Suara.com - Seorang pria yang dilaporkan sebagai Yahudi terakhir di Afghanistan menolak untuk dievakuasi meskipun perhatian dunia begitu luar biasa untuknya.
Menyadur New York Post Minggu (22/08), pria 62 tahun bernama Zebulon Simantov ini telah tinggal di negara konflik itu seumur hidupnya.
Ia tinggal di sebuah rumah dengan satu ruangan di kota Kabul yang juga berfungsi sebagai sinagoge terakhir di negara itu. Simantov diketahui berasal dari Herat dan sebelumnya membuka restoran juga berjualan karpet.
Ia kemudian bertemu dengan pengusaha Amerika-Israel bernama Moti Kahana yang memiliki misi menyelamatkan orang-orang Yahudi. Ia pernah mengevakuasi orang Yahudi yang tersisa dari Suriah saat perang tahun 2014.
“Saya berurusan dengan begitu banyak orang gila dan dia ada di daftar teratas,” Kahana, 53, mengatakan pada The Post.
“Pada hari Selasa tim saya pergi ke rumahnya dan dia sedang berkemas,” kata Kahana, menambahkan Simantov tiba-tiba meminta USD 50.000 sebagai syarat keberangkatan dan menggagalkan rencana tersebut.
Mendy Chitrik, ketua Aliansi Rabi di Negara-negara Islam mengatakan Simantov awalnya menunjukkan geagat ingin keluar tapi dia memutuskan untuk bertahan. "Dan jika seseorang ingin tinggal, itu terserah dia,” ujarnya.
“Dia tidak mengatakan mengapa, tapi dia cukup nyaman di sana,” kata Chitrik, menambahkan bahwa organisasinya telah berhubungan dengan Simantov selama bertahun-tahun dan membantu memasoknya dengan Matzo dan lainnya.
Simantov, yang hidup melalui era Taliban pertama, telah menunjukkan keinginannya untuk beremigrasi ke Israel pada bulan Juni, mengatakan kepada Voice of America bahwa dia tak memiliki nyali untuk hidup lagi di bawah para mullah.
Baca Juga: Pengamat: Indonesia Harus Bersiap Sediakan Pulau Terluar Tampung Pengungsi Afghanistan
"Atas izin Tuhan, saya pasti akan pergi pada saat Taliban datang," katanya.
Simantov menjadi orang Yahudi terakhir di negara itu setelah kematian Yitzhak Levy pada tahun 2005. Meskipun mereka berdua tinggal di sinagoge yang sama, kebenciannya satu sama lain adalah legenda.
Selama bertahun-tahun kedua pria itu sering saling menyerang dan berbicara satu sama lain dalam dengan sumpah serapah di hadapan Taliban.
Suatu kali selama tugas bersama di penjara, pertengkaran mereka sangat menjengkelkan sehingga para penculik Islam melepaskannya begitu saja.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
Dorong Kedaulatan Digital, Ekosistem Danantara Perkuat Infrastruktur Pembayaran Nasional
-
AJI Gelar Aksi Solidaritas, Desak Pengadilan Tolak Gugatan Mentan Terhadap Tempo
-
Temuan Terbaru: Gotong Royong Lintas Generasi Jadi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045
-
PSI Kritik Pemprov DKI Pangkas Subsidi Pangan Rp300 Miliar, Dana Hibah Forkopimda Justru Ditambah
-
Penerima Bansos di Jakarta Kecanduan Judi Online, DPRD Minta Pemprov DKI Lakukan Ini!
-
Pecalang Jakarta: Rano Karno Ingin Wujudkan Keamanan Sosial ala Bali di Ibu Kota
-
5 Fakta OTT KPK Gubernur Riau Abdul Wahid: Barang Bukti Segepok Uang
-
Di Sidang MKD: Ahli Sebut Ucapan Ahmad Sahroni Salah Dipahami Akibat Perang Informasi
-
TKA 2025 Hari Pertama Berjalan Lancar, Sinyal Positif dari Sekolah dan Siswa di Seluruh Indonesia
-
Aktivis Serukan Pimpinan Pusat HKBP Jaga Netralitas dari Kepentingan Politik