Suara.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdoan memilih untuk tidak menghadiri KTT iklim COP26 PBB di Glasgow, Skotlandia pada detik-detik terakhir.
Anadolu Agency mewartakan bahwa presiden kembali ke Istanbul pada Minggu (31/10/2021) malam waktu setempat setelah menghadiri KTT G20 di Roma.
Menyadur Al Jazeera, Erdogan direncakan akan berpidato di KTT COP26 pada hari Senin (1/11/2021), untuk menjelaskan bagaimana Turki berencana memenuhi pengurangan emisi.
Kepresidenan Turki belum memberikan alasan resmi atas pembatalan mendadak rencana Erdogan untuk menghadiri KTT COP26 tersebut.
Pembatalan tersebut juga akan memengaruhi Ankara pada pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin dunia lainnya tentang berbagai topik.
Erdogan bertemu Biden pada hari Minggu di sela-sela KTT G20 di Roma, membahas perselisihan tentang jet tempur F-16, dan perang di Suriah.
Seorang pejabat Turki yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa ada masalah protokol atas kehadiran presiden Turki di KTT COP26 tersebut.
Menteri Lingkungan, Urbanisasi, dan Perubahan Iklim Turki, Murat Kurum, diperkirakan masih akan menghadiri KTT COP26 dan mewakili Turki.
Mulai Senin (1/11/2021), para pemimpin dunia akan menyampaikan pidato selama dua hari pada KTT COP26 di Glasgow, Skotlandia hingga 12 November.
Baca Juga: Tiba di Glasgow Skotlandia, Jokowi Akan Hadiri KTT COP26
Turki menjadi negara G20 terakhir yang meratifikasi perjanjian iklim Paris bulan lalu. Perjanjian tersebut bertujuan untuk membatasi pemanasan global hingga kurang dari 2 derajat Celcius atau sekitar 3,6 Fahrenheit.
Ankara telah mengatakan pihaknya merencanakan pengurangan emisi sebesar 21 persen pada tahun 2030, dan untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2053.
Turki saat ini menyumbang kurang dari 1 persen dari emisi global, dan para ahli mengatakan sebagian besar berasal dari penggunaan energinya.
Turki telah mengalami sejumlah bencana alam sepanjang tahun ini yang menurut para ahli didorong oleh pemanasan global.
Turki tengah menghadapi kekeringan berkepanjangan yang mengancam petani dan persediaan air. Pada bulan Juli, kebakaran hutan melanda sebagian besar pantai selatan negara itu dan menewaskan sedikitnya delapan orang. Kemudian sekitar 82 orang tewas akibat banjir di sepanjang pantai Laut Hitam.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf