Suara.com - Seorang pria yang menyelamatkan diri dari Afghanistan guna menempuh pendidikan tinggi di universitas Inggris mengatakan Taliban telah mengeluarkan ancaman kepada keluarganya di kampung halaman.
Penerima beasiswa Chevening itu, yang namanya tidak diungkap untuk menjaga keselamatan keluarga, mengatakan ia menerima pesan-pesan yang mengabarkan adik perempuannya- yang belum genap 13 tahun - akan dibawa pergi dan dinikahkan dengan petempur Taliban.
Ia khawatir adiknya akan menjalani hidup bagai di penjara sepanjang hidupnya jika ia dipaksa menikahi anggota Taliban.
Ia sendiri beruntung berhasil dievakuasi ke Inggris setelah Taliban mengambil alih kekuasaan tetapi ia tidak bisa membawa serta keluarganya.
Ia adalah salah seorang dari sekitar 35 warga Afghanistan yang dievakuasi ke Inggris sebagai penerima beasiswa Chevening. Beasiswa tersebut didanai Kementerian Luar Negeri dan memungkinkan mahasiswa berbakat dari berbagai negara untuk menempuh studi S2 di Inggris.
'Adik saya akan jadi tahanan'
Ketika diwawancara dalam program Today di BBC Radio 4, penerima beasiswa itu mengungkapkan Taliban telah memberitahukan kepadanya dan juga kepada ibunya bahwa adiknya akan dibawa pergi untuk dinikahkan dalam waktu satu bulan.
"Mereka mengatakan adik saya akan dinikahkan dengan salah seorang anggota yang gila. Ini bukan hukuman mati, tetapi apa yang mereka lakukan adalah memenjarakannya seumur hidup.
"Ia akan menjadi tahanan perang, ia bahkan belum bisa mengucapkan beberapa kata, ia masih bersekolah. Tapi Taliban mengatakan ia semestinya tidak sekolah, ia seharusnya menikah."
Baca juga:
Baca Juga: Peringatan Keras Taliban ke AS: Jangan Berani Terbangkan Drone ke Afghanistan
- Hakim perempuan Afghanistan yang bersembunyi dari kejaran Taliban
- Taliban gantung tubuh manusia di lapangan kota 'sebagai peringatan'
- Taliban di mata seorang ibu yang kehilangan empat putranya
Pada tanggal 21 Agustus, pria ini menerima surat elektronik dari pengelola beasiswa Chevening untuk mengabarkan bahwa ia dan anggota keluarga yang menjadi tanggungannya boleh masuk ke Inggris.
Namun situasi "kacau" di bandara ibu kota Afghanistan, Kabul, membuatnya memutuskan tidak "mengambil risiko" membawa anggota keluarga ke bandara.
Ribuan orang berdesak-desakan dalam situasi panik ketika Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya berusaha mengevakuasi warga negara masing-masing serta warga Afghanistan yang memenuhi syarat, sebelum penarikan resmi pasukan AS pada tanggal 31 Agustus.
Pemerintah Inggris menyatakan pihaknya membantu penerima beasiswa Chevening angkatan tahun ini untuk meninggalkan Afghanistan.
"Kami akan terus melakukan semua langkah yang dapat dilakukan untuk memastikan perjalanan yang aman dan melaksanakan kewajiban mengevakuasi warga negara Inggris dan warga negara Afghanistan yang memenuhi syarat, dari negara itu," kata seorang juru bicara pemerintah.
Lebih lanjut mahasiswa tersebut meyakini Taliban menghukumnya karena bisnisnya di Afghanistan.
"Saya mendapat panggilan telepon Whatsapp yang mengatakan saya dievakuasi oleh militer Inggris karena saya menjadi agen militer Inggris. Mereka mengatakan tidak bisa menyakiti saya, tetapi keluarga saya akan menanggung akibatnya.
"Taliban beranggapan bahwa jika kami mempunyai hubungan dengan komunitas internasional maka kami berkonspirasi melawan nilai-nilai budaya Islam di negara itu.
"Mereka akan melakukan apa saja untuk melancarkan pembalasan. Mereka tidak manusiawi. Mereka meneror keluarga dari orang-orang yang sekedar berusaha berbuat kebaikan bagi masyarakat."
Ia "yakin 100%" adiknya akan dibawa bulan depan.
"Adik saya akan menjadi tahanan dari orang-orang gila sepanjang hidupnya jika ini benar-benar terjadi."
Ditambahkan ia "berharap" bisa membawa keluarganya ke Inggris, sebagaimana yang dilakukan sejumlah penerima beasiswa lainnya, tetapi sejauh ini ia mengaku belum mendapat "respons positif" dari pemerintah.
Anggota parlemen dari Partai Hijau Caroline Lucas telah menjalin kontak dengan beberapa penerima beasiswa Chevening yang khawatir akan keselamatan anggota keluarga mereka di Afghanistan.
Ia mendesak pemerintah Inggris melonggarkan peraturan Kementerian Dalam Negeri tentang syarat-syarat warga Afghanistan yang boleh berpindah ke Inggris.
Ia meminta pemerintah mengizinkan penerima beasiswa Chevening untuk membawa saudara kandung dan orang tua ke Inggris. Ia juga mendesak pemerintah "memenuhi komitmen terhadap semua penerima beasiswa Chevening" baik yang sekarang maupun angkatan sebelumnya.
Pemerintah masih mengembangkan program penempatan pengungsi Afghanistan di Inggris. Inggris berencana menampung 5.000 pengungsi Afghanistan pada tahun pertama dan 20.000 orang dalam jangka panjang.
Tag
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Terkini
-
Bilateral di Istana Merdeka, Prabowo dan Raja Abdullah II Kenang Masa Persahabatan di Yordania
-
August Curhat Kena Serangan Personal Imbas Keputusan KPU soal Dokumen Persyaratan yang Dikecualikan
-
Di Hadapan Prabowo, Raja Yordania Kutuk Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Sebut Serangan Mengerikan
-
Usai Disanksi DKPP, Anggota KPU Curhat Soal Beredarnya Gambar AI Lagi Naik Private Jet
-
Dua Resep Kunci Masa Depan Media Lokal dari BMS 2025: Inovasi Bisnis dan Relevansi Konten
-
Soal Penentuan UMP Jakarta 2026, Pemprov DKI Tunggu Pedoman Kemnaker
-
20 Warga Masih Hilang, Pemprov Jateng Fokuskan Pencarian Korban Longsor Cilacap
-
Gagasan Green Democracy Ketua DPD RI Jadi Perhatian Delegasi Negara Asing di COP30 Brasil
-
Mensos Ungkap Alasan Rencana Digitalisasi Bansos: Kurangi Interaksi Manusia Agar Bantuan Tak Disunat
-
Terbongkar! Prostitusi Online WNA Uzbekistan di Jakbar, Pasang Tarif Fantastis Rp15 Juta