Suara.com - Seiring mengganasnya virus Covid-19, suara sirene ambulans hampir setiap saat melengking, grup obrolan di telepon genggam penuh dengan kabar duka. Begitu juga dari pengeras suara masjid yang nyaris setiap hari berkumandang untuk mengabarkan warga yang meninggal dunia.
Inilah gambaran hari-hari di Jabodetabek sekarang. Dalam menghadapinya, ada mereka yang tetap berusaha tenang, namun ada yang panik setengah mati, seolah akan menunggu giliran. Bahkan ada juga yang tidak peduli sama sekali.
Lantas bagaimana dunia psikologi melihat situasi ini? Bagaimana agar mental tetap waras pada masa-masa krisis ini?
Psikolog senior, Kasandra Putranto pun angkat bicara terkait fenomena ini. Kata dia, sebelum pandemi, mendengar sirene ambulans atau kabar kematian merupakan hal yang lumrah. Namun, pada saat ini, maknanya menjadi berubah.
“Jika sebelum pandemi, mendengar suara ambulans dan berita kematian mungkin tidak membuat kita cemas atau panik dengan berlebihan. Namun dalam kondisi saat ini, kedua hal tersebut dapat membuat kita cemas berlebihan, panik, dan bahkan menimbulkan trauma tersendiri,” kata Kasandra saat dihubungi Suara.com, Jumat (16/7/2021).
“Selain juga menjadi stimulus yang dapat menumbuhkan kesadaran akan bahaya dan ancaman yang dimiliki COVID-19,” sambungnya.
Kasandra menjelaskan, saat diri menjadi sangat sadar akan bahaya dan ancaman dari COVID-19, kecemasan yang muncul dapat berkembang menjadi takut atau denial.
“Rasa takut akan muncul jika seseorang berhadapan dengan ancaman bahaya, baik fisik, emosional, atau psikologis, baik yang nyata maupun yang dibayangkan,” ujarnya.
Kata finalis Abang None Jakarta 1989 ini, untuk tetap bisa tenang pada masa krisis sangat ditentukan dari sudut pandang.
Baca Juga: Makin Meningkat, Kasus Covid-19 di Sulteng Bertambah 233 Orang
“Secara positif, ancaman ini bisa dianggap sebagai motif untuk meningkatkan kesejahteraan fisik, emosional, atau psikologis kita, sehingga masyarakat akan tergerak untuk melakukan introspeksi dan berusaha menaati prosedur kesehatan,” papar Kasandra.
Namun secara negatif, ancaman dapat diinterpretasikan sebagai tekanan yang memicu rasa panik, yang semakin membebani kondisi psikologis seseorang dan imunitas seseorang.
Perempuan kelahiran 1968 ini mengungkapkan, ketakutan sebenarnya berperan penting dalam menjaga diri untuk tetap aman, dengan cara memobilisasi diri untuk mengatasi potensi bahaya.
“Sehingga rasa takut itu yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan kewaspadaan, mematuhi prosedur kesehatan, berdiam diri di rumah, minum vitamin, dan lain-lain,” jelasnya.
Sementara, bagi mereka yang denial atau menyangkal keberadaan Covid-19, sebenarnya juga mengalami kecemasan, hanya saja cara respons yang berbeda.
Mekanisme pertahanan adalah strategi yang digunakan orang untuk mengatasi perasaan tertekan. Penyangkalan mencakup tidak mengakui kenyataan atau menyangkal konsekuensi dari kenyataan itu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
Terkini
-
Ketua Komisi X DPR RI: Pengajaran Bahasa Portugis Idealnya Diujicobakan di NTT Terlebih Dahulu
-
Jaringan Korupsi Haji 'Dikupas' Tuntas: 70 Persen Biro Travel Sudah Buka Suara ke KPK
-
Lahan Kuburan Menipis, Ini Alasan Pramono 'Sulap' Pemakaman Era COVID-19 di Rorotan jadi TPU
-
Penting Buat Peserta Jakarta Running Festival 2025! Ini 9 Titik Parkir di Sekitar GBK yang Disiapkan
-
KPK Ungkap Ada Pengkondisian Mesin EDC dalam Kasus Korupsi Digitalisasi SPBU Pertamina
-
Geledah Kantor Bea Cukai, Kejagung Ogah Beberkan Detail Kasusnya, Mengapa?
-
Setelah Pembalap, KPK Panggil Anak Penyuap Eks Sekretaris MA Hasbi Hasan, Tapi Mangkir...
-
BGN Proses Internal Kepala SPPG di Bekasi yang Lecehkan dan Aniaya Staf, Segera Dinonaktifkan
-
Lebih Inklusif, BPJS Ketenagakerjaan Dorong Transformasi Sistem Pensiun Nasional di Era Digital
-
Cara Ambil Bansos Rp900 Ribu di Kantor Pos, Bisa Diwakilkan Asal Bawa KTP dan KK