Suara.com - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menyalahkan AS atas memburuknya situasi di negaranya. Ia mengatakan keputusan Amerika untuk menarik pasukannya yang tiba-tiba membuat Taliban semakin merajalela.
Menyadur Al Jazeera Selasa (03/08), Ghani mengatakan situasi di negarnya akan "terkendali dalam waktu enam bulan", sambil menambahkan AS telah berjanji memberi dukungan.
“Alasan untuk situasi kami saat ini adalah bahwa keputusan itu diambil secara tiba-tiba,” katanya kepada Parlemen.
Ia telah memperingatkan Washington sebelumnya bahwa penarikan itu memiliki konsekuensi. Ghani menambahkan perlindungan rakyat adalah tugas yang akan dia pertahankan.
Setelah pidatonya, kedua majelis parlemen mengeluarkan pernyataan bersama, menyatakan dukungan penuh untuk rencana keamanan Ghani.
Legislator mendukung hak asasi manusia dan perempuan dan kebebasan berbicara. Mereka berdiri dengan Tentara Nasional Afghanistan.
Sebagai tanggapan, kelompok Taliban merilis pernyataan pada media, menyebut pernyataan Ghani sebagai omong kosong dan mengatakan waktunya sudah berakhir.
"Dia berusaha mengendalikan keadaan dan kesalahannya sendiri yang buruk," kata pernyataan itu.
“Negara telah memutuskan untuk mengadili para pengkhianat nasional dan membawa mereka ke pengadilan. Deklarasi perang, membuat tuduhan dan memberikan informasi palsu tidak dapat memperpanjang hidup Ghani,” katanya.
Baca Juga: Tak Hanya Tarik Pasukan, AS Juga akan Evakuasi Ribuan Warga Afghanistan
“Waktunya sudah habis, insya Allah.”
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?
-
Siap-siap! KPK akan Panggil Ridwan Kamil Usai Periksa Pihak Internal BJB
-
Bukan Tax Amnesty, Kejagung Cekal Eks Dirjen dan Bos Djarum Terkait Skandal Pengurangan Pajak
-
Menhaj Irfan Siapkan Kanwil Se-Indonesia: Tak Ada Ruang Main-main Jelang Haji 2026
-
Tembus Rp204 Triliun, Pramono Klaim Jakarta Masih Jadi Primadona Investasi Nasional