Suara.com - Sri Paus mohon pengampunan kepada penduduk asli Kanada atas praktik kekerasan terhadap anak di sekolah-sekolah Katolik di abad ke-19. Kebijakan gereja diniatkan untuk memaksa anak-anak menanggalkan kebudayaan leluhurnya.
Paus Fransiskus menyampaikan permohonan maaf dalam sebuah pertemuan dengan delegasi dari berbagai komunitas penduduk asli Kanada di Vatikan, Italia, Kamis (31/3).
Dalam kesempatan itu, dia menyetujui tuntutan pemimpin bangsa Indian, Inuit dan Metis untuk meminta pengampunan secara langsung di Kanada.
"Untuk itu, Sri Paus dijadwalkan berkunjung ke Kanada pada Juli mendatang", tutur seorang sumber Reuters di Vatikan. "Atas perilaku keji anggota Gereja Katolik, saya memohon pengampunan dari Tuhan dan saya ingin memberitahu Anda dari lubuk hati yang paling dalam, bahwa saya merasakan sakit,” kata Paus.
"Saya bergabung dengan saudara saya, uskup-uskup di Kanada untuk meminta maaf,” imbuhnya.
Antara 1831 hingga 1996, sebanyak 150.000 anak-anak penduduk asli diambil paksa dari rumahnya dan hidup di asrama milik sekolah.
Dalam dokumen gereja, tujuan pendirian sekolah tersebut adalah untuk memaksakan asimilasi terhadap penduduk asli. Sekolah-sekolah ini milik negara, namun dijalankan oleh Gereja Katolik atas seizin pemerintah Kanada. Pada 2016, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi menyebut kebijakan gereja sebagai "genosida kebudayaan."
Skandal ini kembali memicu protes pada tahun lalu setelah ditemukannya 215 jenazah anak-anak di sebuah halaman sekolah di Provinsi British Columbia, Kanada.
Sekolah itu sudah ditutup sejak 1978 silam.
Baca Juga: Serukan Perdamaian, Paus Fransiskus: Lebih Banyak Senjata Takkan Akhiri Konflik di Ukraina
Repatriasi dan ganti rugi
Permintaan maaf secara resmi oleh Sri Paus akan memicu proses hukum untuk menghitung ganti rugi yang harus ditanggung gereja.
"Kita sebaiknya segera duduk bersama dengan petinggi gereja untuk merundingkan repatriasi,” kata Phil Fontaine, tokoh Sagkeeng First Nation.
Fontaine termasuk bagian dari delegasi yang mengunjungi PausFransiskus di Vatikan.
Di sana, mereka antara lain menuntut Vatikan agar mengembalikan semua benda sejarah milik penduduk asli yang kini disimpan oleh gereja.
Artefak-artefak tersebut berasal dari koleksi Paus Piux IX yang pada 1925 mengumpulkan lebih dari 100.000 benda sejarah. Kebanyakan dikirimkan oleh para misionaris Katolik di seluruh dunia.
Berita Terkait
-
Antrean Panjang di Stasiun, Kenapa Kereta Api Selalu Jadi Primadona di Periode Libur Panjang?
-
Jamie Carragher Tiba-tiba Melunak, Bujuk Mo Salah Balik Lagi ke Liverpool
-
Bongkar Taktik Aston Villa, Bikin Panik Arsenal dan Man City di Perebutan Gelar Premier League
-
Kasus Deforestasi PT Mayawana, Kepala Adat Dayak Penjaga Hutan di Kalbar Dijadikan Tersangka
-
Pep Guardiola Pastikan James Trafford Tetap di Manchester City, Chelsea Gigit Jari
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Antrean Panjang di Stasiun, Kenapa Kereta Api Selalu Jadi Primadona di Periode Libur Panjang?
-
Kasus Deforestasi PT Mayawana, Kepala Adat Dayak Penjaga Hutan di Kalbar Dijadikan Tersangka
-
Eks Pejabat KPI Tepis Tudingan Jaksa Atur Penyewaan Kapal dan Ekspor Minyak
-
Diperiksa KPK Soal Korupsi Haji, Gus Yaqut Pilih Irit Bicara: Tanya Penyidik
-
Buka-bukaan Kerry Riza di Sidang: Terminal OTM Hentikan Ketergantungan Pasokan BBM dari Singapura
-
MBG Dinilai Efektif sebagai Instrumen Pengendali Harga
-
Ultimatum Keras Prabowo: Pejabat Tak Setia ke Rakyat Silakan Berhenti, Kita Copot!
-
Legislator DPR: YouTuber Ferry Irwandi Layak Diapresiasi Negara Lewat BPIP
-
Racun Sianida Akhiri Pertemanan, Mahasiswa di Jambi Divonis 17 Tahun Penjara
-
Ramai Narasi Perpol Lawan Putusan MK, Dinilai Tendensius dan Tak Berdasar