Suara.com - Setidaknya 49 orang meninggal dunia provinsi Bohol di Filipina tengah, yang terdampak berat oleh angin puyuh Rai yang kuat dan menghantam negara tersebut pekan lalu, demikian menurut gubernur provinsi tersebut, Arthur Yap pada Minggu (19/12/2021).
Pernyataannya datang di tengah operasi penyelamatan yang terus berlangsung.
Meski demikian, jumlah resmi korban tewas tercatat sebanyak 31 orang. Badan bencana nasional, saat ditanyakan terkait angka tersebut, mengatakan bahwa unit operasinya belum menerima laporan resmi dari unit provinsi.
Di Bohol, jalur komunikasi dan pasokan listrik masih belum dapat diakses semenjak dua hari terakhir, akibat angin puyuh Rai, kata Yap. Provinsi tersebut merupakan rumah dari beberapa destinasi wisata populer seperti Sungai Loboc, yang meluap.
“Sangat jelas bahwa kerusakan yang dialami di Bohol begitu kuat dan berdampak kepada semua,” katanya dalam sebuah video yang diunggah ke laman Facebook resminya.
“Orang-orang telah sangat menderita akibat rumah-rumah yang rusak dan kerugian pertanian,” katanya sambil menyerukan pengumpulan donasi bagi para korban, terutama air minum.
Rai, di antara badai tropis paling mematikan yang menyerang kepulauan Filipina tahun ini, telah menerjang sebanyak sembilan kali, dengan jejak kehancuran besar-besaran yang juga dilaporkan di provinsi Cebu, Leyte, Surigao del Norte, termasuk tujuan selancar populer Siargao, dan Kepualauan Dinagat.
Di Kepulauan Dinagat, yang berada di bagian selatan, di mana angin kencang merusak sekitar 90 persen hingga 95 persen rumah, 10 orang telah tewas, menurut kepala petugas informasi provinsi Jeffrey Crisostomo.
Belum ada kejelasan terkait apakah kematian ini termasuk dalam penghitungan resmi dari badan kebencanaan.
Baca Juga: Peringatan Cuaca Ekstrem 2021! Badai dan Angin Topan
Rai kini telah bergerak menuju Laut Cina Selatan, namun lebih dari 400.000 orang tetap berada di tempat penampungan sementara, kata badan bencana itu dalam informasi yang diberikan pada Minggu.
Sekitar 20 badai tropis melanda Filipina setiap tahun, yang biasanya menyebabkan banjir dan tanah longsor. (Sumber: Antara/Reuters)
Berita Terkait
-
Dapat Kado Spesial dari Calon Presiden Filipina, Maria Ozawa Utarakan Janji Manis Ini
-
Terungkap! Kiper Filipina di Liga Inggris Nyaris Mati karena Covid-19
-
Perdana! Menhub Lepas Ekspor Mobil ke Filipina dari Pelabuhan Patimban
-
Wonderkid Timnas Filipina Jefferson Tabinas Batal Mentas di Piala AFF 2020
-
Piala AFF 2020: Timnas Filipina Diperkuat 7 Pemain Keturunan Jerman
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Fakta-fakta Gangguan MRT Kamis Pagi dan Update Penanganan Terkini
-
5 Mobil Bekas Pintu Geser Ramah Keluarga: Aman, Nyaman untuk Anak dan Lansia
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
Terkini
-
Detik-detik Pohon Raksasa Tumbang di Sisingamangaraja: Jalan Macet, Pengendara Panik Menghindar!
-
KPK Panggil 3 Kepala Distrik Terkait Kasus Korupsi Dana Operasional Papua
-
Pramono Ungkap Ada Orang Tidak Senang Ragunan Bersolek, Siapa?
-
Fakta-fakta Gangguan MRT Kamis Pagi dan Update Penanganan Terkini
-
Legislator PKB Beri Peringatan Keras ke Prabowo: Awas Jebakan Israel di Misi Pasukan Perdamaian Gaza
-
Pramono Ungkap Asal Usul Harimau Titipannya di Ragunan: Namanya Raja, Pakan Bayar Sendiri
-
Babak Akhir Perkara Korupsi ASDP, Pleidoi Ira Puspadewi Seret Nama Erick Thohir Jelang Sidang Vonis
-
Meski Anggap Sah-sah Saja TNI Bantu Ketahanan Pangan, Legislator PDIP Beri Catatan Kritis
-
Angka Kekerasan Anak Tak Kunjung Turun, Menteri PPPA Soroti Minimnya Komunikasi di Keluarga
-
Gen Z dan Masyarakat Adat Ngamuk, Kepung KTT Iklim COP30 di Brasil: Apa Alasannya?