alami Trauma Hujan Pascabanjir Bandang
-
Mutasi Polri: Jenderal Polwan Jadi Wakapolda, 34 Srikandi Lain Pimpin Direktorat dan Polres
-
Tinjau Lokasi Bencana Aceh, Ketum PBNU Gus Yahya Puji Kinerja Pemerintah