"Kami akan terus menekan meminta pertanggungjawaban pelaku atas kekerasan yang sedang berlangsung terhadap rakyat Burma," demikian kata Kedubes AS di Myanmar dikutip dari Associated Press.
Pemerintah Myanmar yang berkuasa saat ini belum memberikan tanggapan atas kejadian ini, sementara media yang dikelola pemerintah mengatakan bahwa tentara menembaki "teroris" bersenjata di wilayah itu.
Sebuah laporan di surat kabar Myanma Alinn yang dikelola pemerintah mengatakan bentrokan pecah di dekat Mo So ketika pasukan gerilya Karenni dan pemberontak mengendarai kendaraan "mencurigakan" dan menolak untuk berhenti ketika dihadang oleh pasukan militer. Kejahatan kemanusiaan Kepada DW, Wakil Direktur Asia Human Rights Watch (HRW) Phil Rbertson mengatakan bahwa insiden tersebut merupakan hal yang "mencengangkan."
"Dan jelas mereka (korban) kabur di antara sekelompok tentara Myanmar yang memutuskan untuk benar-benar menggunakan mereka pada dasarnya sebagai target latihan. Ini adalah contoh lain dari kejahatan yang mungkin ditimbulkan oleh kejahatan terhadap kemanusiaan."
Sejak junta militer mengambil alih kekuasaan pada Februari 2021, kebebasan HRW dan banyak kelompok HAM lainnya dibatasi secara ketat. "Kami telah kembali ke jenis profil operasional yang kami miliki selama rezim militer sebelumnya di mana, Anda tahu, jika seseorang muncul dan berkata: 'Hai, saya bekerja untuk HRW,' mereka akan ditahan," kata Robertson.
Robertson kerap mendorong komunitas internasional untuk melakukan upaya mengurangi eskalasi kekerasan di Mynamar.
"Dan ini adalah mengapa kami berulang kali mendesak Dewan Keamanan PBB untuk menerapkan embargo internasional senjata terhadap militer Myanmar dan mengapa kami menyerukan sanksi tegas terhadap militer dan bisnis mereka dan perusahaan-perusahaan seperti Perusahaan Minyak dan Gas Myanmar, yang menempatkan uang ke dalam pundi-pundi militer Myanmar." rap/ha (AP, dpa, AFP, Reuters)
Berita Terkait
-
Wawancara Eksklusif: Suara dari Myanmar Jurnalis Melawan di Tengah Represi
-
Pulangkan 26 WNI Korban Online Scam di Myanmar, Menteri P2MI: Jangan Tergiur Tawaran Kerja Ilegal
-
Mengapa Myanmar dan Kamboja Bukan Negara Tujuan Kerja yang Aman? Ini Penjelasan Pemerintah
-
Wawancara Eksklusif: Kudeta Myanmar dan Perjuangan Jurnalis Bertahan
-
Pastikan Transparansi Pemilu di Myanmar, Prabowo Dorong ASEAN Ambil Langkah Berani Ini
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Heboh Tuduhan Ijazah Palsu Hakim MK Arsul Sani, MKD DPR Disebut Bakal Turun Tangan
-
Pemkab Jember Kebut Perbaikan Jalan di Ratusan Titik, Target Rampung Akhir 2025
-
Kejagung Geledah Sejumlah Rumah Petinggi Ditjen Pajak, Usut Dugaan Suap Tax Amnesty
-
Kepala BGN Soal Pernyataan Waka DPR: Program MBG Haram Tanpa Tenaga Paham Gizi
-
Muhammad Rullyandi Sebut Polri Harus Lepas dari Politik Praktis, Menuju Paradigma Baru!
-
Hari Pertama Operasi Zebra 2025, Akal-akalan Tutup Plat Pakai Tisu Demi Hindari ETLE
-
Anak Legislator di Sulsel Kelola 41 SPPG, Kepala BGN Tak Mau Menindak: Mereka Pahlawan
-
Guru Sempat Cium Bau Bangkai di Menu Ayam, BGN Tutup Sementara SPPG di Bogor
-
KPK Akui Belum Endus Keterlibatan Bobby Nasution dalam Kasus Korupsi Pengadaan Jalan Sumut
-
Luncurkan Kampanye Makan Bergizi Hak Anak Indonesia, BGN: Akses Gizi Bukan Bantuan