Suara.com - PBB mengungkapkan jika sedikitnya ada 16 stafnya di Ethiopia ditahan di ibu kota Addis Ababa, enam lainnya telah dibebaskan.
Menyadur Al Jazeera Rabu (10/11/2021), juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan bahwa pihaknya sedang bekerjasama dengan pemerintah Ethiopia untuk membebaskan tahanan.
"Sejauh yang saya tahu, tidak ada penjelasan yang diberikan kepada kami tentang mengapa anggota staf ini ditahan," jelas Stephane.
Stephane juga mengungkapkan jika pejabat keamanan PBB telah mengunjungi staf yang ditahan, semua warga negara Ethiopia yang bekerja untuk berbagai badan PBB.
Tidak ada komentar langsung dari pemerintah Ethiopia, yang telah memerangi pasukan dari wilayah Tigray utara selama setahun.
Ketegangan antara Ethiopia dan PBB kembali memanas saat pemerintah sedang memerangi kelompok pemberontak di wilayah Tigray.
Pada akhir September, pemerintah Ethiopia mengusir tujuh pejabat senior PBB karena dianggap campur tangan dalam urusan internalnya.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan Washington mengetahui laporan tentang penahanan tersebut dan khawatir.
"Kami dengan jelas mengutuk pengusiran pejabat PBB sebelumnya dari Ethiopia, dan jika dikonfirmasi, kami juga akan mengutuk penahananstaf PBB berdasarkan etnis," kata Price kepada wartawan.
Baca Juga: Pemberontak Tigray Semakin Dekat Addis Ababa, Tapi Siapa Sebenarnya Mereka?
"Kami memahami dari laporan… bahwa mereka yang ditangkap adalah Tigrayan. Pelecehan dan penahanan pasukan keamanan pemerintah Ethiopia atas dasar etnis sama sekali tidak dapat diterima," sambungnya.
Price menambahkan bahwa AS juga mengutuk serangan balas dendam oleh para pejuang yang terkait dengan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).
"Kami menyerukan semua pihak untuk menghentikan kegiatan seperti itu dan menghormati hak asasi manusia dan supremasi hukum," katanya.
Penahanan di kota Addis Ababa tersebut terjadi setelah deklarasi keadaan darurat nasional selama enam bulan setelah terjadi serangan dari pejuang Tigrayan dan Oromo.
Perdana Menteri Abiy Ahmed mengirim pasukan ke Tigray pada November 2020 untuk menggulingkan TPLF, mantan partai penguasa regional yang sempat mendominasi politik nasional.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Kementan Targetkan Indonesia Mandiri Vaksin Hewan, Fasilitas di Surabaya Akan Ditingkatkan
-
KPK Akhirnya Ambil Alih Kasus Korupsi Petral dari Kejagung, Apa Alasannya?
-
KPK Selidiki Korupsi Google Cloud, Kuasa Hukum Bantah Nadiem Makarim Terlibat
-
Kemenpar Dukung Pesta Diskon Nasional 2025: Potongan Harga 20-80 Persen!
-
Sadis! Pembunuh Guru di OKU Ternyata Mantan Penjaga Kos, Jerat Leher Korban Demi Ponsel
-
Gebrakan Menhan-Panglima di Tambang Ilegal Babel Dikritik Imparsial: Pelanggaran Hukum, Tanda Bahaya
-
Otak Pembakar Rumah Hakim PN Medan Ternyata Mantan Karyawan, Dendam Pribadi Jadi Pemicu
-
Dari IPB hingga UGM, Pakar Pangan dan Gizi Siap Dukung BGN untuk Kemajuan Program MBG
-
Menhaj Rombak Skema Kuota Haji: yang Daftar Duluan, Berangkat Lebih Dulu
-
Isu Yahya Cholil Staquf 'Dimakzulkan' Syuriyah PBNU, Masalah Zionisme Jadi Sebab?