Suara.com - Anggota Komisi IX Rahmat Handoyo mengatakan harga tes swab PCR yang ditetapkan Pemerintah Indonesia dengan India tidak bisa dibandingkan. Sebab, alat tes PCR di India merupakan produksi dalam negeri sehingga sudah tentu lebih murah.
Sehingga, dia menyatakan, tes PCR di Indonesia dan India tidak bisa dibandingkan apple to apple.
"India itu kan memproduksi sendiri sehingga tentu akan lebih efisien, lebih murah cost produksinya. Karena dia beli dari dalam negeri sendiri itu yang harus dipahami," kata Rahmat kepada wartawan, Jumat (13/8/2021).
"Tapi kalau di Indonesia kan masih banyak yang impor," ujarnya.
Kendati begitu menurut Rahmat harga tes PCR di India yang jauh lebih murah dapat dijadikan sebagai informais bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan ke depannya.
Rahmat berujar adanya informasi tentang tes PCR di India yang jauh lebih murah seharusnya dijadikan momentum bagi pemerintah mendorong industri farmasi untuk membuat alas tes produksi dalam negeri.
"Tentu kita dorong untuk mendorong industri farmasi agar diberikan pasti diberikan karpet merah untuk investasi di kita. Baik alat kesehatan di bidang PCR maupun antigen ya itu yang harus kita dorong pemerintah dan saya kita bisa didorong ke situ," tuturnya.
Di sisi lain, Rahmat menyadari bahwa keberadaan alat tes kesehatan berupa tes PCR juga merupakan bisnis bagi industri farmasi. Namun begitu Rahmat mengingatkan bahwa keuntungan yang dimabil harus menyesuaikan dengan kondisi rakyat.
"Tetapi ini memang kan bisnis ya artinya memang bisnis harus ada marginnya tetapi karena ini situasi pandemi ya silakan cari margin tetapi yang masih bisa sesuai dengan kemampuan masyarakat. Kalau toh tidak hal itu paling tidak bisa meringankan beban rakyat," kata Rahmat.
Baca Juga: Pemerintah Diminta Peka Turunkan Harga Tes PCR Serupa di India
Pengusaha Angkat Bicara
Mahalnya harga tes Covid-19 seperti tes usap PCR untuk melacak warga yang terpapar COVID-19 di Indonesia dikeluhkan oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apinda) Jawa Barat.
Mahalnya harga tes Covid-19 dinilai dapat menghambat proses pemutusan mata rantai COVID-19 itu sendiri.
"Jadi 3T atau Testing, Tracing dan Treatment ini sebenarnya bisa menjadi salah satu kunci yang sangat penting untuk dilakukan, namun demikian akses untuk melakukan testing ini masih sangat rendah. Hal ini disebabkan biaya testing yang sangat mahal," kata Ketua
Apindo Jawa Barat Ning Wahyu Astutik dikutip dari Antara, Senin (2/8/2021).
Pihaknya membandingkan harga tes usap PCR di India yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan di Indonesia.
Menurut Ning, harga pengetesan swab PCR di India jika dirupiahkan hanya mencapai Rp 130 ribu, sedangkan di Indonesia bisa mencapai Rp 750 ribu.
"Kalau tes swab PCR saja murah maka, bagaimana dengan tes Antigen. Pasti lebih murah," kata dia.
Dia mengatakan upaya 3T bisa membuat penurunan penyebaran Virus Corona dan hal tersebut menjadi kunci yang amat penting harus dilakukan pemerintah dan didukung berbagai pihak.
Lebih lanjut Ning menuturkan saat harga tes COVID-19 lebih murah dan hasilnya bagus maka masyarakat mendapat kemudahan ketika ingin melakukan tes secara mandiri.
"Dan saat jumlah peserta testing naik, otomatis pelacakan lebih mudah. Jadi yang terpapar ini bisa terdeteksi lebih awal, dan bisa memiliki kemungkinan lebih besar untuk disembuhkan," kata dia.
Dia mengatakan selain 3T, vaksinasi COVID-19 juga harus dipercepat kepada seluruh masyarakat dan akses kepada para pekerja khususnya harus lebih masif agar sektor perekonomian bisa bertahan di tengah himpitan dampak pandemi COVID-19.
"Dan kami mohon akses untuk karyawan atau para pekerja untuk mendapatkan vaksinasi ini bisa lebih dipermudah lagi oleh pemerintah," kata Ning.
Berita Terkait
-
Pemerintah Diminta Peka Turunkan Harga Tes PCR Serupa di India
-
Ini Perbandingan Harga Tes PCR di Beberapa Negara ASEAN, Indonesia Masih Relatif Mahal
-
Pengakuan Pemalsu Hasil Tes PCR, Edit Pakai HP hingga Terancam Penjara
-
Palsukan Hasil Tes PCR Demi Ikut Suami Terbang, Cewek Asal Jakarta Ternyata Positif Covid
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Penggugat Ijazah Gibran Bantah Bagian dari Musuh Keluarga Jokowi: Saya Tidak Sedang Mencari Musuh!
-
Rekam Jejak Wahyudin Anggota DPRD Gorontalo, Narkoba hingga Video Rampok Uang Negara
-
Bongkar Gurita Korupsi Pertamina, Kejagung Periksa Jaringan Lintas Lembaga
-
Guntur Romli Murka, Politikus PDIP 'Rampok Uang Negara' Terancam Sanksi Berat: Sudah Masuk Evaluasi!
-
Dasco: UU Anti-Flexing Bukan Sekadar Aturan, tapi Soal Kesadaran Moral Pejabat
-
Harta Kekayaan Minus Wahyudin Moridu di LHKPN, Anggota DPRD Ngaku Mau Rampok Uang Negara
-
Dapat Kesempatan Berpidato di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Bakal Terbang ke New York?
-
SPBU Swasta Wajib Beli BBM ke Pertamina, DPR Sebut Logikanya 'Nasi Goreng'
-
Menkeu Purbaya hingga Dirut Pertamina Mendadak Dipanggil Prabowo ke Istana, Ada Apa?
-
Bukan Kursi Menteri! Terungkap Ini Posisi Mentereng yang Disiapkan Prabowo untuk Mahfud MD