Suara.com - Krisis virus corona telah mengekspos ancaman saling ketergantungan ekonomi. Sekarang, perang di Ukraina memperuncing masalah globalisasi ekonomi. Apakah ini akan menjadi awal proses deglobalisasi?
Para ahli biasanya menggambarkan tiga jenis globalisasi: globalisasi ekonomi, sosial, dan politik.
Globalisasi ekonomi adalah integrasi ekonomi dunia dalam hal perdagangan. Proses ini tentu memiliki pendukung dan pengkritiknya.
Globalisasi telah mengangkat orang keluar dari kemiskinan dan meningkatkan standar hidup mereka, kata para pendukung.
Namun, manfaat globalisasi ekonomi tidak dibagikan secara merata, kata para pengkritik.
"Secara internasional dan juga dalam masyarakat industri, ketidaksetaraan justru telah meningkat," tegas Andreas Wirsching, profesor sejarah ekonomi di Universitas Ludwig-Maximilian di München.
Globalisasi ekonomi telah menghasilkan "banyak pemenang, tetapi juga banyak pecundang — itu tidak dapat disangkal," katanya.
Kelemahan globalisasi juga mencakup konsekuensi sosial dan ekologi, tambah Cora Jungbluth, ekonom dan pakar senior di Yayasan Bertelsmann Stiftung.
Pekerja di negara-negara berpenghasilan tinggi telah melihat pekerjaannya pindah ke negara-negara berbiaya lebih rendah, sementara "perusahaan multinasional telah mengalihdayakan langkah-langkah produksi yang lebih kotor ke negara-negara berkembang dan ambang perberkembangan, sehingga berkontribusi pada masalah lingkungan di sana."
Baca Juga: Pentingnya Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak di Era Globalisasi, Dibutuhkan Parenting Khusus
Kalau globalisasi yang mencerminkan proses peningkatan saling ketergantungan ekonomi, maka deglobalisasi menandai mundurnya integrasi ekonomi global.
Dan ada indikasi bahwa hal ini telah terjadi selama beberapa waktu sejak terjadinya resesi besar akhir tahun 2000-an.
Produk Domestik Bruto (PDB) global menurut data statistik mencapai puncaknya pada tahun 2008, awal resesi hebat.
"Rasio ekspor terhadap PDB di seluruh dunia meningkat cukup signifikan pada 1990-an dan 2000-an. Namun, sejak krisis keuangan 2008 dan 2009, langkah-langkah itu mendatar atau turun," jelas Douglas Irwin, profesor ekonomi di Dartmouth College di AS.
Douglas Irwin dan pakar-pakar lainnya juga mencatat bahwa resesi besar kemudian diikuti oleh politik populisme dan kebijakan ekonomi yang proteksionis di berbagai negara.
Lalu datanglah pandemi
Berita Terkait
-
5 Rekomendasi HP Murah Baterai 6000 mAh untuk Ojek Online dan Kerja Lapangan, Bye Lowbatt
-
27 Kode Redeem FC Mobile 17 Desember 2025: Sikat Hazard 115 dan Paket Festive Fixtures
-
Antrean Panjang di Stasiun, Kenapa Kereta Api Selalu Jadi Primadona di Periode Libur Panjang?
-
Bak Main Game RPG! LEMON Ajak Fans Level Up Lewat Single Terbaru yang Penuh Semangat
-
Jamie Carragher Tiba-tiba Melunak, Bujuk Mo Salah Balik Lagi ke Liverpool
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Antrean Panjang di Stasiun, Kenapa Kereta Api Selalu Jadi Primadona di Periode Libur Panjang?
-
Kasus Deforestasi PT Mayawana, Kepala Adat Dayak Penjaga Hutan di Kalbar Dijadikan Tersangka
-
Eks Pejabat KPI Tepis Tudingan Jaksa Atur Penyewaan Kapal dan Ekspor Minyak
-
Diperiksa KPK Soal Korupsi Haji, Gus Yaqut Pilih Irit Bicara: Tanya Penyidik
-
Buka-bukaan Kerry Riza di Sidang: Terminal OTM Hentikan Ketergantungan Pasokan BBM dari Singapura
-
MBG Dinilai Efektif sebagai Instrumen Pengendali Harga
-
Ultimatum Keras Prabowo: Pejabat Tak Setia ke Rakyat Silakan Berhenti, Kita Copot!
-
Legislator DPR: YouTuber Ferry Irwandi Layak Diapresiasi Negara Lewat BPIP
-
Racun Sianida Akhiri Pertemanan, Mahasiswa di Jambi Divonis 17 Tahun Penjara
-
Ramai Narasi Perpol Lawan Putusan MK, Dinilai Tendensius dan Tak Berdasar