Suara.com - PDI Perjuangan memastikan pertemuan antara Puan Maharani dan Luhut Binsar Pandjaitan tidak membahas big data 110 juta masyarakat yang diklaim mendukung Pemilu 2024 ditunda. Sebab, PDIP menilai klaim Luhut tersebut telah terbantahkan dengan sendirinya.
Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Hasto Kristiyanto mengatakan Luhut sendiri hingga kekinian belum pernah mendrklarasikan klaimnya itu.
"Kalau big data 110 juta sudah nggak perlu dibahas lagi karena sudah terbantahkan dengan sendirinya. Nah Pak Luhut sendiri kan tidak mau mendeclare itu. Sehingga itu otomatis telah terbantahkan oleh dirinya sendiri. Sehingga tidak perlu dibahas oleh Ketua DPR (Puan) terkait dengan hal tersebut," kata Hasto di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Selatan, Minggu (27/3/2022).
Kendati begitu, Hasto tak membeberkan secara jelas isi pertemuan antara Puan dan Luhut. Dia hanya menyampaikan bahwa pertemuan ini membahas soal tugas Puan sebagai Ketua DPR RI dan Luhut sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves).
"Pak Luhut ini kan juga kapasitasnya sebagai Menko berkaitan dengan investasi, maritim. Sehingga hal-hal yang dibahas dalam kapasitas beliau sebagai pembantu presiden dan Mbak Puan sebagai Ketua DPR RI," katanya.
Diduga Bahas Penundaan Pemilu
Luhut dan Puan diketahui bertemu di Bali baru-baru ini. Pertemuan ini dicurigai membahas soal wacana penundaan Pemilu 2024.
Direktur Lokataru, Haris Azhar menyebut hal ini sebagai bentuk lobi-lobi di sektor penguasa.
"Banyak teman-teman melihat gambar bagaimana Puan Maharani kemarin sarapan bareng Luhut Binsar Pandjaitan. Nah lobi-lobi itu di sektor kekuasaan berjalan untuk memuluskan penundaan, satu periode lagi," kata Haris Azhar dalam diskusi virtual IM57+ Institute, Sabtu (26/3/2022).
Baca Juga: Luhut Dicurigai Lobi Wacana Penundaan Pemilu 2024, KPU: Tetap Taat Konstitusi dan UUD
Haris Azhar menilai upaya-upaya semacam ini akan terus dilakukan guna memuluskan wacana penundaan Pemilu. Bahayanya, kata dia, jika dibiarkan maka nilai demokrasi di Indonesia akan semakin tergerus.
"Setelah satu periode satu lagi, habis itu anaknya atau siapanya kayak gitu-gitu," katanya.
Atas hal itu, Haris Azhar menilai upaya untuk menghidupkan demokrasi yang dilakukan oleh masyarakat lewat forum-forum hingga aksi solidaritas perlu terus dilakukan.
"Kalau solidaritas aksi meredup, takut dan kalah pada buzzer, tahanan dan soal panggilan. Ya kita sudah innalillahi maka kita akan diperbudak sama rezim oligarki," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Akui Ucapan Megawati Benar Adanya, Hasto PDIP Curhat Kolesterol Tinggi karena Banyak Makan Gorengan
-
Megawati Akan Buka Demo Masak Tanpa Minyak Goreng di Sekolah Partai PDIP, Klaim Hadirkan Chef Terkenal
-
Ketum PBNU Gus Yahya Sebut Alasan Penundaan Pemilu 2024 Harus Logis
-
Luhut Dicurigai Lobi Wacana Penundaan Pemilu 2024, KPU: Tetap Taat Konstitusi dan UUD
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf