Suara.com - Korban tewas akibat angin topan terkuat yang melanda Filipina tahun ini melonjak hingga 375 orang, di tengah terjadinya krisis air minum dan makanan.
Menyadur The Guardian Selasa (21/12/2021), Kepolisian Nasional Filipina mengungkapkan jika selain korban tewas, angin topan itu juga melukai sekitar 500 orang.
Lebih dari 380.000 orang meninggalkan rumah dan resor mereka saat angin topan Rai menghantam negara tersebut pada hari Kamis (16/12/2021).
Salah satu pulau paling parah terkena dampaknya adalah Bohol, yang terkenal dengan pantai Chocolate Hills dan primata tarsius kecil.
Gubernur provinsi Arthur Yap mengungkapkan melalui akun Facebook-nya jika setidaknya 94 orang tewas akibat angin topan Rai di pulau Bohol.
Palang Merah Filipina juga melaporkan adanya banyak korban di daerah pesisir setelah angin topan Rai memporak-porandakan rumah, rumah sakit, dan sekolah.
Angin topan itu merobek atap rumah, menumbangkan pohon, tiang listrik beton, menghancurkan rumah-rumah kayu, memusnahkan tanaman dan memicu banjir.
"Situasi kami sangat putus asa," kata Ferry Asuncion, seorang pedagang kaki lima di kota Surigao yang juga hancur dilanda badai.
"Warga sangat membutuhkan air minum dan makanan," katanya.
Baca Juga: Dapat Kado Spesial dari Calon Presiden Filipina, Maria Ozawa Utarakan Janji Manis Ini
Ribuan personel militer, polisi, penjaga pantai, dan pemadam kebakaran dikerahkan untuk mendistribusikan makanan, air, dan pasokan medis. Petugas juga mengerahkan alat berat untuk membersihkan jalan.
Presiden Rodrigo Duterte berjanji untuk mencari bantuan senilai dua miliar peso (Rp 574,7 miliar). Tetapi beberapa menyatakan frustrasi atas tanggapan pemerintah.
"Tidak ada yang muncul, saya tidak tahu di mana politisi dan (pemilihan) kandidat berada," kata Levi Lisondra, seorang penduduk di Surigao, di ujung utara Mindanao.
"Kami membayar pajak besar ketika kami bekerja dan sekarang mereka tidak dapat membantu kami," ujarnya.
Banyak rumah kayu di kota pesisir Ubay rata dengan tanah dan perahu nelayan hancur akibat diterjang angin, yang membuat nelayan tidak bisa melaut untuk mencari ikan.
"Tidak ada air lagi, kami kekurangan air, pada hari pertama sudah ada penjarahan di lingkungan kami," kata pemilik resor Siargao Marja O’Donnell kepada CNN Filipina.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
Pilihan
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
Terkini
-
Kejagung Tetapkan Kajari Bangka Tengah Tersangka Korupsi Dana Umat Baznas
-
Pastikan Keamanan Jalur Mudik Nataru, Kapolri: Tol Dipantau 24 Jam, Rekayasa Lalin Disiapkan
-
Pengakuan Jaksa Tri yang Kabur dari OTT KPK: Saya Ketakutan, Dikira Bukan Petugas
-
Dibubarkan Sebelum Diskusi Dimulai, Buku Reset Indonesia Dianggap Ancaman?
-
Jalankan Instruksi Prabowo, Mendagri Tito Mulai Bangun Huntap Korban Bencana Sumatra
-
Mahfud MD Bongkar Borok Polri: Masuk Akpol Pakai Jatah, Mau Jadi Brigjen Mesti Bayar?
-
Jakarta 'Puasa' Kembang Api Tahun Baru 2026, Solidaritas Bencana Sumatra Jadi Alasan Utama
-
Polda Metro Gulung Jaringan Narkoba Jelang Tutup Tahun: 2054 Tersangka Diciduk, 387 Kg Barbuk Disita
-
Tanpa Kembang Api, Perayaan Tahun Baru 2026 di Jakarta Jadi Malam Galang Dana Bencana Sumatra
-
Bukan Lewat DPRD, Ini Resep Said Abdullah PDIP Agar Biaya Pilkada Langsung Jadi Murah